Triwizard dimulai hari ini.
Tantangan pertama yang harus mereka lewati adalah; mencuri telur emas yang dijaga oleh naga.Jungkook sempat bertanya kenapa, dan Park Jimin dengan santai menjawab;
'Untuk menguji nyali mereka. Kau tau? Keberanian itu merupakan hal paling esensial bagi penyihir muda seperti kita.'
Berani, ya?
Apa berani berarti mempertaruhkan nyawa hanya untuk mengambil sebutir telur yang Jungkook tidak mengerti apa fungsinya. Setahunya, telur naga itu apabila menetas akan menimbulkan bunyi berisik yang memekakkan telinga kedua setelah Mandrake. Belum lagi bau belerang kuat yang seolah bisa melumpuhkan indera penciuman. Benar-benar hal yang tidak pantas apabila dibandingkan dengan sebuah nyawa.Yah, setidaknya Hungarian Horntail tidak termasuk kategori naga yang akan mereka hadapi. Godbless Romania, karena mereka sedang dalam masa breeding.
Bodoh sekali. Ia tetap merasa gugup. Sedari tadi pandangannya tidak lepas menelisik kearah kerumunan yang memadati tribun. Mata bulatnya mencari satu sosok partikular yang membuatnya gelisah. Bodoh ya? Padahal dia sudah menangis, tapi kenapa masih tetap khawatir?
Sean Baroch berdiri di samping sambil menggenggam tangannya erat. Ia bisa merasakan bahwa pemuda Bulgaria itu tengah gugup luar biasa. Terutama setelah tahu bahwa ia akan menghadapi Hebridean Black Dragon. Sedari tadi pemuda itu tidak berhenti menjilat bibir dan meremas tangannya erat, membuatnya mengernyit namun tetap menahan desisan. Ia tahu, Sean butuh penenang.
"Tenanglah, aku tau kau bisa." Jungkook berucap lembut, senyumnya tersungging tipis sembari mengusap bisep kencang pemuda yang kini menatapnya dengan rona pucat.
"Entahlah, aku cuma gugup," ia menggeleng, "Bukannya aku takut mati atau apa. Aku memiliki trik yang bagus, tapi kau tau kan, kalau hari ini kau akan menonton."
Jungkook mengernyit, tawa kecil bernada lembut mengalun dari bilah cherrynya yang berkilat basah, "Aku? Lalu kenapa kalau aku menonton? Apa aku mengganggu?"
Sean menggeleng, balas meremat tangan Jungkook yang bersarang di lengan atasnya pelan, "Bukan begitu." Ia menggeleng lagi, "Bukannya aku tidak suka. Hanya saja aku gugup sekali, bagaimana kalau aku bertindak bodoh?"
"Astaga Sean!" Pekiknya, wajahnya tersungging jahil, "Kau akan bertarung, bukan bersandiwara. Hal bodoh apa yang bisa kau lakukan? Justru aku khawatir kalau kau terluka nantinya!"
"Kau khawatir?" Sean mengerjap, "Tolong katakan ini bukan mimpiー?"
"Ini bukan. Kau kenapa sih?" Jungkook menatapnya bingung.
"Bukan, aduh bagaimana ya," Pemuda itu menggaruk tengkuknya canggung. Tangan yang menggenggam milik Jungkook kini terasa lembab, basah oleh keringat. Tapi Jungkook tidak merasa terganggu, toh ia menggunakan sarung tangan,
"Aku senang kau khawatir padaku. Kau tau kanーaku menyukaimu?""Yea, benar," tawanya, "Tapi aku hanya menganggapmu teman. Tidak apa, ya?"
Sean tersenyum, "Teman untuk saat ini, bisa lebih untuk nanti." Ujarnya kemudian berjengit ketika satu tiupan peluit mengalun di udara, "Ah, aku pergiーokay? Sepertinya akan mulai. Doakan aku?"
Jungkook mengangguk. Ia melepas tautan tangan mereka sebelum menggunakan kedua tangannya untuk menepuk kedua pipi tirus dengan tulang yang terukir gagah itu lembut,
"You can do it! Ingat, all is well."
"All is well." Ujar pemuda itu sebelum berlari menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platform 2¹/6 ㅡvkook
FanfictionBercerita tentang Kim Taehyung, si singa idiot Gryffindor. Dan usahanya dalam mendapatkan cinta dari si ular kecil asrama Slytherin.