Home;

18.2K 2.8K 481
                                    


Pulang.


Merupakan satu kata yang paling disukai Kim Taehyung. Karena pulang berarti: Rumah, tidur, dan jauh-jauh dari hal-hal aneh yang berhubungan dengan dunia sihir. Yup, rumahnya, di Daegu. Ia rindu sekali—oh, sudah berapa lama rasanya ia terjebak dalam suasana kastil yang muram penuh dengan berbagai hal yang tidak masuk akal?

Sudah lama sekali.

Surat ijin pulang tidak pernah ia sentuh semenjak tahun pertama. Salahkan nilai-nilainya yang terlampau buruk; sehingga ia menghabiskan waktu libur untuk mengikuti kelas tambahan dan mengucapkan selamat tinggal pada rumah.

Tapi kali ini, ia ingin sekali berteriak senang hingga paru-parunya meledak akibat rasa bahagia. Ucapkan segala terimakasih pada pemuda manis yang kini duduk di sampingnya—di sebelah kemudi—karena telah memotivasinya untuk berusaha keras hingga lulus!






"Jangan melihatku begitu, hyung. Rasanya aneh."


Jungkook melirik Kim Taehyung sinis. Mantel hitam dengan syal rajut berwarna biru muda ia keratkan di sekeliling tubuh. Membuatnya terlihat tenggelam dan semakin mungil. 

"Jangan salahkan aku." Taehyung tertawa kecil, "Justru kau yang seharusnya jangan menggemaskan seperti itu. Aku punya dua mata, dan mereka tertarik padamu."

"Oh Tuhan," Jungkook menggerutu, "Ini bahkan belum seperempat jalan dan kau sudah merayuku, hyung! Aku jadi menyesal mengiyakan kencan ini." keluhnya dengan wajah yang ditenggelamkan pada kedua telapak tangan.

Kim Taehyung memutar mata malas. Tangan kanan yang bebas ia gunakan untuk mengusak surai kelam milik Jungkook gemas, menghasilkan erangan dari empunya yang hanya balas menepis tangannya kasar, 

"Oi, jangan berlebihan. Nanti sehabis kencan, kalau kau malah ketagihan bisa repot." Ujarnya cuek.

"Berlebihan. Siapa juga?"

"Nanti pasti. Lihat saja,"

"Kepedean. Tidak sudi."

"Bicara terus. Nanti tau-tau kau tulis di buku harian—ouch!"

"Bodoh! Jangan dibahas lagi!" Jungkook memekik, mencubit lengan Taehyung keras, "Menyebalkan!"

"Orang menyebalkan ini menyayangimu loh."


Blush,


"Wah, mukanya merah lagi."

"Diam!" Jungkook mengerang, kedua tangan digunakan untuk menutupi pipinya yang merona merah gelap, "Sumpah. Aku menyesal memberimu kesempatan kedua."

Taehyung memutar mata malas, "Kau tidak akan bicara begitu kalau tau kita akan kemana."

"Percaya diri sekali?" Sindirannya hanya dibalas endikan alis dari Kim Taehyung yang meliriknya dengan sudut mata, "Memang kita akan kemana?"

"Suatu tempat yang tinggi," ujarnya, satu tangan mengganti persenelingーsecara tidak sengaja menyentuh telapak tangan Jungkook yang tersentak kaget, "Aduh, gugup sekali kalau ku sentuh?"

"Siapa juga!"

"Oh ya?" Tatapan tidak percayanya dibalas anggukan mantap oleh si pemuda manis, "Kalau begitu, ayo genggam tanganku?"

Jungkook memicing curiga, "Untukー?"

"Ya supaya kita lebih mesra? Bukannya kita akan berkencan?"

"Ih! Apa sihー"

"Sudah, diam dan nikmati, okay?"



Jungkook tidak menolak ketika Kim Taehyung  mengamit jemarinya pelan. Tersipu kecil begitu merasakan kembali tekstur kasar telapak tangan Taehyung yang menyelimuti miliknya penuh. Kontras sekaliーkulitnya yang seputih susu; bersisian dengan kulit bronze milik Taehyung. Indah? Sangat.

Platform 2¹/6 ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang