Kim Taehyung berjalan di sebuah lorong—dengan dekorasi wallpaper lembut berwarna pastel biru muda dengan aksen garis vertikal besar berwarna putih. Di sepanjang itu terpasang banyak sekali lukisan. Abstrak; sebagian besar. Namun ada juga replika dari pelukis favoritnya, Vincent van Gogh.
Okay, dia bingung. Pasalnya, lorong di dalam rumah bergaya Victoria ini terasa begitu asing—namun hangat di saat yang sama. Suasananya begitu temaram, dengan lampu bercahaya remang serta suara tangisan bayi yang terdengar samar.
Tunggu—bayi?
Kim Taehyung tidak takut hantu! Ia hanya bukan fans berat dari film horror yang mampu membuat anak kecil menangis ketakutan karena beranggapan makhluk khayalan itu bersarang di bawah kolong tempat tidur. Bodoh sekali yea? Hantu macam apa yang berkeliaran di bawah kolong tempat tidur?
Baginya hantu itu tidak nyata. Meskipun fakta itu harus ditelannya bulat-bulat ketika ia menjejaki Hogwarts dan bertemu beberapa hantu penunggu asrama. Sebut saja si Nearly Headless Wang; si hantu asrama Gryffindor yang luar biasa cerewet dan tidak berhenti mengoceh. Belum lagi ada Bloody Jaebum—hantu asrama Slytherin yang tidak pernah absen berusaha mengecamnya keluar tiap kali ia berjalan santai melewati ruang kreasi asrama hijau-perak ketika ada masanya ia rindu dengan ular kecil kesayangannya.
Katanya hantu itu cuma mitos, yea. Bullshit.
Senyum remeh kembali luntur dari wajahnya kala ia mendengar suara tangisan itu semakin keras. Diiringi suara lirih yang lembut dari seseorang—entah siapa—yang terdengar seolah berusaha menenangkan sang bayi yang masih rewel. Merengek entah untuk apa.
Jujur saja, Kim Taehyung suka anak-anak. Suka sekali. Ia sering menemani dua adiknya di Daegu untuk sekedar bermain bola di lapangan atau bergulat. Namun untuk bayi? Well, bisa dibilang ia paling payah ketika harus berhadapan dengan makhluk kecil yang tidak berdaya seperti mereka. Tunggu, bukan bermaksud bagaimana. Hanya saja, ia masih kurang percaya diri. Bayi itu,—rapuh sekali.
Namun rasa penasarannya tidak bisa ditahan begitu saja. Sehingga mengantarnya untuk melangkah mencari sumber tangis serta nyanyian lembut yang nyaris membuatnya terbuai. Suara familiar yang membuatnya refleks menyunggingkan senyum, meskipun sebenarnya ia masih mengira-ngira; siapa gerangan yang berada di balik pintu putih dengan dekoras tempelan manis bergambar karakter kartun Zootopia?
Lebih tepatnya, siapa gerangan pemuda berpostur ramping dengan pjamas sutra berwarna creame yang tengah menggendong seorang bayi yang kini menangis sesenggukan? Pemuda itu sedikit menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri, sambil sesekali menepuk pantat bayi itu perlahan. Membisikkan kata penenang lembut yang terdengar seperti—
"Iya sayang, jangan menangis okay? Mama disini."
Mama? Manis sekali.
Dan entah apa yang membuatnya bergerak begitu natural, tangannya tanpa bisa dihentikkan segera saja melingkari pinggang ramping milik pemuda itu erat. Erat sekali hingga empunya memekik kaget dan ia yang tertawa kecil dengan dagu yang disandarkan pada perpotongan bahu sempit beraroma french vanilla yang begitu menyegarkan. Hidung mancung menelesak menggelitik, sedikit bersinggungan dengan pipi penuh berkulit seputih susu.
Dan ia seolah tidak kaget ketika sosok cantik itu memanggil namanya dengan nada bercanda. Bahkan menyebutnya dengan panggilan papa.
Kim Taehyung belum menikah, kan? Ia masih seorang mahasiswa Hogwarts tingkat dua. Ia bahkan masih mengejar cinta seorang Jeon Jungkook dari asrama Slytherin yang tidak kunjung membuka pintu hati; padahal ia sudah mengais pertahanannya miris seperti pengemis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platform 2¹/6 ㅡvkook
FanficBercerita tentang Kim Taehyung, si singa idiot Gryffindor. Dan usahanya dalam mendapatkan cinta dari si ular kecil asrama Slytherin.