"Every day i shed tears, my nose runs, and my heart aches"
*****
Kedua orang itu mulai ribut lagi dalam memulai harinya. Entah apa yang mereka ributkan, tetapi sepertinya beradu argumen telah menjadi salah satu jadwal pasti di antara mereka. Tidak lama setelah mereka ribut, mereka pun masuk ke dalam mobil dan siap memulai liburan.
Rava dengan tenang menjalankan mobil, sementara Amaya dengan ceria bernyanyi di sepanjang jalan menuju pelabuhan. Sesekali pria itu mengejek suara istrinya yang hanya dianggap kelakar semata oleh keduanya. Sampai pada akhirnya mereka justru tertawa bersama karena kebodohan masing-masing.
Setibanya di pelabuhan, Rava menitipkan lebih dahulu mobil dan setelahnya kedua orang itu pun masuk ke dalam fast boat untuk berangkat menuju Gili Trawangan. Amaya tidak henti-hentinya mengambil gambar dengan sesekali menikmati ombak laut yang ikut mengantarnya. Di sisi wanita itu, Rava terus mengamati dirinya dengan senyum kecil di wajah saat melihat kecerobohan Amaya.
Namun, meski ditertawakan, saat itu Amaya tidak merasa marah. Sebaliknya, ia malah lanjut membuat lelucon yang jauh lebih lucu, mulai dengan menggerakkan badannya hingga mengatur raut wajah cantiknya menjadi seaneh mungkin. Membuat Rava mau tak mau menjadi tertawa. Amat lepas sampai gelaknya dapat menggema bersama sepoi angin.
Di tengah tawa itu, tiba-tiba saja fast boat mereka bergerak dengan cepat. Lantas membuat keseimbangan Amaya menjadi goyah. Beruntung, wanita itu tidak sampai terjatuh ke laut, karena Rava berhasil menangkap tangannya.
Selama seperkian detik, karena adegan tangkap tangan yang sedang terjadi, baik Rava maupun Amaya seakan merasakan adanya kejutan listrik di sepanjang tubuhnya, terlebih saat mata mereka saling bertemu satu sama lain.
Rava yang merasa gugup pun berusaha menarik masuk tubuh istrinya itu agar kembali dalam kapal. Tidak lupa ia juga mengomeli Amaya, berharap agar hal itu bisa menutupi perasaan berdebarnya. Amaya yang juga ingin menghilangkan kegugupan hanya bisa pasrah mendegar tiap kalimat yang diucapkan Rava padanya.
Tiba di Gili Trawangan, kedua orang itu langsung dijemput oleh seseorang untuk mengantar mereka pergi menuju hotel. Di dalam kamar hotel, Amaya dan Dava saling terdiam sembari membenahi bawang baraan masing-masing.
Keheningan itu mencair saat Amaya dengan riang sudah memulai percakapan dan mengajak Rava untuk pergi berkeliling pantai. Jika, Rava yang biasanya akan mempertanyakan lebih dahulu niatan Amaya, tetapi saat itu dengan anehnya Rava hanya menerima saja ajakannya tanpa perlawanan sama sekali.
Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk berangkat ke pantai. Hanya dengan menggunakan celana pendek dan selembar kaos oblong panjang, Rava sudah tampak keren bak model di siang bolong. Dandanan Amaya yang juga hanya mengenakan celana pendek, dengan atasan kaos lebar yang menutupi baju renang one piece-nya juga tak kalah menarik mata. Tidak lupa wanita itu menggunakan topi pantai lebar serta menggunakan sunblock pada beberapa area tubuhnya.
Namun, belum sampai mereka ke pantai, tiba-tiba saja Amaya sudah mengubah pikiran dan memutuskan untuk singgah sebentar ke salah satu restoran di sisi jalan. Restoran itu tampak ramai dengan antrian cukup panjang yang langsung membuat Rava lelah bahkan sebelum memesan.
Sadar akan suaminya yang ingin kabur, Amaya pun berusaha menahan dan terus merengek pada pria itu. Menjadikan Rava tidak lagi memiliki pilihan. Kembali pasrah dan ikut mengantri bersama Amaya.
Sepanjang makan siang mereka, Amaya tidak lelah untuk mengabadikan setiap momen, mulai dari saat menunggu, memesan, sampai ketika semua makanan telah sampai dengan kamera yang sengaja dibawanya. Ia juga tidak segan-segan untuk mengajak bicara Rava lebih dahulu. Terus mengobrol dengan segala jenis topik. Menipiskan jarak di antara mereka.
Dunia benar-benar seperti hanya milik mereka berdua. Amaya yang terus menatap suaminya, begitu pula sebaliknya. Bulan madu yang tidak terencana itu ternyata benar-benar mampu membuat Amaya lupa untuk sejenak akan masalahnya.
Selesai makan siang, Amaya lagi-lagi mengubah alur perjalanan. Tidak langsung menuju pantai, wanita itu memutuskan untuk melihat-lihat lebih dahulu beragam toko yang menghiasi sepanjang jalan setapak. Meski, barang yang dibelinya hanya sedikit, tetapi Amaya sangat menikmati waktu belanjanya itu. Rava yang awalnya terlihat malas-malasan sampai ikut bersemangat saat membantu Amaya melakukan tawar menawar untuk sebuah patung kayu kecil.
Merasa tidak cukup puas dengan berjalan, Amaya akhirnya berhenti lebih dahulu di salah satu tempat penyewaan sepeda dan memaksa Rava untuk kembali ikut dalam rencananya. Rava yang sudah merelakan jiwanya untuk hari itu hanya mengikuti saja pinta Amaya. Sudah melakukan acara sepeda bersama dengan istrinya itu.
Seperti sebuah foto, wajah Amaya sepanjang saat itu terus tertawa, membuat Rava ikut tertawa bersamanya. Bagai sebuah magnet, keduanya yang saling berlawanan terus menarik satu sama lain. Mendekat. Berusaha menghapus jarak yang ada.
Sampai akhirnya mereka tiba. Telah berada di pantai yang menjadi tujuan akhir mereka. Setelah memarkirkan sepedanya, Amaya dan Rava berjalan beriringan. Tidak menjalin tangan satu sama lain, tetapi juga tidak terlalu jauh sampai terkadang lengan mereka dapat bersentuhan tanpa disengaja.
Akibat lelah karena terus bergerak, Rava pun memilih untuk duduk sejenak di atas pasir pantai sambil mengamati Amaya yang sudah bermain air dengan senangnya. Merasa diperhatikan, membuat Amaya lantas menoleh pada suaminya itu. Refleks menjulurkan satu tangannya, meminta Rava untuk ikut bermain bersama.
Dengan gelengan kepala Rava menolak ajakan Amaya. Menjadikan wajah tawa istrinya sirna, berganti dengan marah yang dibuat-buat. Namun, bukan Amaya namanya jika kehabisan akal. Dengan segera wanita itu sudah mendapat ide lain. Tiba-tiba saja menghampiri seorang pengunjung lain sembari menjulurkan kameranya.
Rava tidak dapat mendengar obrolan Amaya dengan pengunjung tersebut. Baru setelahnya ia mengerti setelah melihat Amaya yang sudah menarik dirinya, sementara pengunjung itu memberikan aba-aba untuk memotret mereka berdua.
Amaya spontan menempelkan badannya lebih dekat ke arah Rava sambil memperlihatkan senyum terbaiknya. Mengejutkan suaminya itu. Membuat Rava hanya bisa tersenyum kaku karena tindakan Amaya.
.
.
Ditulis oleh: Penulisdsy
Vote, follow, dan komentar jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Behind The Wedding
Romantik[Romance - 19+] Follow dulu, baru dibaca. -PRIA yang LICIK bagai RUBAH- Dari semua cerita dongeng aku paling benci dengan kisah putri tidur, karena ia mendapat bahagia hanya dengan tertidur. Ingin sekali aku membangunkan dan menyadarkannya bahwa ti...