Bab 37

48.4K 2.6K 14
                                    

"Love is not a coincidence but destiny. If you like me, if you love me, let me know. I'll only think about you"

*****

Kamis, 08 Desember

Pria itu dengan jahil merebut remot TV dari tangan Amaya. Merasa tidak terima, istrinya itu memilih untuk balas dendam. Sudah memanyunkan bibir dan menghasut anak-anak untuk melakukan konspirasi pada Rava. Malam itu, Rava dipukuli oleh pasukan kecilnya karena berani mengubah channel. Namun, pria itu tidak marah. Sebaliknya, Rava hanya bisa tertawa pasrah sembari menikmati tiap momennya.

.

Jum'at, 09 Desember

Tidak ada lembur. Pada akhirnya, Amaya berhasil kabur dari pekerjaan yang menumpuk. Membuatnya dapat makan malam bersama anak-anak dan Rava.

Di sebuah restoran, mereka berempat duduk bersama sembari meributkan masalah Hana dengan pangeran berkuda putihnya yang tak lain adalah teman sebaya anak perempuan itu di TK. Rava yang merasa tidak rela terus meluapkan cemburnya, sampai ingin memindahkan putrinya ke TK lain yang langsung disambut rengekan oleh Hana bersama dengan tawa Amaya yang merasa geli dengan sikap suaminya itu.

.

Sabtu, 10 Desember

Rava harus tetap waras saat melihat Amaya tidak bisa memilih antara dua baju yang menurutnya sama. Ditambah lagi anak-anak yang diminta saran justru malah menambah masalah dengan terus berdebat, karena memiliki pilihan yang berbeda.

Sudah setengah jam rasanya Rava menunggu, tetapi pilihan tak kunjung diputuskan. Pada akhirnya, pria itu membuat keputusan. Lantas mengambil kedua baju yang dipegang istrinya, membawa pergi pakaian tersebut ke kasir, dan langsung membayarnya tanpa banyak suara.

Masalah pun selesai. Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka keluar dari toko dengan Hana berada di gendongan Rava, sementara Amaya menggengam tangan Dava.

Tidak ada yang aneh, sampai Amaya kembali berucap, "Lalu, sekarang kita harus makan dimana?"

Dan pertanyaan itu berhasil menimbulkan masalah baru, bersama debat yang menguji lagi kesabaran Rava.

.

Senin, 12 Desember

Malam semakin melarut, tetapi Amaya tetap tidak bisa tertidur. Rava yang melihat iris hitam istrinya terus membuka, menawarkan pekerjaan pada wanita itu yang mampu membuatnya lelah dan terlelap dalam sekejap. Tidak merasa curiga, Amaya pun langsung mengiyakan tawaran suaminya dan dalam seketika ia sudah berada di belakang Rava. Siap untuk memijat bahu kaku pria itu.

"Aku merasa ditipu," keluhnya masih dengan telaten memijat.

"Aku tidak menipu. Aku hanya memberikan solusi," balas Rava sembari tersenyum. Mata pria itu sudah menutup. Menikmati setiap sentuhan Amaya yang mampu menghilangkan lelahnya.

Di tengah acara pijat-memijat itu, keduanya terus mengobrol, mulai dari masalah anak-anak sampai masalah remeh seperti cuaca. Sesuatu yang sebelumnya terasa tidak penting, lantas menjadi topik yang menyenangkan untuk dibahas malam itu. Keduanya benar-benar terlihat sangat nyaman satu sama lain. Amat menikmati waktu yang berjalan tanpa merasa bosan.

.

Rabu, 14 Desember

Aroma makanan tiba-tiba saja tercium, membuat Rava semakin lapar. Sejak siang, ia tidak makan karena pekerjaannya yang tak kunjung selesai. Padahal, saat itu sudah hampir pukul 8 malam dan ia masih belum ingkah dari kantornya.

[End] Behind The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang