"In the end, it's you"
*****
Beberapa hari berlalu. Tidak terasa hari pernikahan Helen sudah tiba. Semua berjalan semestinya. Pernikahan dan pengantin yang cantik, dengan para pengiring yang tak kalah rupawan.
Semua berbahagia, terkecuali dengan pria yang sedang melihat intens salah seorang pengiring pengantin wanita. Saat itu, Theo terus memperhatikan gerak-gerik Derish, mengabaikan Helen yang harusnya menjadi bintang utama. Membuat wanita yang diperhatikannya itu merasa tidak nyaman. Lantas menoleh, mencari, dan bertemu mata dengan Theo tanpa disengaja.
Ah, pria itu lagi. Kenapa aku harus melihatnya di saat seperti ini, sih?!
Derish berusaha mengabaikan tatapan Theo. Ia memilih untuk menyingkir, bergabung dengan teman-temannya yang lain, dan menghilang. Menjadikan hubungan keduanya menjadi lebih rumit dan sulit untuk dimengerti.
.
.
"Kamu kenapa grasah-grusuh begitu?" tanya Abel menyelidik.
"Ah, tidak. Aku hanya haus saja dan ingin buru-buru minum," elak Derish sembari mengambil salah satu gelas minuman yang tersaji di meja.
"Anak aneh," timpal amaya tak kalah bingung. Ia pun mengalihkan perhatiannya mencari Rava.
Tadi mereka terpisah karena Rava harus bertegur sapa dulu dengan teman lamanya. Namun, bukan sosok Rava yang terlihat, ia justru melihat sosok pria itu. Ragil.
Ia melihat Amaya dengan sangat sedih, membuatnya iba. Pria itu tersenyum, bukan senyum bahagia. Satu tangannya melambai ke arah Amaya, seakan meminta untuk mendekat.
Aku harus apa? Tidak ada alasan untukku menghindar. Perasaan cintaku untuknya sudah hilang. Kini aku hanya melihatnya sebagai sosok hangat yang dulu dekat denganku. Matahari yang telah menjadi sahabat.
Sebuah tepukan menyadarkan Amaya. Rava sekarang tepat berada di belakangnya. Dan Amaya bisa melihatnya, perasaan cemburu yang jelas terpancar dari mata suaminya. Membuat ia harus terus tersenyum untuk menenangkan Rava.
"Aku tidak lagi memiliki perasaan untuknya."
Rava menggengam tangan Amaya erat, memintanya agar tidak pergi ke arah pria itu.
"Hanya sebentar, bolehkah aku bicara sebentar dengannya? Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu."
Rava terdiam dan malah mempererat genggaman tangannya.
"Aku juga ingin menyampaikan sesuatu padanya, bahwa aku tidak menyesal memilihmu."
"Sebentar saja dan cepat kembali," pria itu berkata sambil melepas genggaman.
Amaya mengiyakan permintaannya dan berjalan ke arah Ragil.
Kali ini benar-benar akan selesai, ucapnya pelan dalam hati.
.
.
"Kamu terlihat bahagia."
"Akhir-akhir ini banyak hal menyenangkan terjadi," jawab wanita itu pasti.
"Benarkah? Berbalik sekali dengan hariku. Terasa sepi dan sedih," balas pria itu tanpa melihat wajah Amaya.
"Aku mencintainya."
"Aku tahu. Terlihat jelas di wajahmu."
Hening. Tidak ada dari mereka yang berkata kembali.
"Aku harus pergi. Rava menunggu."

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Behind The Wedding
Romance[Romance - 19+] Follow dulu, baru dibaca. -PRIA yang LICIK bagai RUBAH- Dari semua cerita dongeng aku paling benci dengan kisah putri tidur, karena ia mendapat bahagia hanya dengan tertidur. Ingin sekali aku membangunkan dan menyadarkannya bahwa ti...