11

3.7K 187 1
                                    



!

!

!





"Lisha... Lisha- LISHA" panggil Louis menggoyangkan tubuh Lisha yang membuat Lisha terkejut dan menatap Louis dengan tatapan khawatir.

"kau tidak apa-apakan?" tanya Lisha lemah masih menahan rasa sakit timah panas yang saat ini sudah bersarang di lengannya.

"apa yang kau katakan hah?. Kau menghawatirkan orang lain disaat dirimu sendiri terluka seperti ini" bentak Louis yang membuat Lisha terdiam

Namun sedetik kemudian Lisha merasakan badannya melayang yang ternyata ia tengah di dibawa Louis ala bridal style menuju sebuah kamar yang dirinya tidak tahu siapa pemilik kamar ini. Louis menutup pintu kamarnya dengan kakinya dan menurunkan Lisha di atas ranjangnya kemudian ia keluar kamar menuju dapur mengambil kotak p3k untuk mengobati luka Lisha. Setelah sampai di kamarnya Louis membuka kotak itu dan mengambil kapas serta alkohol untuk membersihkan luka dari darah terlebih dahulu.

"apa kau tertembak?" tanya Louis yang mendapat anggukan kepala dari Lisha. Louis sempat berpikir siapa sebenarnya gadis ini, kenapa ia bisa menolongnya disaat yang tepat seperti sudah mengetahui apa yang akan terjadi, namun ia tunda dulu untuk menanyakan pertanyaan itu, lebih baik ia membantu Lisha untuk mengobati lukanya.

"bagaimana caranya untuk mengambil pelurunya?" tanya Louis bingung

"gunakan saja penjepit kecil untuk mengambilnya, cepatlah" kata Lisha sudah tidak tahan

"tunggu sebentar" kata Louis

Louis mengambil penjepit kecil dari kotak dan ia melihat Lisha menyobek kain dibagian lengannya yang dipenuhi darah dengan kasar.

"apa yang kau lakukan?" tanya Louis

"mempermudahmu untuk mengambil pelurunya" jawab Lisha tanpa beban

Louis mengarahkan penjepit itu dengan ragu, ia bukanlah seorang perawat ataupun dokter yang berani atau sudah biasa menangani pasien yang terkena tembakan dan peluru itu tertanam didalam kulit yang cukup dalam. Louis memandang ngeri lubang tembakan yang ada di lengan Lisha, darahnya juga belum ingin berhenti keluar.

"apa yang kau tunggu?" ketus Lisha melihat Louis yang terlihat ragu untuk mengambil pelurunya.

Louis berdecak karena kaget dengan ketusan Lisha, kemudian ia meyakinkan dirinya untuk tetap melakukannya, bagaimanapun juga Lisha telah menyelamatkan hidupnya tadi, dan jika Lisha tidak ada bisa dibayangkan sendiri bahwa sekarang mungkin ia sudah mati kaku karena tidak ada yang menyadari jika dirinya tidak bersama the boys yang tengah asik bermain play station.

"tahanlah, mungkin ini akan sakit" kata Louis yang sedari tadi meyakinkan dirinya.

Lisha mengarahkan tangannya untuk mengambil handuk kecil di dalam kotak p3k, ia berucap kepada Louis agar cepat mengambil pelurunya sebelum handuk itu ia gigit untuk mengeluarkan teriakan tertahan agar the boys tidak ada yang mendengar kecuali Louis dan dirinya sendiri.

Teriakan tertahan itu terdengar dengan jelas di telinga Louis ketika peluru itu bersentuhan dengan penjepit untuk mengeluarkannya. Dan teriakan tertahan itu terdengar begitu menyakitkan dan memilukan, namun ada yang aneh. Kenapa Lisha tidak menangis saat terluka parah seperti ini, biasanya gadis-gadis yang terluka tidak seriuspun akan menangis kesakitan. Dia berbeda. Kata Louis dalam hati dan tersenyum kecil.

Akhirnya peluru itu dapat ia keluarkan dari dalam kulit Lisha, yang membuat tangannya terkena banyak noda darah dari luka Lisha, dan ada darah juga yang terdapat di sprai tempat tidurnya. Biarkanlah dulu, nanti bisa untuk dibersihkan. Pikir Louis.

Secret My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang