37

2.4K 138 9
                                    

Nial mengerjab-ngerjabkan matanya yang perih dan kepalanya yang terasa berputar-putar. Seluruh badannya terasa sakit semua. Ada beberapa bekas pukul di wajah yang membiru dan mungkin ada tulang tangannya yang geser karena terbentur benda yang keras.

Dia duduk di sebuah kursi usang dari besi. Dengan kedua tangan dan kakinya terikat kuat oleh tali tambang.

Dimana ini, dan kenapa gelap sekali?

Mencoba melepaskan diri dari ikatan tapi dia berhenti ketika mendengar seseorang yang tiba-tiba berbicara dengannya. Suara sepatunya sangat jelas terdengar di telinga Nial.

"rupanya kau sudah sadar, Horan!?"

"siapa kau?" tanya Nial

"kau melupakan ku ternyata hm."

"aku tidak tau siapa kau" balas Nial

"you-" rahang Nial dicengkram dengan kasar "have you also forgotten about accident two years ago"

Nial mengangguk lemah, dia ingat tentang kecelakaan yang pernah terjadi dua tahun lalu. Dia pernah hampir menabrak mati seseorang di jalan.

"kau ingat?" tanyanya dengan garang, rahangnya mengatup rapat.
orang itu harus kembali mengingat tentang kenyataan pahit yang sudah berulangkali menghampiri kehidupannya.

Lebih tepat kesialan yang menimpanya karena bintang dunia seorang Nial Horan. Dan dia tidak akan peduli dengan reputasi laki-laki yang ada di hadapannya sekarang.

Apakah Tuhan setega itu membiarkannya hidup sendiri, diwaktu yang hampir bersamaan dia ditinggal dua orang yang begitu dia jaga dan begitu dia sayangi. Dua duanya yang sangat berarti untuk hidupnya.

Dua tahun yang lalu dia harus terpanting-panting, bingung, resah, dan pasrah harus dia relakan untuk menghadapi kenyataan yang baru saja dia alami.

Dan kesalahan fatal yang Nial buat adalah menggantikan nyawa orang yang dia sayang dengan lembaran uang. Hanya itu yang dia terima dari ucapan duka seorang Nial, personil boy band dunia.

Seolah Nial memang sengaja menutup kesalahannya dari mata publik. Membuat dirinya tetap terpandang baik-baik di luar sana.

"kau tau dimana gadis itu sekarang hah?" Nial menggeleng "kau tau bagaimana rasanya ditinggal pergi adik perempuan satu-satunya yang kau punya-" mendengarnya Nial meneteskan air matanya dari balik kain hitam yang menutupnya, dia tau bagaimana rasanya "-untuk selamanya?" dilanjutkan dia menggelengkan kepalanya.

"dan karena itu, kau harus merasakannya juga. Kau akan melihat adik mu mati tepat di depan matamu, Horan!"

"Tidak!. kau tidak boleh membunuh adik ku. Aku tidak akan membiarkan mu menyentuh adik ku" Nial menggeleng dan menimpali lawan bicaranya tegas. Nial akan tetap melindungi adiknya dan menyayangi mereka.

"wow. Bukankah kau tidak ingin memiliki seorang adik pembunuh?. Tapi kau sendiri juga membunuh adikku secara tidak langsung"

"tak ku sangka aku bertemu manusia seperti mu di dunia ini"

Orang itu bertepuk tangan ringan, sengaja mengejek Nial. Sedangkan Nial mendongakkan kepalanya berniat menatap tajam sang pelaku. Tapi percuma, matanya tertutup rapat oleh kain hitam.

"gara-gara kau. kau Horan. Aku harus kehilangan dua orang sekaligus" Nial merasakan lehernya tercekik kuat dan semakin menguat. " Seandainya waktu itu kau tidak menabrak adikku hingga kritis" Nial sangat membutuhkan oksigen sekarang, jika tidak dia bisa mati. "Aku tidak akan meninggalkan seorang lagi yang sama-sama terbaring lemah di brangkar rumah sakit"

Orang itu melepaskan cekikannya kasar, dia ingin bermain dulu untuk menyiksa Nial tanpa ampun. Hari ini dendamnya akan tuntas dengan dia membunuh Nial dengan perlahan-lahan.

Secret My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang