17

3.5K 186 2
                                    

"Nial"

Tubuh Nial membeku mendengar seseorang memanggil nama nya sangat lirih ketika tangannya akan menggapai kenop pintu.

Apa itu Lisha. Tapi Lisha sudah meninggal, mana mungkin dia memanggilku. Aku tau kau masih marah dengan ku, tapi jangan ganggu kakak mu seperti ini. Aku bisa gila jika kau hantui setiap saat. Aku takut Lisha, mengertilah aku. Batin Nial

"Ni-al"

Suara itu nyata. Nial langsung membalikan tubuhnya dan melihat tangan Lisha yang tergatung di brangkarnya, ia mempercepat gerakannya dan langsung membuka kain yang menutup tubuh adiknya.

Mimpikah ini, semoga ini bukan mimpi. Harap Nial

Nial dapat melihat dengan jelas, mata adiknya terbuka dan tengah menatapnya. Senyum Nial mengembang saat itu juga, hatinya kembali utuh melihat adiknya membuka matanya kembali.

"haus" gerakan bibir Lisha meminta minum tanpa mengeluarkan suaranya.

Nial langsung mengambilkan air putih yang tergeletak di atas nakas samping brangkar Lisha terbaring, perlahan Nial membantu adiknya untuk minum.

"Drew, Mom, Dad!" teriak Nial setelah membantu Lisha minum memanggil keluarganya yang ada di luar, ia sampai melupakan keluarganya yang tengah menagis sedih karena meninggalnya Lisha.

"Nial kenap-a—Lisha" pekik Drew melihat Lisha hidup kembali

"Lisha" pekik semua orang yang masuk ke ruangan Lisha kembali, mereka semua terkejut mendapati Lisha tengah duduk di bantu Nial setelah ia minum tadi.

"ini bukan mimpi kan?" tanya Drew lirih masih tidak percaya

"You're back princess" Hestia memeluk tubuh putrinya dengan menangis dan juga tersenyum lega

*

Sudah tiga hari Lisha merengek pada orang tuanya untuk cepat keluar dari ruangan terkutuk yang berbau obat itu. Tapi dengan tegas orang tuanya menolak dan tetap menahan Lisha untuk menyelesaikan terapinya selama di rumah sakit. Orang tuanya tidak ingin hal buruk terjadi lagi pada anak bungsu mereka walau mereka tau jika Lisha adalah seorang SA.

Dan hari ini tepat seminggu Lisha diperbolehkan pulang setelah ditahan oleh orang tuanya sendiri di rumah sakit hanya untuk terapi.

"kau sudah siap beb?"

"tentu saja, aku sudah tidak sabar untuk pergi dari tempat ini" jawab Lisha dengan semangat menjawab pertanyaan kakaknya Nial

Nial hanya tersenyum menanggapi celotehan adiknya. Ia sangat bahagia dapat melihat adiknya kembali bersama dengan keluarganya.

"kita langsung ke basecamp beb, Mom dan Dad tidak bisa berlama-lama lagi di London, dan untuk Drew, sekarang dia sangat di sibukan dengan latihannya di studio"

Lisha tersenyum mendengarnya, keadaan keluarganya memang kembali sibuk dengan dunia masing-masing mereka. Tapi setiap saat orang tuanya akan menelfonnya dan menanyakan bagaimana keadaannya hari ini. Itu mungkin sedikit membuat Lisha senang bahwa orang tuanya selalu berusaha untuk memiliki waktu menghabiskannya bersama anak mereka.

"mau ku bantu untuk berjalan" tawar Nial melihat Lisha ingin turun dari brangkar

"tidak Nial, aku bisa sendiri" kata Lisha berusaha turun tapi kaki kirinya masih lemas untuk menopang tubuhnya membuatnya terhuyung kebelakang hampir jatuh jika Nial tidak cepat menangkapnya

"masih ingin menolaknya huh!" Nial ketus dan dingin, ia sedikit khawatir tadi jika benar Lisha akan jatuh.

Lisha hanya memberinya senyum lima jarinya pada Nial. Merasa yang ia perbuat bukanlah masalah besar.

Secret My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang