39

2.1K 121 6
                                    

Lisha menatap lurus sun set dari rooftop gedung rumah sakit. Dia menghembuskan nafas lelahnya. Dia lelah. Dia ingin istirahat untuk waktu yang lama. Dan waktu yang telah lama dia tunggu akhirnya tiba yaitu tugas miliknya berakhir.
huh- "thanks god" ucap gadis itu tersenyum memandang langit

"kau menikmatinya?"
Lisha mengangguk, dia nyaman dengan pelukan ini. Walau dia duduk di kursi roda dan seseorang itu memeluknya dari belakang. Tapi tak jadi masalah, malah dia memeluk lengan kokoh itu dengan kedua tangan miliknya. Dia bahagia.

Senyum terbit di bibir pucatnya. Pengorbanannya tak sia-sia. Membuat Tuhan mengijinkan dalam hidupnya untuk berakhir dengan happy end not sad and.
"kenapa kau terus tersenyum hm?" tanya laki-laki itu

"I'm done" jawab Lisha berbisik

"what?"

"I'm done Jake"

Seseorang itu diam mendengar kelantangan Lisha. Dia sebenarnya tidak mengerti kemana pembicaraan Lisha kali ini. Selesai apa yang dimaksud gadis itu. Dan seseorang itu adalah Jake, cinta pertama Lisha.
laki-laki itu berhembus pelan, lalu tersenyum lemah.
"tidak Lisha, kau belum selesai" katanya, menyembunyikan wajahnya diceruk leher gadis itu.

"Jake..hahh..bisa kau hentikan..hh..Jake"
"hentikan..hhh"

Lisha tergelak dengan tingkah Jake. Laki-laki berjambul itu mengendus-ngendus lehernya seperti anjing.

"aku tidak akan berhenti sebelum kau minta ampun padaku" gumam Jake yang masih jelas didengar Lisha

"oke-oke..hh..maafkan aku" Lisha masih cekikikan menahan geli.

"kau memang cocok jadi anjing ku Jake" celetuknya lagi memotong Jake yang ingin mengeluarkan suaranya.

Jake menyeringai "kau menantang ku hm?"

"tentu saja tidak"

"bukankah kau memang berani padaku, Cino"

Terjadi keheningan beberapa saat setelah Jake memanggil Lisha dengan panggilannya dulu. Lisha menatap Jake dengan tatapan yang sulit diartikan, entah apa yang ada di benak gadis itu sekarang. Sedangkan Jake masih setia menunggu Lisha untuk membuka suaranya, dia tau jika sebentar lagi Lisha akan menyeruakan suaranya.

"om-" tepat sekali. Hati Jake terasa teriris mendengar panggilan itu. dia merasa sudah tidak pantas lagi untuk mendapatkan panggilan itu. dia sudah terlalu—kotor.

"ya?"

Hening.

"apa aku akan baik-baik saja setelah keluar dari tempat ini?" pertanyaan Lisha mengembalikan perhatian Jake yang sempat pikirannya melayang pada dirinya sendiri.

"tentu kau akan baik-baik saja Lisha. Keluarga mu sangat menyayangi mu, dan kedua kakak mu yang selalu menjaga mu, dan juga ada Daniel"

"tapi bagaimana dengan mu?" kedua tangannya terangkat menyentuh wajah Jake yang sekarang sudah berjongkok didepannya.

"aku akan baik-baik saja" yakin Jake menggenggam tangan gadisnya yang masih bertengger di kedua pipinya. Genggamannya semakin erat membuat Lisha melihatnya dengan mata berkaca-kaca.

"kau tidak akan pernah meninggalkanku kan?"

Jake mendongak, dia tersenyum manis untuk Lisha "aku tidak akan pernah meninggalkan mu Lisha" jawaban yang Jake berikan malah membuat Lisha meneteskan air matanya. Gadis itu menggeleng.

"bisa aku ikut dengan mu?"

"tidak, kau harus tetap tinggal Lisha. Kau tidak boleh pergi kemanapun" kali ini Jake menangkup wajah tirus Lisha, kedua ibu jarinya dengan halus menghapus jejak-jejak air mata yang mengalir menganak sungai.

Secret My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang