Lisha membuka matanya yang masih tertutup kain gelap itu perlahan. Dia baru saja bangun dari tidurnya. Masih sama dengan posisi kemarin saat dia datang di tempat ini. Duduk di kursi usang dengan pengikat yang mengikat tubuhnya dengan erat. Lemas yang gadis itu rasakan, tubuhnya sakit saat dia sadar dari tidurnya. Pasti bekas cambukan dan pukulan itu meninggalkan luka di kulitnya.
Tangan yang terikat di belakang tubuhnya berusaha membuka simpul tali yang mengikat kuat kedua tangannya. Sesekali Lisha meringis karena tangannya sakit dan pegal untuk meraih ujung simpulan tali itu. fokus Lisha, fokus !. batinnya menyemangati untuk segera bebas dari tempat ini.
Memakan waktu lama, sebelum suara langkah seseorang mendekat ke arahnya. Lisha benafas lega dan menenangkan dirinya untuk tidak bergerak meski jantung berpacu dengan cepat.
"bangun pemalas." Suara laki-laki itu lagi, di susul tangan besar itu menepuk pipi Lisha dengan kasar.
Kain gelap itu akhirnya lepas dari wajahnya. Laki-laki itu menatap lekat wajah gadis yang ada di depan matanya, menelusuri setiap lekuk wajah yang tercipta membentuk wajah cantik yang tak mampu dia bermunafik lagi jika dia memang menginginkan gadis yang ada di depannya saat ini.
"kenapa kau begitu cantik ?" tanyanya lembut, jarinya ikut menelusuri kulit putih itu dengan perlahan.
Lisha melengos memalingkan wajahnya menghindar dari sentuhan menjijikan itu kembali. "kau menolak ku ?" tangan kasar itu memaksa Lisha untuk kembali menoleh menghadap wajahnya.
"jawab aku brengsek." Sentak laki-laki itu pada Lisha. Tubuh Lisha terguncang karena kedua tangan laki-laki itu sudah bertengger di kedua sisi bahunya. "kau tak punya pilihan Lisha, kau pikirkan baik-baik." Ucapnya tersenyum menatap kelereng biru Lisha merendahkan.
"kau kehilangan nyawa mu atau kau serahkan tubuhmu. Atau-" ucapannya menggantung memberi sebuah pertanyaan. "kau ingin dua-duanya ?" tanya nya penuh kemenangan, terukir semirik mengerikan di wajah tegasnya yang siap menyantap Lisha hidup-hidup.
"aku punya pilihan ku sendiri."
"ahhh. Aku suka gadis pemberontak seperti mu."
"sudah lah," laki-laki itu berdiri tegak dan berbalik untuk meninggalkan Lisha sendiri lagi. "nikmati sisa waktu mu. aku akan segera kembali." Ucapnya kembali melambaikan tangannya dengan manis ke arah Lisha tanpa menutup kembali mata gadis itu dengan kain gelap lagi.
Sepeninggalan laki-laki itu dari hadapannya, Lisha tersenyum penuh kemenangan. Pelan tapi pasti tali yang memengikat kedua tangannya berhasil dia longgarkan dan lepas. Cepat-cepat dia memotong ikatan tali yang juga mengikat tubuhnya dari sebuah pisau lipat yang selalu tersimpan di balik celana yang dia kenakan. Hingga tali yang mengikat tubuhnya putus dan dia bebas.
"kau akan membayar semua kesalahan mu dude." Gumam Lisha melihat kemana tadi laki-laki itu berjalan pergi. Tangannya memainkan pisau yang masih dia genggam, tanpa ragu gadis itu mengiris lengan kirinya dalam hingga darah segar mengalir dari luka yang dia ciptakan sendiri. Matanya berbinar melihat darah yang mengalir dari lengan membuatnya senang. Manis darah yang dia hisap dan bau anyir darah mampu membuatnya melayang. Lisha sendiri mulai sadar jika dia memang gila. Dia bukan manusia normal yang selalu Daniel dan pamannya itu katakan. Dia- berbeda.
Lisha mulai bangun dari duduknya dan berjalan pelan untuk meneliti lagi tempat macam apa yang diguanakan untuk menyekapnya. Rasa sakit yang berasal dari lengan kirinya tak dia rasakan sama sekali. Dia ingin mencari tahu siapa saja yang bekerja sama untuk menyekapnya dan membalas mereka dengan manusiawi.
Karena orang itu telah membuat keluarganya menjadi khawatir dengan Lisha yang tengah mereka sekap.[]
Tomy duduk resah di kursi kerjanya. Dia menunggu laporan kemajuan tentang kabar keponakannya yang keberadaannya masih dicari-cari. Tubuhnya masih banyak peluh yang bercucuran karena dia baru saja berkeliling untuk mencari Lisha. Pria paruh baya itu hanya berharap jika Lisha tidak membuat masalah lebih keruh lagi. Dia berharap agar gadis itu cepat menyelesaikan masalah kali ini. Lisha sudah berniat untuk mencari tahu semuanya tentang masalalunya dan kondisi tubuhnya sendiri. Dengan kekuasaan yang dimiliki gadis remaja itu mungkin saja Lisha telah berhasil menemukan semua jawaban yang gadis itu butuhkan walau hampir semua dokter dan rumah sakit di seluruh eropa dia cegah agar tak menerima Lisha sebagai pasien mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret My Sister
Боевикkisah gadis yang kembali dalam kehidupan keluarganya setelah lama menghilang. Namun dibalik itu ia harus menjalankan misinya yang menuntutnya melindungi keluarganya dan menjaga identitasnya dari semua orang