3. Malu

17.9K 661 3
                                    

Yang di mulmed itu foto Keily ya readers 😊
Gimana? Cantikkan? 😁
Tapi sayang ya Keily lebay 😁
Foto Fero nyusul ya 😊

****

"Santai aja kali, gue kesini mau minta nomer hp lo kok" ucap Fero santai.

"APA?!" lagi-lagi Viola berteriak karna kaget, apa telinga nya tak salah dengar?

"Lo suka banget ya bilang kata Apa? Hmm?" ucap Fero yang kini mulai mendekatkan wajah nya. Sontak Viola mulai memundurkan wajah nya. Seperti nya wajah nya sudah memerah sekarang. Ia malu sekali.

"Jadi lo mau kan ngasih nomor lo ke gue?" tanya Fero lagi.

"Eh iya iya"

Fero menyodorkan ponsel nya dan langsung di sambar Viola. Kini jari-jari lentik itu mulai menekan tombol-tombol di ponsel fero dan menyimpan nya.

"Nih..." Viola mengembalikan ponsel Fero.

"Ok, gue balik duluan ke kelas ya" pamit Fero.

"Eh iyaa.." Viola jadi salah tingkah.

Selepas kepergian Fero, Keily pun akhirnya keluar juga dari toilet.

"La, lo ngomong sama siapa tadi?" tanya Keily sambil celingak-celinguk gak jelas.

"Apaan sih Kei, gue dari tadi diem aja kok disini" bohong Viola.

Keily mulai menyipitkan mata nya curiga, "gue dengar kok tadi lo teriak-teriak APA-APA gitu" ucap Keily menatap Viola tajam.

"Lo salah dengar kali, udah ah ayo balik, keburu pak Burhan masuk kelas" Viola menarik tangan Keily menuju kelas.

Sedangkan Keily bingung, jadi dia tadi dengar suara nya siapa ya? Masa iya penunggu toilet? Keily mulai bergidik ngeri memikirkan nya.

Hampir saja mereka menginjakkan kaki di kelas, tiba-tiba pundak mereka di pegang erat oleh pak Burhan dan menatap mereka tajam, setajam silet.

Mereka menoleh kebelakang dan terkejut melihat penampakan horor itu, muka pak Burhan lebih horor dari flim-flim horor biasa nya.

Alhasil mereka berdua cengengesan tak jelas.

"Eh bapak, sehat pak?" tanya Keily dengan polos nya, Viola yg mendengar itu hanya menepuk jidat nya sendiri.

"Gak usah basa-basi kamu! Ngapain kalian keluyuran di jam pelajaran saya?!" tanya pak Burhan sedikit berteriak.

Viola dan Keily cukup terkejut.

"Ih bapak nih uda tua juga gak boleh galak-galak tau pak, ingat umur pak, lagian bapak uda tua juga kenapa gak pensiun aja sih? Mending di rumah aja pak nyantai menikmati masa tua di rumah sama anak istri" celetuk Keily seakan gak berdosa.

Pak Burhan yang mendengar itu melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan murid nya, sementara Viola menganga cengok, hampir saja air liur nya menetes.

"KETERLALUAN! SEKARANG KALIAN HORMAT BENDERA SAMPAI PELAJARAN SAYA BERAKHIR!!! SEKARANGG!!!" Bentak pak Burhan murka.

Sontak Viola dan Keily lari sekencang-kencang nya meninggalkan guru killer itu. Teriakan pak Burhan tadi menggetarkan seisi sekolah. Untung saja sekolah mereka tidak rubuh.

Merasa sudah jauh dari pak Burhan, Viola dan Keily berhenti berlari tepat di depan tiang bendera. Nafas mereka tersegal-segal.

"Hosh... Hosh... Capek banget, gara-gara lo sih Kei, ngapain juga mancing kemarahan pak Burhan, kan kita jadi di hukum" ucap Viola yang masih merasa ngos-ngosan.

"Gue kan ngomong apa adanya La, hosh.. hosh.." jawab Keily polos.

Saat napas mereka sudah kembali normal, mereka berdua mulai menjalankan hukuman dengan berat hati.

Sementara seorang anak laki-laki sedang berjalan-jalan di sekitar sekolah. Tak sengaja ia melihat Viola dan teman nya sedang menghormat bendera, tapi ia tak melihat adanya Viona. Ia pun mendekat ke arah mereka.

"Dihukum lagi?" tanya Alvin datar. Ya Alvin sudah sering sekali melihat kembaran nya Viona itu di hukum bersama teman nya itu.

"Eh kak Alvin, iya kak" jawab Viola malu-malu.

"Kakak ngapain disini? Ini kan masih jam pelajaran berlangsung? Hmm bolos ya? Atau kakak nyari Viona?" tanya Keily bertubi-tubi.

"Hanya sekedar lewat aja, lagian di kelas gue lagi free les, jadi gak ada guru yang masuk. Iya Viona dimana?" balas Alvin dengan ekspresi datar nya.

"Kak Viona belajar kak di kelas" kata Viola.

"Oh. Yauda kalo gitu gue cabut dulu ya" tanpa menunggu jawaban, Alvin melenggang pergi meninggalkan mereka.

Keily dan Viola hanya bisa menatap kepergian Alvin dengan perasaan heran.

"Kenapa ya kak Alvin kalo gak ada Viona sikap nya dingin dan datar? tapi coba kalo ada Viona, behh lebay dan alay nya gak ketulungan" ucap Keily merasa heran.

"Iya ya Kei, aneh. Gue juga tadi mau nanya gitu, kak Viona sangat berdampak ya buat kak Alvin, gue salut" jawab Viola.

Namun jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa sedikit iri dengan kakak nya itu, ia juga ingin seperti kakak nya, disukai banyak lelaki, dan kehadiran nya bisa berdampak untuk seseorang, tapi kapan? Viola hanya bisa tersenyum miring.

"Kak Alvin cinta mati banget deh kaya nya La sama kakak lo, kasian juga ya liat kak Alvin terus-terusan di tolak Viona" ucap Keily.

"Iya sih Kei, tapi kita kan juga gak bisa maksain perasaan nya kakak gue. Mungkin memang belum saat nya, kali aja suatu saat nanti kakak gue bisa ngebalas perasaan kak Alvin" balas Viola lalu tersenyum manis.

Keily membalas senyuman itu. Mereka kembali melaksanakan hukuman.

Tetttt...tetttt....

Akhir nya bel pergantian mata pelajaran berbunyi juga. keily dan Viola segera berlari menuju ke kelas, namun saat ingin berbelok, tak sengaja Viola menabrak seorang lelaki dan mereka terjatuh. Sedangkan Keily masih tertinggal jauh di belakang.

Viola bangkit kemudian mengulurkan tangan nya untuk membantu lelaki itu, "Ma-maaf, gu-e bub-buru-buru" ucap Viola gugup dan malu sekali.

Lelaki itu tak menggubris uluran tangan Viola, ia bangkit sendiri.

"Lain kali hati-hati" ucap Alvin lalu pergi gitu aja.

Orang yang di tabrak Viola adalah Alvin.

Mendengar apa yang di ucapkan Alvin, Viola merutuki kebodohan nya. Kenapa sih gue harus nabrak segala?

Keily yang baru saja datang langsung memutar-mutar tubuh Viola.

"Lo gapapa kan La? Mana yang sakit mana?" tanya Keily khawatir.

"Gue gapapa kok Kei, tapi gue malu banget, bisa-bisa nya gue nabrak kak Alvin, dan lo tau gak? Tadi gue mau bantuin dia, tapi diabaikan, huh" ucap Viola lalu mengerucutkan bibir nya.

"Udah deh gak usah di pikirin, yang penting lo gak kenapa-kenapa, uda ayo buruan balik ke kelas, ntar kalo telat malah di hukum lagi" kata Keily.

Kini Viola dan Keily kembali berlari menuju kelas mereka.
Namun perasaan malu itu masih terus hinggap di diri Viola.

***

Viona & ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang