44. Jauhi Gue

16K 527 7
                                    

"Berapa kali pun aku mencoba melupakan mu, namun hasil nya tetap sama, aku malah semakin mengingat mu"
~Viola

****

Semenjak melihat Viola pulang dengan keadaan yang berantakan, Viona merasa kasihan setiap kali mengingat adik nya itu. Bahkan di hari minggu yang biasanya menjadi hari terfavorit untuk nya kini terasa biasa saja. Bukan hanya untuk diri nya, namun juga untuk adik nya.

Selepas kejadian waktu itu, Viola lebih memilih bungkam dan banyak menghabiskan waktu nya di dalam kamar. Bahkan Viona sangat jarang melihat nya keluar kamar. Viola lebih memilih berdiam diri di kamar nya. Hal itu membuat Viona sangat mengkhawatirkan keadaan adik nya.

Tapi, apalah daya. Ia tak sanggup bertanya apapun pada adik nya. Takut kalo nanti nya pertanyaan yang ia lontarkan akan menambah kesedihan adik nya itu.

Saat ini Viona sedang menata rapi makanan di meja makan. Sembari menunggu adik nya turun dari kamar, Viona memainkan ponsel nya.

Tap tap tap

Viola menuruni tangga dengan sangat hati-hati. Kali ini raut wajah nya tidak sesedih sebelum nya. Dan dilihat dari cara berpakaian nya, seperti nya ia ingin bepergian.

"Pagi kak.." sapa Viola ramah pada kakak nya.

Viona menangguk dan mengeluarkan senyum termanis nya. "Uda cantik aja, mau kemana La?" tanya Viona sesekali melirik Viola dari bawah hingga ke atas.

"Gue bosan di rumah kak. Mau cari udara segar di luar" seru Viola seraya mengoleskan selai ke roti nya.

Viona menimbang-nimbang perkataan Viola. Ia belum terlalu yakin dengan keadaan adik nya. Tapi, ia juga ragu untuk menanyakan keadaan Viola saat ini bagaimana. "Gue ikut ya?" pinta Viona.

"Boleh, tapi kakak emang nya hari ini gak ada janji?"

Berbicara soal janji, Viona jadi teringat janji nya dengan Fero.

Viona cengengesan gak jelas. "Hehe.. Iya sih, gue ada janji sama Fero, maaf ya La, mungkin lain kali gue bisa" kata Viona dengan ekspresi puppy eyes nya.

Viola menghela nafas lembut. "Gapapa kali kak, gue ngerti kok. Gue kan uda biasa sendiri." Viola tersenyum. Namun senyum itu terlihat kecut.

Viona juga terlihat seperti merasa bersalah. "Maaf.." ucap nya pelan. Namun masih bisa terdengar di telinga Viola.

Setelah perbincangan itu, mereka terdiam. Viola segera menghabiskan sarapan nya, begitu juga Viona.

"Gue selesai kak. Gue pamit ya. Byee kakakk.." seru Viola sembari bergegas pergi.

****

Toko buku adalah sebuah tempat favorit khusus nya bagi Viola. Dimana ia bisa melihat-lihat sekaligus membeli novel terbaru. Ntah sudah berapa rak-rak buku yang ia lewati, namun sampai sekarang masih tak ketemu satu pun novel yang menarik hati nya.

Kebanyakan novel yang ia lihat sudah pernah di baca nya. Viola sedikit kecewa karena tak mendapatkan novel baru. Namun ia masih tetap mencari di rak yang lain. Kini tinggal satu rak lagi yang belum ia jelajahi.

Viola melangkah menuju rak yang tersisa. Ia membaca dan melihat semua judul novel dengan teliti, sampai tak ada satu novel pun yang terlewatkan. Hingga mata nya tertuju pada sebuah novel yang masih terbungkus plastik dan hanya tinggal satu. Betapa senang nya Viola saat apa yang ia cari ternyata ada.

Perlahan tangan nya terulur untuk meraih novel itu, dan bersamaan dengan tangan nya, ada tangan seseorang yang juga ingin meraih novel itu hingga tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Viola segera menarik tangan nya dan menunduk.

"Nih buat lo aja" ucap orang itu sambil menyodorkan novel berjudul Berawal Dari Tatap kepada Viola.

Viola mencoba mendongak kan kepala ingin melihat orang itu, Dan..

Deg..

Dunia memang benar-benar sempit, dari sekian banyak nya orang dan dari sekian banyak nya tempat, mengapa Viola harus bertemu dengan Alvin bahkan di toko buku sekalipun? Viola membenci takdir yang selalu mempermainkan nya.

Dengan secepat kilat Viola berbalik arah hendak pergi, namun Alvin lebih dulu mencekal pergelangan tangan Viola hingga langkah nya terhenti.

"Kenapa?" tanya Alvin dengan raut wajah yang serius.

"Lepasin tangan gue kak, biarin gue pergi" jawab Viola lirih. Jantung nya berdetak sangat kencang kali ini.

Bukan nya melepaskan cekalan tangan nya, Alvin malah semakin mempererat nya.

"Kenapa? Kenapa lo lakuin ini lagi?" tanya Alvin kembali, kali ini wajah nya terlihat senduh.

Viola terdiam sesaat. Apa yang harus ia katakan? Sesungguh nya ia benci saat-saat seperti ini. Namun ia tetap memantapkan hati nya untuk menjauhi Alvin sebisa mungkin.

"Lepasin kak, dan tolong jauhin gue.." seru Viola dengan nada sedih. Sebisa mungkin ia menahan tangis nya.

Tanpa aba-aba Alvin menarik Viola ke dalam dekapan nya. Sejujur nya sejak tadi ia ingin sekali memeluk gadis yang ada di hadapan nya itu. Ntah mengapa setiap kali gadis itu menjauhi nya, ia merasakan sakit dan rindu yang sangat menyiksa.

Viola tertegun. Hal pertama yang ia rasakan adalah nyaman. Namun hal itu segera di tepis nya. Ia harus ingat dengan tujuan nya untuk menjauhi Alvin bagaimana pun cara nya.

Viola meronta-ronta hingga Alvin melepaskan pelukan nya namun tidak dengan cekalan nya.

"Kenapa gue harus jauhin lo?" tanya Alvin sembari memandangi Viola.

Karena lo uda jadi milik orang lain kak, dan gue mau lupain lo kak, jika lo terus ada di dekat gue, gue yakin gue gak bakal bisa lupain lo, di saat lo jauh aja gue gak bisa lupain lo apalagi di saat lo dekat kaya gini.

Viola merasakan dada nya sesak. Seperti tertusuk-tusuk jarum.

"Gue mohon kak, jauhin gue dan jangan ganggu gue lagi" ucap nya dengan nada bergetar. Setetes air mata telah meluncur di pipi mulus nya.

Spontan Alvin melepaskan cekalan tangan nya. Tak hanya Viola, alvin juga merasakan sakit di hati nya. Bagaimana tidak? Baru kali ini Viola mengatakan suatu hal yang mampu membuat nya tercengang.

Viola berjalan satu langkah kemudian berhenti. "Jauhin gue kak, selamanya.." ucap Viola lirih, kemudian pergi meninggalkan Alvin yang mematung saat mendengar kata terakhir dari Viola.

Begitu juga Viola yang menangis tak ada henti nya. Ternyata diri nya tak sekuat apa yang ia pikirkan.

Dulu aku pernah bermimpi menjadi seorang putri, namun saat aku tau bahwa aku hanya rakyat biasa, aku sadar mimpi ku hanya sebuah harapan yang tak akan pernah terwujud. Begitu juga dengan mimpi ku yang ingin bersamamu selamanya, namun saat aku tau kau milik orang lain, aku sadar aku harus melupakan mu dan merelakan dirimu dengan nya. Pedih ya..

***

Viona & ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang