37. Demam

12.1K 480 7
                                    

Seluruh tubuh Viola terasa sakit dan nyeri hingga terasa sulit untuk di gerakkan. Meskipun sudah di obati tapi semua masih terasa sama. Apalagi kening nya yang memar yang berdenyut-denyut. Padahal hanya di bully tapi rasa nya seperti habis mengalami kecelakaan yang parah.

Kini Viola berbaring di ranjang nya. Sejak tadi ia meyakinkan kakak nya agar tetap pergi berkencan, namun Viona masih ragu untuk meninggalkan Viola dalam keadaan seperti itu. Sementara Fero sama dengan Viona, ia ingin membatalkan acara kencan nya tapi Viola melarang.

"Lo beneran gapapa gue tinggal?" tanya Viona ragu.

"Gapapa kak, uda sana pergi. Gue gak mau jadi penghambat kencan kalian." Viola tampak tersenyum saat mengatakan hal itu.

"Kita bisa kok membatalkan nya dan mengganti nya di hari lain" celetuk Fero tiba-tiba.

"Gak boleh gitu dong, lagian kalian uda rapi begini masa mau di batalin kan sayang, uda sana pergi, gue males liat orang pacaran, huss... Husss.." rajuk Viola pura-pura. Ia hanya ingin kencan kakak nya berjalan lancar.

"Tapi benar kan La gapapa? Yaudah gue pergi ya, kalo ada apa-apa telpon gue aja" Ucap Viona lalu mengecup kening Viola singkat.

Ya, Viola sudah membeli ponsel baru, kakak nya lah yang membelikan nya.

Viola hanya mengangguk. Tiba-tiba Fero berjalan mendekati Viola hingga membuat Viola maupun Viona terheran-heran. Fero agak sedikit membungkukkan tubuh nya.

"Eh mau ngapain kamu?" tanya Viona bingung.

"Mau kasih kecupan di kening juga kaya kamu tadi" balas Fero sangat polos. Viona membelalakkan mata nya kaget.

"Ih kamu apa-apaan sih! Gak cukup apa aku aja?" rajuk Viona sembari melipat kedua tangan nya di dada.

"Hahaa.. Bercanda sayang, kamu lucu banget kalo lagi merajuk, uda ayo pergi" Viona mengerucutkan bibir nya. Lalu mereka pergi.

Viola hanya bisa tertawa kecil di ranjang nya melihat tingkah lucu kakak nya.

Bahkan untuk tertawa pun rasa nya sakit.

****

Pagi ini Viona sangat kesal karena ulah Viola yang tak mau mendengarkan perkataan nya. Sebagai seorang kakak pastilah ia khawatir dengan kesehatan adik nya yang masih di terbilang cukup buruk itu. Bagaimana bisa Viola mengatakan diri nya sehat padahal wajah nya terlihat pucat, bahkan tubuh nya terlihat lemas. Ia tak habis pikir dengan adik nya itu. Pura-pura sok kuat padahal sangat lemah. Ntah apa yang ingin ia lihat di sekolah sampai ia tak bisa meninggalkan sekolah satu hari saja. Padahal Viola bukan lah siswa yang rajin, ia bahkan sering bermalas-malasan di kelas dan lebih parah nya lagi sering membolos.

Hukuman saja tak mampu membuat Viola jera. Malah terkadang Viola bangga jika di hukum. Aneh kan? Ya begitu lah Viola.

Sejujur nya Viona sangat tak tega. Kalo bisa di tukar, lebih baik Viona saja yang sakit. Karena Viola itu jarang sekali sakit, dan sekali nya sakit akan terlihat sangat lemah dan menyedihkan.

Sepanjang koridor sekolah, banyak murid yang menatap mereka, lebih tepat nya mengarah ke Viola. Lihat saja gadis lemah itu, terlihat sok kuat padahal wajah nya sangat pucat seperti mayat apalagi di tambah kulit putih bersihnya. Jalan nya saja pelan sekali seperti siput.

"Omaygat Viola! Kok lo sekolah sih? Seharus nya lo tuh istirahat aja di rumah, liat muka lo pucat banget" teriak Keily histeris tepat saat si kembar baru saja masuk ke kelas.

"Kok lo biarin Viola sekolah sih Na?" tambah Keily.

"Aduh Keily gue uda capek larang Viola supaya dia gak sekolah. Tapi lo tau lah, Viola ngeyel banget, gak mau dengerin apa kata gue. Masa kata nya dia baik-baik aja padahal lo lihat sendiri kan dia itu gak baik-baik aja!" kesal Viona. Ia sudah gak tau lagi mau berkata apa.

Viona & ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang