7. Di hukum

13.6K 568 8
                                    

Pagi ini seisi sekolah di kaget kan dengan adanya perubahan Viona yang sangat drastis. Tiba-tiba menjadi sangat baik dan ramah pada semua orang, membuat para lelaki yang mengejar-ngejar diri nya makin tergila-gila padanya.

Fero yang memang sangat menyukai gadis itu, kini semakin tergila-gila pada nya. Apalagi dirinya cukup terkejut melihat sang pujaan hati tak galak lagi.

Sedari tadi Fero diam-diam memperhatikan Viona, padahal di sebelah gadis itu ada pacar nya, namun sama sekali tak di hiraukan nya. Dari jarak yang cukup jauh, Fero terus memperhatikan gadis itu.

"Mata lo bisa keluar kalo terus-terusan natap tuh cewek Fer" seru Viko tiba-tiba yang ntah datang dari mana.

"Kapan lo datang? Kok gue gak liat lo lewat dari pintu itu" jawab Fero heran, teman nya itu seperti hantu saja.

"Gimana lo mau liat gue, kalo dari tadi mata lo cuma tertuju ke Viona? Hmmm?" Viko menyeringai.

"Ah bisa aja lo buat gue mati kutu" ucap Fero datar lalu mengacak-ngacak rambut nya.

"Gue kasihan sama Viola, gimana coba perasaan nya kalo tau dari tadi pacar nya merhatiin cewek lain? Lo jaga sikap lo lah Fer" Viko mulai berceramah, dan itu membuat Fero kesal.

"Uda lo tenang aja deh, nanti juga dia bakal gue buat senang, gue uda nyusun rencana jauh-jauh hari, lagian lo juga kenapa sih sewot bener? Suka-suka mata gue dong mau liat siapa" ambek Fero.

"Ya ya ya suka-suka mata lo" balas Viko kesal. Kini ia duduk di samping Fero lalu memainkan ponsel nya. Tak perduli lagi dengan Fero yang tak pernah mendengarkan apa kata nya. Keseharian mereka hanyalah beradu pendapat dan tak pernah sejalan. Tapi biarpun begitu mereka tetap lah sahabat.

***

"Woi Na, lo gak ngerasa apa dari tadi di liatin Fero? Sampe mata nya mau keluar noh liatin lo terus" ucap Keily sambil ketawa-ketawa gak jelas, ntah di bagian mana nya yang lucu.

"Eh, masa sih?" Kini Viona melihat ke arah dimana Fero duduk, ternyata benar apa kata Keily. Viona mencoba tersenyum pada Fero lalu kembali memainkan ponsel nya.

Sementara di samping Viona, seorang gadis sedang menahan tangis nya. Viola mati-matian untuk tidak menangis ketika mendengar yang di katakan Keily, dan kenyataan bahwa itu semua benar. Viola memanglah gampang menangis apalagi jika hati nya benar-benar terluka.

"Lo La, lo kenapa? Kok nangis?" tanya Keily tiba-tiba.

Viola merasa heran dengan apa yang di katakan Keily. Menangis? Ia langsung memegang pipinya dan benar saja air mata sudah membanjiri pipi nya. Ia buru-buru menghapus air mata nya.

Viona yang tadi nya sibuk dengan ponsel nya kini menatap adik nya.

"Kenapa?" tanya Viola khawatir.

"Eh enggak kok, ini tadi lagi baca artikel sedih banget, gak sadar sampe nangis gini, hehehe.." Viola memaksakan cengiran di wajah nya. Ia tak mau membuat kakak dan teman nya khawatir. Ia akan menyimpan sakit itu sendirian.

"Aelah gue kira apaan La, lo sih baperan orang nya" seru Keily sambil menoel-noel pipi Viola.

"Viola kan emang gitu, ada yang sedih dikit nangis" tambah Viona.

Viola hanya bisa terus memaksakan senyuman di wajah nya. Namun sebenarnya ia tak sanggup harus terus berpura-pura.

"Kak, Kei, gue ke toilet dulu ya"

"Lo mau gue temenin?" tawar Keily.

"Enggak usah, lagian gue cuma mau cuci muka aja, biar gak keliatan habis nangis" kata Viola yang kini kembali tersenyum paksa.

"Aelah tinggal di poles bedak kan juga bisa La" sewot Keily.

"Aduh Keily rempong benar, Viola mau nya ke toilet bukan tepungan kaya lo" ejek Viona saat Keily mulai memoleskan bedak ke wajah nya.

"Apaan sih Na, kok tepungan? Gue lagi bedakan tau, ih lo kok nyeb-" ucapan Keily terpotong saat mulut nya kini di bekap oleh Viola.

"Uda ya gak usah berantem, gue ke toilet dulu" Viola melepaskan bekapan nya lalu pergi meninggalkan kelas.

"Bussettt dah! Untung Princess Keily gak mati" ujar Keily lebay.

"Mulai lagi deh alay nya" Viona memutar bola mata nya malas melihat Keily yang sedang kumat alay nya.

Sementara Viola kini sudah berada di toilet dan nangis sepuas-puas nya. Ia meluapkan kesedihan nya di dalam toilet.

"Gim-ma-na gue mau ber-taa-han kaa-lo ka-yya gin-ni aja uda gak sang-gup? Hikss... Hiks..." Viola terisak-isak di dalam toilet.

Drrtt..drttt...

Tiba-tiba saja ponsel nya bergetar, ia segera melihat siapa gerangan yang mengirimkan pesan padanya.

From : My Love

Jangan sedih :)
Aku gak maksud buat kamu sedih :)
Tadi aku bercanda supaya kamu cemburu :)
Maafin aku ya :)
I Love you :)

Mata Viola terbelalak membaca pesan itu. Bagaimana bisa Fero mengatakan i love you jika dirinya saja tak pernah mencintai nya.

"Permainan lo bagus Fero. Bercanda? Bagaimana bisa gue percaya kalo gue tau semua kenyataan nya. HUUAAAAAAAAAA....." Kini tangis Viola kembali pecah menggema di dalam toilet.

"Siapa aja yang di dalam, tolong gantian dong! gue juga mau make nih toilet!" teriak seseorang dari luar sambil menggedor-gedor pintu toilet.

Viola tersentak dan segera menghapus air mata nya dan mambasuh wajah nya. Setelah itu ia keluar dari toilet.

"Lama banget sih" ucap gadis itu sangar dan melewati Viola begitu saja.

Viola tak menghiraukan ucapan gadis itu. Ia pergi begitu saja.

Viola berlari menuju kelas nya.

***

"KAMU TAU KAMU TELAT BERAPA MENIT? 25 MENIT, HAMPIR SETENGAH JAM! MEMANG NYA KAMU NGAPAIN AJA DI TOILET?" Bentak pak Burhan si guru killer.

"Maaf pak, tadi sa-" ucapan Viola terpotong.

"GAK ADA ALASAN! SEKARANG KAMU DI HUKUM! PERGI MENGHORMAT BENDERA SAMPAI PELAJARAN SAYA SELESAI" lagi-lagi di bentak. Para murid menatap Viola iba termasuk Viona dan Keily.

"Tap-" lagi-lagi terpotong.

"SEKARANG!!!" bentak pak Burhan.

Viola langsung lari meninggalkan ruangan itu sebelum pak Burhan tambah murka.

Viola merutuki kebodohan nya karena bisa-bisa nya ia tak melihat jam dan berlama-lama di dalam toilet. Ya begini lah akhir nya. Lagi-lagi ia harus di hukum, dan kali ini ia sendirian, karena biasa nya ia selalu di hukum bareng Keily.

Hari ini cuaca cukup panas, membuat peluh Viola bercucuran deras, baju nya hampir basah karena keringat.

"Huhhh panas banget sih! Itu guru gila gak punya hati apa ya, masa tega nyuruh gue berjemur disini, mana lama banget lagi bel nya, sial banget sih" umpat Viola kesal. Tangan nya sudah pegal, rambut nya pun setengah basah, wajah dan kulit nya sedikit memerah akibat kepanasan.

"Capekkk nya.. Bel dong bel" lagi-lagi Viola mengeluh, Viola berdoa supaya bel cepat berbunyi, karena diri nya sudah tak tahan dengan panas nya sinar matahari. Bisa garing dia kalo harus berjemur di bawah terik nya matahari.

***

Viona & ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang