2 - Carpe Noctem

142K 15K 2.5K
                                    

Carpe Noctem - Seize the Night

*

"Lewat dari jam sepuluh malam, nggak boleh ada siswa yang berkeliaran di koridor. Kalau lo sampai ketahuan, lo bakal dibawa ke ruangan Bu Sugiarto dan percayalah, lo nggak akan suka jenis hukuman yang bakal dia kasih ke lo."

Serentetan kalimat itu Basil ucapkan sesaat setelah kepalanya melongok masuk ke kamar asrama yang dihuni Persie dan Risa lewat ambang pintu yang lupa Risa tutup. Sontak Risa yang tengah sibuk mencukur bulu-bulu halus dari kakinya langsung melotot geram pada Basil. Iya, Basil memang bisa jadi salah satu teman terdekat yang Risa punya, terutama di sekolah aneh yang benar-benar tidak manusiawi seperti sekolah ini, tapi tetap saja, Basil itu cowok. Dan Risa paling sebal dilihat cowok terutama ketika dia sedang mengurusi bulu-bulu pribadinya.

"Lo tuh bisa ketuk pintu dulu nggak, sih?"

"Masih bagus dia nggak langsung masuk ke kamar." Persie menyela, membuat Risa memutar bola matanya sementara Basil nyengir tanpa merasa bersalah.

"Sori ya, tapi gue juga nggak merasa hoki ngeliat kaki lo yang telanjang itu. Kalau boleh jujur, gue justru ngerasa sial. Mata gue yang suci ini sudah ternoda."

"Terserah. Sekarang mending lo pergi dari sana dan balik ke kamar asrama lo sendiri kalau lo masih kepingin hidup."

"Aduh, lo itu memang benar-benar seonggok organisme vertebrata yang songong setengah mati, ya?"

"Lo bukan Vicky Prasetyo, jadi jangan bacot sok ilmiah sama gue."

"Vicky Prasetyo siapa?"

"Ada. Orang yang gaya bahasanya sama ribetnya kayak gaya bahasa lo barusan."

Basil manggut-manggut. "Dia pasti ganteng."

"Sebelas-dua belas gitu sama lo."

"Berarti dia memang ganteng."

"Iya. Ganteng banget." Risa menjulurkan lidahnya. "Mending sekarang lo balik ke kamar lo. Muak juga gue seharian harus lihat muka lo lagi muka lo lagi."

"Aduh, para gadis ini benar-benar sensi sekali ya, kayak pantat bayi kena iritasi karena kelamaan pake popok penuh ompol." Basil berkacak pinggang. "Yaudah. Gue balik ke kamar asrama gue. Tapi lo harus ingat apa yang gue bilang tadi, Trisha Narestria. Lewat jam sepuluh malam, semua siswa dilarang berkeliaran di koridor."

"Kenapa? Takut kena serangan troll?"

"Idih, lo kira kita hidup di dunia Harry Potter?" Basil mencibir. "Aturan. Karena lo harus bangun sebelum jam enam pagi. Yaudahlah. Gue mau balik ke kamar asrama gue. Intinya, lo dilarang berkeliaran di koridor di atas jam sepuluh malam. Ngerti?"

"Kayaknya sih ngerti."

"Gue serius, Risa."

"Iya, iya. Gue ngerti."

Risa boleh saja menjawab seperti itu pada Basil, tapi omongan hanya tinggal omongan. Lidah memang tidak bertulang. Karenanya, mengucap sesuatu jauh lebih mudah daripada merealisasikannya. Tapi tolong ya, jangan salahkan Risa. Seumur hidupnya, bangunan seperti bangunan sekolahnya yang sekarang hanya bisa Risa lihat dalam film fantasi Hollywood seperti film seri Harry Potter. Lagipula, nggak ada yang tahu sampai kapan dia bisa survive berada disini, terutama dengan bisik-bisik penghuni seantero sekolah tentang jati dirinya yang diragukan juga perlakuan Alka and the gank yang belum-belum sudah mengancamnya.

Mungkin memang benar dia makhluk blasteran seperti kata Basil.

Kalau Risa pikir-pikir, jadi makhluk blasteran itu tidak enak. Tidak, dia tidak sedang bicara soal kisah sedih karena kehilangan ibunya di umur yang masih belia atau tentang figur seorang ayah yang tak pernah dia miliki. Buat kebanyakan orang, cerita hidupnya mungkin terkesan menyedihkan. Tapi Risa sudah terbiasa. Terlalu terbiasa hingga dia hampir mati rasa. Apa yang membuat Risa merasa malang adalah karena dia tidak diterima di mana pun.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang