"Jadi, pada jaman dahulu kala—"
"Tunggu. Kayaknya gue kebelet pipis. Bentar, gue pipis dulu."
Alka yang sudah siap bercerita langsung memasang wajah kesal saat Risa tiba-tiba menyela, lantas tanpa menunggu jawaban, cewek itu berdiri dari tempatnya duduk dan melangkah cepat meninggalkan ketiga cowok di depannya menuju toilet—tentu, untuk buang air kecil. Langkahnya tergesa-gesa, sesekali kepalanya tertoleh pada Alka, Denzel dan Novel diikuti sebuah ringisan. Ditinggal sejenak, Denzel dan Novel berpandangan.
"Kenapa gue merasa dia setakut itu sama lo ya?" Denzel berkata sambil memandang pada Alka yang kontan mendengus dibuatnya.
"Dia yang berlebihan. Ngapain takut sama gue? Setan-setan dalam mitos dunia manusianya bahkan lebih menyeramkan dari makhluk-makhluk aneh di dunia kita."
"Sorry to say nih, Al, tapi muka lo emang agak nyeremin gitu, tau. Kayak muka psikopat dalam film-film horror yang gore."
"Alah, psikopat film horror mah kebagusan buat dia." Denzel mengejek. "Alka lebih mirip abang-abang pedofil yang hobi menunjukkan burung andalannya di depan anak-anak SD yang lewat jalan sepi."
"Nggak lucu."
"Lagian psikopat dalam film horror biasanya ganteng."
Alka memandang Denzel dingin dan dalam hitungan detik, matanya tersapu bersih oleh warna merah. Ada gemuruh tertahan dalam dadanya saat dia bicara. "Ngomong apa lo tadi?"
Denzel langsung kicep. "Nggak. Gue nggak ngomong apa-apa."
Mereka tidak sempat melanjutkan perdebatan mereka karena Risa telah muncul kembali melalui salah satu pintu yang menghubungkan parkir rooftop dengan ruangan dalam mal. Gadis itu memuntir-muntir jarinya, berjalan mendekati ketiga cowok tersebut dengan wajah cemas bercampur sorot mata waspada. Atmosfer canggung yang kental mengambang disana, melingkupi mereka berempat selama sejenak hingga Risa berdeham.
"Sekarang bisa dilanjut ceritanya."
"Jadi, pada jaman dahulu kala—"
"Sori, Alka, bisa nggak—"
Alka memotong ucapan Risa dengan jengkel. "Kenapa? Sekarang mau ee?"
"Bukan." Pipi Risa bersemu merah, lalu gadis itu meneruskan salah tingkah. "Bisa nggak, nggak usah pake istilah 'jaman dahulu kala'? Jadi terkesan serem gitu, gue nggak suka."
"Yaelah, perkara istilah doang ribet amat."
Denzel mengusap rahangnya, berlagak berpikir keras serupa Sherlock Holmes tengah mencoba menyusun deduksi berdasarkan clue yang ada. "Gue setuju. Ini udah jaman now, Alka. Bukan jaman old lagi. Tolong nggak usah pake istilah dahulu kala segala."
"Aduh, lama-lama gue yang cerita, nih." Novel menukas, merasa tak nyaman dengan tingkah orang-orang di sekelilingnya yang dirasa membuang waktu.
"Yaudah, lo aja."
"Yakin?"
"Mau apa nggak?"
"Yaudah." Novel menyentakkan kepala, lalu sambil masih melipat tangan di dada, cowok itu memandang datar pada Risa. "Lo pasti udah tau tentang legenda Oktana Polimestis dan War of Two Brothers. Untuk singkatnya, cerita itu benar. Well, meskipun apa yang tercatat di buku atau yang diceritakan dari mulut ke mulut sudah banyak dikasih bumbu sana-sini, tapi inti peristiwanya benar. Dulu, ada delapan keluarga utama yang berada dekat dengan lingkungan kerajaan. Lo bisa anggap delapan keluarga itu adalah klan terkuat karena mereka punya kemampuan natural dan penguasaan elemen yang superior kalau dibandingin sama Serpent kebanyakan. Salah satunya adalah Okulis. Lalu, suatu hari ada perang antar pangeran bersaudara. Para Oktana Polimestis dipaksa memilih, memihak pada putra mahkota atau saudaranya. Kita terpecah dalam dua kubu yang berbeda. Pada akhirnya, perang selesai tanpa ada seorang pun yang menang. Sama kayak di dunia manusia, perang memakan korban. Selalu. Hidup gue, Alka dan Denzel hancur sejak hari itu. Kita memutuskan untuk pergi, ngelupain era kerajaan dan menganggap kalau kita nggak pernah terkait dengan Oktana Polimestis atau apa pun itu. Setelah berpindah-pindah selama ratusan tahun, menjalani penyamaran dan kehidupan yang berbeda-beda di setiap abadnya, kita bertiga mendengar tentang Keluarga Diwangka, juga ramalan tentang Nedia Diwangka yang katanya reinkarnasi Luksa—sosok yang dianggap bisa menyatukan para Opulens dan menyudahi perang antar klan dan antar makhluk supernatural di dunia kita. Gue dan yang lain ingin membuat eksistensi kita berguna, jadi kita membuat kontrak dengan Nedia dan bersumpah akan melindunginya sampai akhir. Sampai disitu, selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOCEUR: LIGHTS
Fantasi[Book One: Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Ketika kamu tiba-tiba terlempar ke dalam sebuah dunia di mana kemampuan magis jadi nyata dan keabadian bukan hanya dongeng belaka, apa yang akan kamu lakukan? u...