19 - Windu

79.2K 11.3K 2.2K
                                    

Di dalam ruang kerjanya yang hanya diterangi oleh cahaya dari monitor komputer, Windu Mainaki terduduk sendirian. Meski begitu, perhatiannya tidak sedang tertuju pada serentetan angka dan kata yang tertera pada layar, melainkan pada sebuah bingkai foto berukuran kecil yang berada di atas meja kerjanya, tepat di samping tumpukan berkas yang menggunung. Dalam bingkai itu, ada sketsa pensil wajah seorang gadis yang tengah menatap lembut, lengkap dengan senyum berhias lesung pipi. Gadis yang sangat manis.

Dan mati sebelum waktunya, batin Windu meneruskan.

Perhatian Windu terpecah saat ponselnya tiba-tiba berdering. Sebagai pemilik jaringan ritel terbesar di Indonesia dan salah satu pemegang saham franchise restoran cepat saji yang tersebar di seluruh penjuru benua Asia, Windu tentu punya banyak sekali bawahan dan relasi. Namun tentu tidak akan ada satu pun dari mereka yang berani menghubunginya pada dinihari seperti itu. Yah, kecuali mereka.

"Halo."

"Ini Shakya."

Windu mengenali nama itu sebagai salah satu nama yang disandang oleh bawahannya. "Kenapa?"

"Saya dan Gangga mendeteksi adanya pergerakan makhluk dimensi ketiga pada Zona A dan Zona C. Gangga berada di Zona C dan saya berada di Zona A. pergerakan pada Zona C diketahui berasal dari remaja Serpent laki-laki dengan elemen utama cahaya dan pergerakan pada Zona A berasal dari seorang gadis yang hingga sekarang masih tidak bisa saya pastikan informasinya."

"Tidak bisa dipastikan?"

"Sosoknya begitu rumit. Dia jelas bukan manusia biasa, tapi dia tidak memiliki aroma seperti Serpent kebanyakan."

"Dan sekarang kamu sedang mengamatinya?"

"Iya."

"Bagaimana tentang kemampuan mereka?"

"Target Gangga menguasai elemen langka dengan daya rusak yang sangat berbahaya. Kelihatannya dia masih baru, karena dia tidak mampu menyembunyikan keberadaan Arx yang dia miliki. Saya khawatir mereka berdua sama-sama berbahaya. Ada perintah terkait ini?"

"Kamu tau apa yang harus kamu dan Gangga lakukan. Amati mereka baik-baik dan segera setelah kamu memiliki kesempatan untuk menghabisi mereka, langsung habisi mereka. Serpent tidak seharusnya berkeliaran di sekitar manusia."

"Baik. Ah ya, dan satu lagi,"

"Apa?"

"Gangga sempat bertemu dengan tiga orang pria di sebuah mal di Zona A sore ini. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian tanpa lengan dan Gangga melihat ada simbol berupa tato hitam di bahunya. Simbol yang hanya dimiliki oleh para anggota Oktana Polimestis."

"Wiranata?"

"Saya dan Gangga tidak tau soal itu."

"Abaikan saja mereka." Windu menyetel ponselnya dalam mode loudspeaker, kemudian meletakkan ponsel itu begitu saja di atas meja. "Eksekusi dua Serpent yang nyasar itu dengan rapi. Jangan sampai ada manusia yang melihatnya. Mengerti?"

"Mengerti."

Klik. Percakapan telepon mereka terputus, kembali meninggalkan Windu dengan hanya bertemankan senyap. Di luar, langit sudah gelap. Samar-samar, Windu mendengar suara klakson dari beberapa kendaraan yang melalui jalan puluhan meter di bawah tempatnya berada sekarang. Hanya dalam waktu beberapa jam dari sekarang, matahari akan menyingsing di ufuk timur, lalu menerangi kota dengan sinarnya yang menyengat sebelum akhirnya kembali tenggelam di ujung barat. Malam-malam yang tergenang sepi akan kembali terulang. Terkadang, Windu benci harus terjebak dalam rutinitas yang membosankan seperti itu.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang