"Lo mau kemana?"
Risa baru beranjak dari tepi kasur untuk meraih jaket yang sengaja dia gantung di belakang pintu kamar asrama ketika suara Persie terdengar tiba-tiba. Refleks, Risa langsung tersentak hingga hampir memekik. Cewek itu memegang bagian depan pakaiannya seolah tengah terkena serangan jantung. Matanya memandang Persie yang masih memasang ekspresi polos dengan kesal.
"Jangan suka ngagetin gitu, dong!"
"Abis, lagak lo kayak kucing mau maling ikan di etalase warteg." Persie melipat tangan di dada. "Ini udah tengah malam. Lampu koridor sudah dimatikan. Lo mau kemana jam segini?"
"Gue ada janji."
"Sama Basil?"
Risa melotot dengan pipi memerah. "Nggak!"
"Cara lo membantah membuat gue ragu."
"Jujur, bukan sama Basil." Risa meneruskan langkah untuk meraih jaket merah muda miliknya yang tergantung di belakang pintu, lalu memakainya tanpa peduli pada kerut yang muncul diantara kedua alis Persie. "Tapi sama Luka."
"That fucking legendary Luka Diwangka?!" Persie langsung menutup mulutnya sendiri sebelum dia mulai berteriak dan membangunkan seisi asrama. "Lo pacaran sama dia?! Atau gimana? Holy cowl, gue tau lo istimewa karena kalau nggak, Nedia nggak akan memilih mengorbankan eksistensinya hanya untuk menyelamatkan lo. Tapi gue nggak nyangka kalau lo punya kemampuan sesakti itu sampai lo bisa menaklukan seorang Luka Orion Chevalier Diwangka!"
"Gila, lo hapal nama lengkapnya?"
"Nggak ada seorang pun diantara para serpent yang nggak tau siapa itu Luka dan Lara Diwangka. Ibarat kata nih, kalau ngikutin tingkat fanatisme ala klenik orang-orang Indonesia pada umumnya, tanah bekas diinjak Luka atau Lara bisa aja dicongkelin dan dibawa pulang ke rumah sebagai jimat. Mereka selegendaris itu, Risa. Lo bego banget kalau lo nggak tau."
"Gue emang nggak tau apa-apa, namun gue rasa lo berlebihan."
"Wajar juga sih kalau lo nggak tau." Persie tampak berpikir. "Lo juga terhitung anak baru di dunia perserpentan. Lo belum banyak belajar tentang dunia serpent yang sesungguhnya. Intinya, Luka Diwangka itu luar biasa. Even Roxanne aja pernah cinta mati sama dia loh."
"Apa yang bagus dari dia sih?"
"He's good looking powerful nobleman—" Persie menyeringai sebelum meneruskan kata-katanya. "and the hottest bad boy in our world."
"Idih, najis. Udah kayak cewek jaman now aja lo, tergila-gila sama bad boy!"
"Tapi lo belum jawab pertanyaan gue tadi."
"Pertanyaan yang mana?"
"Lo pacaran sama Luka?"
Risa langsung bergidik jijik. "Amit-amit jabang bayi!"
"Terus kalau nggak pacaran, kenapa lo ketemuan sama dia tengah malam begini?"
"Karena dia proctor gue."
Mulut Persie praktis dibuat ternganga untuk setidaknya sepuluh detik berikutnya—mungkin bakal lebih lama seandainya saja Risa tidak segera melangkah mendekat dan menutup mulut Persie dengan telapak tangannya sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti lalat yang tersesat tak tahu jalan pulang tiba-tiba melesat masuk ke dalam mulut gadis itu.
"Lebay banget respon lo!"
"Sori." Persie berkata setelah Risa melepaskan tangan dari mulutnya. "Lo ini benar-benar istimewa ya. Setahu gue, meski punya kemampuan exceptional, Luka dan Lara paling ogah terlibat dalam urusan yang menurut mereka ribet dan buang-buang waktu macam jadi proctor. Dan lagi, pengumuman resmi proctor untuk semua siswa itu baru diumumkan besok. Gimana bisa lo tau siapa proctor lo sebelum pengumuman resmi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOCEUR: LIGHTS
Fantasy[Book One: Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Ketika kamu tiba-tiba terlempar ke dalam sebuah dunia di mana kemampuan magis jadi nyata dan keabadian bukan hanya dongeng belaka, apa yang akan kamu lakukan? u...