40 - Fiery Matchmaker

84K 10.3K 3.6K
                                    

Saat Basil—juga Risa yang dipaksa Basil untuk turut serta karena laki-laki itu ogah membiarkannya duduk sendirian menunggu proctornya yang tidak kunjung muncul—tiba di depan gymnasium seperti yang dikatakan oleh Denzel sebelumnya, Davi dan Dante telah berada di sana. Namun Roxanne tidak kelihatan dimana pun. Basil mengerti jika Roxanne mengalami kesulitan beradaptasi dengan status barunya sebagai proctor. Gadis itu memang termasuk ke dalam siswa dengan kemampuan di atas rata-rata, namun dia tetap seorang Adikarta. Roxanne tidak pernah suka bergaul dengan orang-orang di luar lingkaran elitnya, dan menjadi proctor bagi sepasang saudara kembar paling nakal sekaligus paling tampan di sekolah tentu bukan impiannya.

Jika Roxanne Adikarta memang memiliki sebuah impian, maka itu pasti berhubungan dengan bayangan masa depan tentangnya yang pergi ke Solanum lalu meninggalkan camp dengan status sebagai seorang Magnuera.

"Ada apa kiranya kah ini, Kakanda Guru?" Dante langsung berucap begitu Denzel tiba di dekatnya dan saudara kembarnya dengan disertai Risa dan Basil. "Mengapa pasangan bucin tergeblek abad ini datang bersama Kakanda Guru?"

Risa mengernyit. "Kakanda Guru?"

Denzel berpaling pada Risa dengan wajah tak senang, lalu cowok itu berujar sewot. "Ini semua gara-gara lo!"

"Loh, kok gara-gara gue?"

"Sejak lo mengenalkan budaya dunia manusia lo itu pada duo tungau karpet ini, mereka jadi kena culture shock dan keranjingan mantengin segal sesuatu yang berbau dunia manusia."

"Oh ya?" Risa justru terlihat antusias. "Bisa tolong definisikan dengan jelas, apa yang anda maksud dengan culture shock itu, saudara Denzel Mada Lazuardi?"

Denzel melotot mendengar gaya bicara Risa yang mendadak berubah baku dan tentu saja bermaksud mengejeknya. "Seperti misalnya mengoleksi DVD bajakan beragam serial yang sempat ngetren di stasiun TV Indonesia."

"Kayak Tersanjung atau Cinta Fitri gitu, misalnya?"

"Mending kalau itu! Gue masih bisa ngerti bahasanya!" Denzel seolah-olah menemukan wadah curhat dadakan. "Mereka nontonnya serial import yang bintangnya bule-bule negeri seberang."

"Hah? Kayak Game of Thrones atau Black Mirror?"

"Bukan." Denzel mendengus, kian berapi-api. "Mahabharata sama Uttaran!"

"Oh, India ternyata." Risa menoleh pada Dante dan Davi yang masih sibuk cengengesan, membentuk ekspresi khas dari dua anak bandel yang siap membuat kekacauan kapanpun mereka mau. "Ternyata meski tampang lo berdua kayak oppa-oppa Gangnam gini, lo berdua demennya sama yang berdada serimbun hutan Kalimantan."

"Yaelah, lo beneran percaya sama proctor kita yang otaknya cuma setengah ini?" Davi mencerca Denzel, yang membuatnya langsung panen jitakan keras di puncak kepala. "Aduh! Sakit tau, Kakanda Guru!"

"Gue sudah cukup baik mengizinkan lo memanggil gue dengan sebutan Kakanda Guru, tapi gue nggak akan tinggal diam jika lo mulai menodai reputasi baik gue di depan Riri."

"Riri?"

"Panggilan sayang gue buat Risa."

Basil mencibir. "Risa nggak butuh panggilan sayang. Dia itu cewek, bukan anjing piaraan."

"Idih, sirik aja. Naksir Risa ya? Bilang, dong."

Risa berdeham, sementara Basil langsung terdiam dengan gestur salah tingkah. "Denzy, nggak boleh gitu sama Basil."

"Terus aja belain sampai Mars pindah ke Jonggol." Denzel berdecak, lalu mengalihkan tatap pada siswanya—well, mungkin lebih tepat disebut kedua siswa, sebab seperti pagi-pagi sebelumnya, Roxanne tidak hadir pada sesi latihan. Daripada menghadapi dua bocah yang berpotensi membuatnya keriput sebelum waktunya, kelihatannya Roxanne lebih memilih bergelung sedikit lebih lama di bawah selimut. Lagi-lagi, seperti suami tertindas dalam sebuah rumah tangga yang abusive, Denzel harus rela jadi proctor yang terbully tanpa mampu membully balik dua siswanya. "Lo berdua juga. Mau sampai kapan manggil gue Kakanda Guru?"

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang