Alka tidak bicara sepanjang mereka berjalan, membuat Risa lama-lama merasa lelah mengikutinya. Laki-laki itu jelas lebih tinggi darinya yang mungil, membuat langkah yang diambilnya lebih lebar dan bikin Risa harus bersusah-payah agar tidak tertinggal. Gayanya berjalan benar-benar berbeda dengan Luka. Sangat jauh, mungkin sampai seratus delapan puluh derajat. Ketika berjalan bersama Risa, Luka selalu melambatkan langkahnya, tidak seperti Alka yang berjalan mirip serdadu yang sedang ditunggu komandan.
Pada suatu titik, Risa benar-benar tertinggal hingga beberapa meter di belakang Alka, membuat laki-laki itu berhenti berjalan dan bebalik dengan wajah garang.
"Jalan aja lama bener lo."
Napas Risa separuh terengah. "Situ jalan udah kayak orang kebelet kencing kangen sama toilet, Pak. Gimana bisa saya yang pendek ini mengimbangi anda ya?"
Alka terdiam sejenak, lalu mendengus. "Manja."
"Lo bisa bilang gue apa pun tapi bukan dengan sebutan manja." Risa menyahut sinis. "Lagian mau kemana, sih? Mau ngasih tau gue terkait jam malam dan segala macam? Yaelah, tanpa lo kasih tau juga gue udah tau!"
"Kalau udah tau, kenapa masih dilanggar?"
"Kata pepatah, peraturan itu ada untuk dilanggar."
Alka mendelik. "Gue nggak tau apakah Luka Diwangka se-nggak tegas itu sama lo sampai lo bisa sekurang ajar ini, tapi sekali lagi lo menjawab kata-kata gue, lo bakal dapat hukuman."
Risa bergeming, membuat Alka kian gusar.
"Kalau diajak ngomong tuh jangan diam aja!"
"Tadi katanya kalau gue jawab kata-kata lo, gue bakal dapat hukuman? Sekarang nggak jawab masih diomelin juga. Hadeh, lo ini kayak cewek lagi PMS. Sampai bingung gue kudu gimana!"
Alka hampir tersedak. Ternyata benar apa kata Novel. Menghadapi adik perempuan itu memang tidak semudah kedengarannya. Apalagi adik perempuan ketemu gede seperti cewek ini.
"Gila, sih."
"Siapa yang gila? Lo? Kalau itu sih kayaknya udah dari dulu, jadi gue nggak heran."
"Jaga omongan lo ya."
"Emang benar, kan?"
"Atas dasar apa lo ngatain gue gila?"
"Karena nggak ada laki-laki waras berumur ratusan tahun yang suka keliaran di koridor pake piyama Thomas dan diam-diam punya obsesi sama sandal bulu-bulu warna merah jambu."
Wajah Alka kontan memerah. "Gue nggak terobsesi."
"Fine." Risa tersenyum penuh kemenangan. "Lo nggak terobsesi pada sandal bulu-bulu warna merah jambu, tapi lo jelas keliaran pake piyama Thomas."
"Itu bukan—"
"—bukan seperti yang gue pikir? Oke, oke, Alka. Gue paham. Gue nggak akan menyinggung itu lagi, tapi at the very least, tolong dong jangan bersikap sok sempurna dan sok disiplin ketika lo sendiri punya kekurangan. Jadilah proctor yang manusiawi. Atau emang di mana-mana proctor nggak ada yang manusiawi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOCEUR: LIGHTS
Fantasia[Book One: Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Ketika kamu tiba-tiba terlempar ke dalam sebuah dunia di mana kemampuan magis jadi nyata dan keabadian bukan hanya dongeng belaka, apa yang akan kamu lakukan? u...