22 - Scolopendra

91.6K 11.2K 2K
                                    

"Halo, Sandra. Bisa kirim satu cleaning service ke ruangan saya?"

"Oh, tentu, Pak. Akan tiba dalam waktu dua menit."

"Terimakasih, Sandra."

Sambil masih menahan geram, Windu Mainaki menyudahi percakapan telepon. Ini adalah pagi pertama dia merusak barang di ruangannya setelah lima tahun yang tenang berlalu. Hari-hari selama lima tahun dilewatinya dengan tenang meski beban kerjanya untuk mengatur dua kehidupan sekaligus—kehidupannya sebagai pemburu makhluk bayangan sekaligus penyamarannya sebagai pengusaha multinasional—hingga pagi ini, dia mendapat kabar tentang kematian kedua bawahannya.

Siapa pun sosok yang diintai oleh Gangga dan rekannya semalam jelas bukan serpent biasa. Entah mereka berdua dijaga oleh makhluk bayangan dengan kemampuan magis tingkat atas atau mereka memang bocah mengerikan seperti Diwangka bersaudara. Tapi Windu curiga, Alka dan kedua temannya terlibat dalam masalah ini.

Jika memang iya, jelas itu menyalahi kesepakatan yang mereka buat ratusan tahun lalu.

Pintu diketuk dan Windu mempersilakkan orang di baliknya untuk masuk. Seorang petugas kebersihan berusia tidak lebih dari dua puluh tiga tahun melangkah masuk dengan serokan, sikat, sapu dan alat pel dalam ember. Setelah menyapa Windu dengan penuh hormat, petugas itu langsung membersihkan pecahan kaca vas bunga yang berserakan di lantai.

Tenang, Windu. Tenang.

Telepon berdering lagi. Windu mengangkatnya. Suara yang menyapa di seberang sana masih Sandra.

"Ada kiriman paket untuk Bapak."

"Paket?"

"Nama pengirimnya Dara. Dikirim menggunakan jasa antar kurir online. Katanya, isinya kotak bekal sarapan karena Bapak belum sempat makan pagi."

Dara adalah kode nama yang digunakan salah satu bawahannya. Bisa dibilang, gadis itu adalah satu dari sedikit pemburu terbaik yang Windu miliki. Dia bergabung dengan para lovec saat usianya baru enam belas tahun. Pada peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Luka dan Lara Diwangka pada sekelompok lovec enam tahun lalu, Dara adalah satu-satunya yang kembali ke markas dengan selamat—tanpa cedera serius.

"Terima. Saya tunggu paketnya diantar ke ruangan saya."

"Baik, Pak."

Percakapan telepon terputus. Windu ditinggal sendirian dalam keheningan karena petugas yang membersihkan pecahan kaca tak mengatakan apa pun. Dia bekerja dalam diam, lalu membungkuk hormat pada Windu sekali lagi sebelum meninggalkan ruangan.

Tidak lama kemudian, pintu diketuk lagi.

"Masuk."

Pintu terkuak, menampilkan wajah Sandra yang berjalan mendekati meja Windu dengan kotak berbungkus kain motif tartan di tangannya. Dia meletakkan kotak itu di atas meja Windu dengan hati-hati agar tidak menyenggol bingkai foto diantara tumpukan berkas,. Windu mengucapkan terimakasih, yang dibalas Sandra dengan senyum sebelum dia berbalik dan berjalan keluar.

Tidak ada catatan apa pun dalam kotak bekal itu. Saat Windu mengangkatnya, bagian bawah kotaknya masih hangat. Isinya adalah makanan favorit Windu; nasi yang ditumis dengan mentega dan jagung, telur mata sapi bertabur wijen serta bubuk lada hitam hingga asinan sawi putih. Baunya menyenangkan. Benar-benar menunjukkan kemampuan handal Dara dalam memasak.

Namun apa yang Dara maksud untuk kirim padanya bukan kotak bekal itu, melainkan amplop putih berukuran sedang yang berada di bawah kotak bekal tersebut.

Amplop putih itu berisi kertas bloknot bertuliskan identitas milik seseorang, mulai dari nama jelas, tempat dan tanggal lahir, sanak keluarga hingga alamat terakhir.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang