Lunarkinesis - ability to control or conjure negative energy, shadow, light, the moon and the sun and even ocean
*
Hampir empat bulan berada di sekolah itu, Risa sudah mulai mampu beradaptasi dengan segala situasi di sekitarnya. Setidaknya, sekarang Risa bukan lagi makhluk berdarah separuh yang hobi terkejut atau ternganga setiap kali seseorang bercerita tentang dunia serpent atau memperlihatkan kemampuan magis mereka di depannya—terutama Denzel yang ternyata diam-diam sangat hobi show-off. Saking seringnya cowok itu menunjukkan kemampuannya di depan Risa ketika mereka bertemu di bawah pohon belakang sekolah (mereka berdua akhirnya sepakat untuk berbagi basecamp), Risa selalu teringat Denzel setiap kali dia melihat api. Memang masih ada sebagian siswa sekolah yang memandangnya seolah dia adalah alien dari planet luar sabuk asteroid, tetapi ada beberapa yang mulai mau berbicara atau sekedar menyapanya saat berpapasan di koridor, misalnya Fauzan, Rafi hingga... well, Nedia. Selepas tugas kelompok mereka di pelajaran Biologi, Risa pernah satu-dua kali kembali ditempatkan di kelompok yang sama dengan Nedia dan bisa dibilang mereka jadi agak dekat.
Semuanya baik-baik saja, termasuk urusan kerja paruh waktu Risa di toko milik Nenek. Pekerjaannya tidak terlalu sulit, walau Risa sering direpotkan dengan tingkah-laku Nenek yang tidak terduga. Salah satunya adalah ketika Nenek ngotot minta dipanggil Grandma, katanya biar kekinian. Risa enggan. Mereka sempat berdebat sebentar, hingga Basil mencetuskan jalur tengah. Akhirnya Risa memanggil Nenek dengan sebutan Oma—walau agak tidak ikhlas.
Hari ini hari Kamis. Sesuatu yang melegakan, karena weekend akan segera tiba dan sebentar lagi semester akan berganti. Risa tau tidak ada seorang pun yang menunggunya untuk pulang ke rumah, tapi beristirahat sejenak dari dunia ajaib penuh kekuatan magis seperti dunia tempatnya berada sekarang tentu tidak buruk. Basil sudah kembali ke kamar asramanya sejak kelas mereka selesai sore tadi. Persie sepertinya punya urusan lain, karena dia tidak terlihat dimana pun.
Tatkala Risa tiba di toko milik Oma, perempuan tua itu sedang duduk bersantai di atas sebuah bangku panjang di depan toko sambil memainkan ponsel.
"Sore, Oma."
"Oh, halo." Oma balas menyapa tanpa melihat Risa karena matanya terpaku pada ponsel di tangannya. Dari suara-suara yang terdengar, Risa tau Oma sedang sibuk main game. Mungkin game Mobile Legends atau Clash of Clans atau entahlah. Oma punya banyak sekali game. Dia bahkan masih setia memberi makan Pou peliharaannya setiap jam lima sore—Pou itu tadinya dia namakan Hamish, tapi kemudian diganti menjadi Nichol setelah Hamish menikah dengan Raisa hingga Oma merasa patah hati. Bukan karena Oma berharap jadi istrinya Hamish. Tetapi karena Oma lebih mendukung Hamish bersama Nadine Chandrawinata.
"Lagi ngapain Oma?"
"Lagi main game."
"Ini udah hampir jam lima, loh." Risa berkata sambil mendorong pintu masuk toko. Sebelum dia benar-benar masuk, dia bisa mendengar Oma kontan berseru.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOCEUR: LIGHTS
Fantasy[Book One: Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Ketika kamu tiba-tiba terlempar ke dalam sebuah dunia di mana kemampuan magis jadi nyata dan keabadian bukan hanya dongeng belaka, apa yang akan kamu lakukan? u...