6 - Ducunt Nolentem Trahunt

108K 13.2K 1.5K
                                    

Ducunt Nolentem Trahunt - Fate Drags the Unwilling

*

Risa bisa saja pribadi yang suka menyendiri, tapi bukan berarti kesunyian yang menghimpitnya sejak hampir satu jam yang lalu tidak menyiksanya. Dia paling benci harus terjebak dalam situasi yang membuatnya bingung harus bertindak apa—dan situasi itu adalah jenis situasi yang sedang terjadi padanya sekarang. Setelah akhir pekan yang menyenangkan kemarin—serius, akhir pekannya memang menyenangkan. Pertama, karena Basil mentraktirnya banyak makanan enak meski cowok itu tak bisa berhenti bersungut-sungut setiap kali Risa menunjuk menu makanan dengan harga di atas rata-rata. Kedua, karena Risa tau paling tidak dia masih punya Ayah dan walau hanya setitik, laki-laki itu peduli padanya—dan sekarang, sayangnya, Risa harus menghabiskan waktunya bersama Nedia di perpustakaan. Hanya berdua saja, karena tujuan mereka adalah untuk mencari bahan referensi buat tugas kelompok mereka yang dikumpulkan dua minggu berikutnya.

Damn, Risa betul-betul benci hari Senin.

Risa menopang rahangnya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya mencatat poin-poin penting yang didapatnya dari buku tebal tentang pewarisan sifat ke dalam lembaran bloknot. Sesekali, gadis itu menguap. Hari sudah menjelang malam. Sekitar dua jam lagi, perpustakaan akan tutup. Risa tidak bisa membuang waktu karena sudah pasti dia ogah kembali kesini besok dan harus terjebak lagi dengan Nedia. Gadis itu memang lebih banyak diam, sibuk mencatat dengan pose dan wajah yang menurut Risa lebih pantas masuk ke dalam adegan drama percintaan remaja, tapi eksistensinya mengganggu Risa.

Mungkin karena Nedia terlalu cantik.

Bego. Risa merutuk sambil menahan diri supaya tidak menepuk dahinya sampai merah. Tidak, tentu saja dia tidak iri pada Nedia. Gadis itu memang cantik, tapi segala sesuatu tentangnya terkesan palsu.

Tapi yah, dia cantik.

Oh, seolah semua bisa termaafkan jika seseorang punya wajah cantik.

Risa mendengus, namun tangannya berhenti mencatat. Entah pikiran dari mana, gadis itu tergerak mengintip dari balik bukunya. Apa yang dilihatnya detik berikutnya membuat Risa spontan melepaskan sebuah dengusan.

Nedia tertidur dengan menjadikan kedua lengannya sebagai bantal. Risa jadi luar biasa jengkel. Dia mencatat apa-apa yang diperlukan sampai tangannya pegal, tapi Nedia justru tertidur seperti itu. Rasanya Risa ingin menggoyang meja, lalu berteriak keras-keras,

"ADA GEMPA!!!"

Risa sudah bisa membayangkan akan seperti apa wajah Nedia; gadis itu akan gelagapan bangun dengan wajah panik, dan Risa akan menunjuk mukanya yang memerah sambil tertawa sepuasnya.

Tapi tentu saja, mana berani Risa melakukan itu? Salah-salah, lehernya bisa jadi sasaran tembak tiga cowok extra-ordinary. Mana tahan dia jika harus berurusan dengan trio laknat itu? Terutama dengan Alka, bocah yang diam-diam punya obsesi tersembunyi pada sandal bulu-bulu warna merah muda miliknya.

Nyebelin. Risa membatin lagi dengan tangan terkepal kesal. Namun saat menatap pada Nedia, pada suara dengkur halusnya dan pipi pucatnya yang semerah buah persik, Risa pada akhirnya hanya mampu menghela napas dalam.

"Gue baru tau kalau serpent juga bisa ngantuk." Risa bergumam sarkastik dengan suara lirih, nyaris terdengar seperti dia takut membangunkan Nedia, lalu tangannya terulur untuk meraih buku catatan dan buku sumber Nedia. "But well, I guess this will do for now."

Petang itu, hingga perpustakaan tutup, Risa tidak membangunkan Nedia. Dalam sunyi dengan kebesaran hati, dia mencatat semua yang mereka perlukan secepat mungkin, membuat tangannya terasa sakit saat pada akhirnya Risa meletakkan pensilnya ke atas meja. Risa mengira dia akan mengomel, tapi anehnya lagi-lagi, Risa hanya bisa menatap pada Nedia dengan wajah yang dimiringkan.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang