21 - Luka

94.2K 11.6K 2.3K
                                    

"Gue nggak setuju Risa tinggal sama kalian."

Seperti yang bisa ditebak, Basil langsung terang-terangan menentang rencana trio kecapi untuk tinggal satu rumah dengan Risa selama liburan. Risa mengangguk dalam-dalam, menyambut pernyataan Basil dengan penuh persetujuan. Tapi kelihatannya ketiga cowok yang diajak bicara tak menganggap pendapat mereka serius. Denzel terus saja sibuk memainkan ujung rambut yang menyentuh bahu Risa. Alka mengamati ikan mas koki peliharaan penjaga rumah dalam akuarium kaca. Sedangkan Novel sibuk dengan sekantung apel baru yang dijemputnya di minimarket terdekat—kali ini dia membelinya secara legal, meski dia sempat mengeluh karena belanja dengan tatakrama sangat membuang waktu.

"Kalian dengerin gue nggak, sih?"

"Gue bingung." Alka mengusap rahangnya.

"Bingung kenapa?"

"Kita hidup diantara udara. Kita nggak bisa lihat udara. Tapi kita bisa lihat air. Padahal udara sama air sama-sama nggak berwarna. Ikan hidup diantara air. Kira-kira mereka bisa melihat udara nggak?"

Tak ada yang menjawab—satu-satunya suara yang terdengar hanya bunyi Novel menggigit apelnya.

"Gue lebih penasaran gimana cara ikan bobo. Secara dalam akuarium nggak ada kasur. Adanya cuma batu koral. Apa dia nggak pegel linu paginya kalau semalaman tidur di batu koral?"

Basil menggeram. "Gue ngomong sama kalian bertiga!"

"Oh. Udah berani sekarang ya?" Denzel mengejek. "Kemana Basil Arnawarma yang kerjaannya ngumpet dan menghindari kita bertiga sejak sekolah baru dimulai?"

Ucapan Denzel membuat Basil mendengus. Apa yang dikatakan cowok tinggi berkuping caplang itu memang benar. Sejak pertama kali bertemu dengan mereka bertiga, Basil telah merasakan sesuatu yang tak nyaman. Itu diperparah dengan Denzel yang tak pernah berhenti menatapnya dengan sorot aneh, tidak peduli waktu mereka berpapasan di koridor atau ketika keduanya kebetulan menghadiri kelas yang sama.

Seolah-olah Denzel menyimpan kekecewaan yang besar padanya. Dan itu aneh. Karena mereka tidak pernah bertemu sebelum upacara penerimaan siswa baru.

"Untuk semua yang berhubungan dengan Risa, gue bisa berani."

Risa tersentak, lalu gadis itu tertunduk dan rona merah pelan-pelan menyebar di pipinya. "Basil."

"Sebagai teman terbaik lo, gue bakal melakukan apa pun untuk melindungi lo dari cowok-cowok tengil ini!" Basil berseru penuh semangat seraya meletakkan jemarinya di punggung tangan Risa yang duduk di sebelahnya.

Denzel mendesis sembari memukul punggung tangan Basil. "Sampis. Mana ada teman mencuri kesempatan dalam kesempitan kayak lo!"

"Masih mending gue daripada lo yang dari tadi diam-diam mainin rambutnya Risa!"

"Wajar gue mainin rambutnya Riri!"

"Wajar dari mananya?!"

"Kan gue udah bilang dari tadi." Sengaja mau memanas-manasi Basil, Denzel menarik Risa dalam rangkulannya. "Dia ini Riri gue."

"Nggak ada!" Basil balas menarik Risa.

"Aduh, gue pusing." Risa merintih.

"Pasti karena bau jigongnya Denzel!"

"Pasti karena bau keteknya Basil!"

Keduanya berseru pada waktu yang bersamaan, membuat Alka dan Novel saling berpandangan. Seolah melempar kode, Alka mengangguk pada Novel yang membuatnya melesat begitu cepat hingga tak tertangkap mata manusia normal. Dalam waktu sekejap, Risa telah lenyap dari sofa dan berganti duduk di sebelah Novel—yang sekarang kembali menggigit apelnya dengan santai.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang