•FOUR•

7.2K 390 24
                                    

Meet again, again,
And again

💥💥💥

   "Lo gila, Git."

Gita sudah menduga kalimat itu yang dikeluarkan Moli. Dia hanya menjawab pertanyaan Moli tentang ia yang tiba-tiba menghilang. Lalu, gadis itu mendesak Gita untuk menceritakan semuanya.

Tapi, Moli tidak percaya kepadanya.

"Astaga, lo memang nggak tau Erigo atau pura-pura bego?"ucap Moli, tidak menyangka masih ada yang tidak tahu Erigo di sekolah ini.

Cewek itu mendengus. Sama saja Moli mengatakannya kudet.

"Erigo Pratama. Cowok terganteng seangkatan kita atau perlu terganteng di sekolah ini!"seru Moli bersemangat.

"Terus kalau dia terkenal gue harus kenal dia? Gue harus bilang, wah, Erigo ngomong sama gue."Gita menirukan suara menye-menye ala cewek.

"Ya, nggak gitu juga,"sergah Moli, "minimalnya, lo nggak terlibat dengan dia. Apalagi taruhan-taruhan nggak jelas gitu."

Gita menegak air mineralnya, "habisnya kalau nggak gitu, gue pasti keliatan lemah di mata dia. Gue nggak suka."

Ya, ya. Bagi Gita, harga diri lebih penting.

"Dasar keras kepala."

Umpatan Moli memang mendeskripsikan sifat Gita.

"Gita, dicariinn Kak Kevin!"teriak Dori, sekretaris kelas yang kebetulan tengah berdiri di ambang pintu.

Mendengar nama itu, Gita terlonjak kaget. Ia meninggalkan tumpukkan buku yang masih berserakan dan Moli yang masih melongo dengan mulut terbukanya. Segera ia menuju ke depan kelas. Kevin mencarinya.

"Ganggu Git?"ucap Kevin yang merasa bersalah, melihat perempuan itu seperti tergesa-gesa.

Gita menggeleng, mengatasi kesalahpahaman itu, "nggak kok, Kak."

Kevin memperlihat lesung pipitnya, membuat sebagian diri Gita terasa meleleh.

"Lo daftar Ketua OSIS?"

Mendapat anggukan Gita, senyum Kevin melebar.

"Baru kali ini, loh ada cewek yang daftar."puji Kevin sungguh-sungguh.

Laki-laki ini paling juara membuat Gita merasa bukan diri sendiri.

"Oh iya, lupa,"ucap Kevin tiba-tiba, "Sherina lagi ngikutin pertukaran pelajar di Australia. Dia izin sebulan. Nggak ada yang ngegantiin posisi Keyboard. Padahal dua minggu lagi ada penampilan."

Mendengar alat itu, kedua mata Gita berbinar, "pasti mau-lah, Kak!"

Tentu saja, ia tahu kalau gadis itu akan menerima tawarannya.

"Oke, oke, kali ini gue nggak akan nanya kenapa lo nggak masuk klub musik,"Kevin menengahi dirinya sendiri, "gue balik dulu, ya? Kumpulnya ntar gue kasih tahu. Tempatnya di ruang musik."

"Hati-hati Kak."pesan Gita tulus, lalu membalas lambaian dari Kevin.

Kakak kelasnya itu sudah bisa membuat hatinya bergetar sejak setahun yang lalu.

"Coba deh lo ngomong begitu ke gue."

"Eh Ayam Chicken!"

Manusia setengah salmon itu tertawa, "latah mbak?"

Tangan Gita bertubi-tubi memukul pundak laki-laki itu, sehingga ia berteriak kesakitan.

"Bisa nggak sih lo lenyap dari mata gue?"seru Gita kesal, seraya menggerakkan telapak tangan kanannya di depan wajahnya ketika ia menyebutkan kata lenyap.

Heran saja, ia sudah bertemu makhluk itu dua kali hari ini.

"Git man—WAH ERIGO!"Moli yang baru datang pun menutup mulutnya tidak percaya. Rasanya, tadi dia melihat Kak Kevin, bukan Erigo.

"Hai—Moli,"sapa Erigo sok akrab, padahal nama Molipun diejanya dari nametag, "gue Erigo Pratama, biasa dipanggil Erigo. Kalau mau akrab, Rigo. Kalau panggilan sayang Igoo."

Perut Gita mual seketika.

Gita menyenggol lengan Moli, menyadarkan gadis itu.

"Kiranti dari gue diminum, nggak?"tanya Erigo antusias, mengingatkannya tadi Gita pergi dan ngambil minuman itu, "kalau nggak diminum, gue kasih Tika aja. Kasihan tuh, dikelas ngeluh mulu sakit perut."

Moli melirik Gita, "lo minum Kiranti? Sejak kapan?"

"Anu...."

"Git, makasih ya, Kirantinya—eh ada Erigo."

Gita memejamkan matanya, meredam malu. Erigopun tidak percaya, begitu juga Moli yang asyik melongo melihat Yulia, sekretaris kelasnya, menghampiri mereka. Yulia acuh tak acuh ketika omongannya tidak dianggapi dan masuk ke dalam, meninggalkan ketiga orang yang asyik dengan pertanyaan masing-masing.

"Lo kasih ke dia, Git?"tanya Erigo tidak percaya.

"Buk—,"

"Sejak kapan.. lo..."sambung Moli dengan ekspresi syok-nya.

Jujur, Gita sukar menjelasinya. Tadi, dia meletakkan Kiranti itu di atas meja, berniat mengembalikannya ke Erigo. Tapi, Yulia yang kabarnya gila dengan minuman-minuman yang aneh, malah megang minuman itu, terus langsung diminum. Gita menyadarinya ketika semua isinya sudah masuk ke tenggorokkan Yulia.

Masa dia harus bilang ke Erigo kalau Yulia itu gila minuman aneh. Mana tau laki-laki itu biang gosip dan menyebarkan aib tersebut.

"Bodo ah!"seru Gita, mengetuk kepalanya berkali-kali, lalu meninggalkan Moli dan Erigo yang masih termangu, tidak mendapat jawaban.

"Temen lo kenapa, Mol."ucap Erigo setengah sadar.

Moli melihat punggung Gita dari kejauhan, "dia memang aneh."

Di dalam toilet, Gita membasuh wajahnya berkali-kali, menjernihkan pikiran. Pasti otaknya tersumbat karena akhir-akhir ini ia belajar terlalu keras. Gita menghela nafas, jongkok di depan ember.

Dia tidak bisa konsentrasi.

Bukan karena Erigo yang nantinya akan meminta ganti rugi Kiranti.

Atau Moli yang meminta penjelasan lebih rinci.

Tetapi, Yulia adalah masalah terbesar di pikiran Gita.

Gadis itu mempunyai penyakit perut yang aneh.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang