• FIFTY FIVE •

3.6K 242 0
                                    

            Towards the End

💥💥💥

Berkali-kali Erigo merutuki tentang bagaimana Gita yang mengabaikannya sekarang. Sekarang ia sedang dalam perjalanan ke rumah Gita, meminta sebuah penjelasan yang baru saja ia dengar hari ini. Erigo tidak bisa langsung percaya dengan omongan yang keluar dari mulut pria itu.

   Dan ia harap, semuanya tidak benar.

   Toktoktok!

   Erigo mengetuk pintu rumah Gita beberapa kali seraya mengirim pesan sebanyak mungkin agar Gita mau menaruh perhatian dan membalas pesannya. Dua menit, tidak ada jawaban. Tiga menit, empat menit, bahkan sampai lima menit, tidak ada sahutan dari dalam.

   "Nyari siapa, mas?"

   Seorang ibu-ibu yang mengenakan daster dengan roll di rambutnya, terlihat bertanya dengannya.

   "Gita, Bu. Yang tinggal di sini."jawab Erigo.

   Mimik wajah ibu itu berubah.

   "Loh, rumah ini, kan sedang disewakan."

   Erigo mengernyitkan dahinya. "Sewa?"

   Ibu-ibu itu mengangguk. "Kemarin yang tinggal di sini udah pindah. Ada dua truk yang bawa barang-barang mereka. Kalau nggak salah, yang kakak-beradik itu."

   Erigo mengucapkan terima kasih, lalu ia mengendarai motornya dengan jantung yang berdebar-debar. Apakah ia sudah terlambat? Tidak, jangan. Erigo masih tidak bisa memercayai hal barusan.

   Motor Erigo terparkir di halaman sekolah. Ia pergi ke ruang yayasan dengan amarah yang menggebu-gebu. Pria itu masih ada di sana. Dia tidak peduli ketika murid-murid yang sedang kemah memandanginya dengan aneh.

   Langkahnya terhenti ketika ia sudah sampai di depan ruang yayasan. Ia mengerjapkan kedua matanya, berusaha meyakinkan pandangannya barusan. Tali kuning memagari pintu cokelat yang terlihat megah itu.

   Police line, tulisannya.

   Tidak lama kemudian, dua orang berseragam polisi keluar dari ruangan dengan wajah gelap. Lalu seorang yang dikenalnya ikut keluar dari ruangan itu. Ia menangkap seorang Erigo dan menghentikan langkahnya, berbalik, dan menuju tempat Erigo berdiri.

   "Erigo? Lo ngapain di sini?"tanyanya, heran.

   "Ri... lo—."

   Seakan tahu apa yang akan ditanyakan Erigo, laki-laki itu menyela. "Gue, kan ketua pramuka, Go. Pastilah gue harus ada di sini."

   "Bukan,"sergah Erigo, buru-buru. "Lo ngapain keluar dari sana?"

   Seketika raut wajah Ari berubah menjadi—kecewa?

   "Tadi sore, Pak Hernawan ditangkap."

   Erigo merasa detak jantungnya berhenti. "A—pa?"

   Ari menghela napas, lalu mengangguk. "Gue denger-denger, sih katanya korupsi. Tapi, ada yang bilang pembunuhan."

   Kaki Erigo membeku, lalu jatuh ketika tidak kuat lagi menahan dirinya yang masih tidak bisa menerima kenyataan. Ari yang melihatnya langsung sigap menangkap tubuh Erigo.

   "Go!"

   "Ri.. gue..."

   "Gue sama Sam bakal ada di samping lo, Go."

   Erigo menatap Ari dengan gentar.

   "Iya, kita udah lama tahu kalau lo anak Pak Hernawan."ujar Ari. "Tapi, sekarang, yang terpenting, bukan Pak Hernawan yang sekarang kita cemasi."

   "Gita. Dia di belakang sekolah."

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang