•THIRTEEN•

4.8K 276 0
                                    

Same but different

💥💥💥

"Duluan aja Mol. Gue ada perlu."ucap Gita ketika Moli menunggunya yang masih beres-beres peralatan sekolah.

Moli memanggut, "duluan, Git."

Tidak lama Moli pergi, Gita menyandang ranselnya dan keluar dari kelas. Hanya ada dia di kelas, menimbulkan sedikit rasa takut. Tetapi, itu tidak berlangsung lama karena cepat atau lambat laki-laki itu nongol dan mengganggunya.

"Hai Mbak-kuuu!!"

Gita memicingkan matanya, "sekali lagi lo bilang Mbak, awas lo."

Erigo berdecih. "Sensian mulu deh."

"Terus?"seru Gita yang memang naik darah kalau ngeliat Erigo.

Erigo merangkul bahu Gita. "Let's goooo!"

"Lepasin nggak? Lepasin!"

Laki-laki itu tidak melepaskannya hingga sampai di parkiran.

"Nih."Erigo memberinya sweater, membuat Gita mengerutkan dahinya. Berpikir tidak-tidak.

"Ikat di pinggang. Lo mau ntar rok lo terbang-terbang?"

Gita mengambil sweater dan mengikatkannya di pinggang. "Dasar cowok."

"Apa?"seru Erigo yang tengah memasang helm.

"Apa?"balas Gita yang membuat Erigo tidak berkutik.

Gita naik ke motor Erigo setelah memasang helm yang diberikan kepadanya dan meletakkan tasnya di antara mereka berdua.

"Pinggang gue sakit Git."lirih Erigo kesakitan.

"Jangan modus ya lo."peringat Gita. Erigo berdehem dan menggas motornya.

Motor Erigo menyusuri jalan raya. Laki-laki itu membawanya dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata. Dengan gesit, Erigo menyalip mobil-mobil. Gita memegang besi motor yang di belakang akibat kondisi yang tidak stabil.

"Pegangan Git, ntar jatuh."teriak Erigo yang mendapat pukulan dari Gita.

"Udah gue bilang jangan modus."

"Ya elah, niat baik aja salah."keluhnya Erigo yang kemudian fokus ke jalanan.

Hanya butuh lima belas menit, mereka telah sampai di toko buku.

Gita menunggu Erigo yang sedang parkir, lalu masuk ke dalam ketika Erigo berjalan ke arahnya.

Toko buku ini tidak terlalu besar, tetapi lumayan lengkap untuk buku-buku yang dijualnya. Toko buku yang paling dekat dari sekolah. Beberapa siswa TB sering numpang baca di sini daripada membeli.

"Mau beli buku apa emangnya?"tanya Gita ketika Erigo memasuki rak bagian sosial.

Laki-laki itu mengangkat bahu.

Gita membesarkan kedua bola matanya. "Terus kita ngapain di sini?"

Erigo tertawa menyebalkan. "Menurut lo ngapain? Kumur-kumur?"

"Eh yang jelas dong!"Gita emosi sekarang.

"Nggak nggak... ya gue mau beli buku, lah."ujar Erigo menengahi pertengkaran. Lalu ia mengambil dua buah buku. Ternyata atlas. "Bagusan yang mana?"

"Atlas aja milih?"tanya Gita tidak percaya. Maksudnya, kan isinya sama saja. Paling-paling covernya doang yang berbeda.

Erigo menghela nafas, lalu mengangkat kedua atlas di depan wajah Gita.

"Walaupun namanya sama, isinya pasti ada aja yang beda,"jelas Erigo. "Sama kayak nama Gita. Ada banyak di dunia ini. Tentu, fisiknya beda. Tapi, kepribadiannya pasti nggak ada yang separah lo."

Wajah Gita memerah dan tangannya memukul punggung Erigo bergantian.

"Nggak afdol emang kalau nggak ngejek gue sehari, hah?!"

"Ampun ampun!"

Akhirnya Erigo memilih atlas yang berwarna merah.

"Cepet pulang."bisik Gita ketika keluar dari toko buku. Laki-laki itu menyerahkan kresek putih yang berisi atlas yang tadi dibelinya ke Gita. Gita mengambil dengan wajah masam. Sedangkan Erigo hanya tertawa jahil.

Setelah itu Erigo mengantar Gita ke persimpangan jalan dekat rumahnya karena gadis itu yang memintanya.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang