• FIFTY SEVEN •

4K 228 1
                                    

   I hope they meet again

💥💥💥

Paris, 2025

Angin dingin menyusuri jalanannya kota Paris. Sekarang adalah musim gugur, yang menurut prediksi akan berganti menjadi musim dingin beberapa hari lagi.

Ia menyusuri jalan yang penuh dengan turis yang berlibur. Di tangan kanannya ada segelas Americano yang sudah mulai dingin. Lalu tangan satunya sibuk mengepal karena kedinginan.

Dia baru saja kelar meeting dengan perusahaan industri yang bekerja sama dengannya. Ia baru tiba di kota ini dua hari yang lalu dan tidak sempat jalan-jalan.

Tadi ia sempat mencari tahu tentang Paris di google.

Katanya, kota ini adalah kota cinta.

Drrt... drrt...

"Hm?"

"Galak amat Pak Bos."gerutu seseorang di seberang sana.

Ia menyeruput kopi-nya. "Gue masih lama pulang."

"Terus yang jaga Olip siapa dong?!"

Ia menjauhi teleponnya begitu teriakan itu hampir membuatnya tuli. "Eh, Sam. Lo kira gue babysitter, hah?"

"Habis di antara kita-kita, lo yang kebanyakan nganggur."balas Sam dengan jengkel.

"Minta cuti, noh sama bos lu."sergah Erigo.

Terdengar deruan napas di seberang sana. "Lo mau gue tampol, ye?"

Erigo tertawa. "Bye."

"Woi—"

Laki-laki itu menyimpan ponselnya di sakunya, lalu berjalan lagi. Tidak jauh dari tempatnya sekarang, ia menemukan taman yang luas. Erigo tidak tahu dimana ini. Tetapi ia akui, taman itu terlihat cantik.

Ia duduk di sebuah bangku panjang di tengah-tengah taman. Ada banyak pasangan yang mengabadikan momen di tempat ini. Ada juga beberapa anak kecil bermain kejar-kejaran. Semuanya terlihat senang.

Hatinya perlahan menghangat.

Ia menyesap kopinya lagi, lalu melihat langit malam yang memperlihatkan bintang-bintangnya. Setiap kali ia mendongak ke atas, ia selalu terpikirkan masa lalu. Delapan tahun yang lalu.

Walaupun hanya beberapa bulan, kehidupannya terisi dengan hal-hal yang menarik.

Kehidupannya berubah sejak kepergian gadis itu. Ayahnya dipenjara, rahasianya terbongkar, dikucilin orang-orang, dan menjadi bahan perbincangan hingga ia lulus. Ia bersyukur karena ada Ari dan Sam yang selalu berada di sisinya.

Ia bukanlah Erigo yang disukai banyak orang karena ia terlihat sempurna. Tetapi, Erigo suka terlihat apa adanya.

Erigo meraih handphonenya, lalu membuka aplikasi e-book. Ada beberapa berkas yang harus dihapal untuk rapat lusa.

"Excuse me, can i sit here?"

Erigo menggeser tubuhnya. "Sure."

"Thankyou."

Laki-laki itu tetap membaca tanpa memedulikan seseorang yang sedang duduk di sebelahnya.

"This night is beautiful."

Erigo mengangguk. "Agree."

Setelah itu, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Holding on....

Why is everythings so heavy..."

Erigo berhenti membaca.

"You say that I'm paranoid."

Erigo tidak bisa berbohong, kalau suara itu terdengar sedikit familiar.

"But I'm pretty sure the world is out to get me."

Laki-laki itu menoleh ke sebelahnya. Seseorang yang mengenakan kupluk berwarna putih dengan syal bermotif bear yang melilit dilehernya. Erigo terperangah ketika melihat orang itu dari samping.

Secepatnya, ia meraih lengan itu dan seseorang itu meresponnya dengan cepat.

"Gita?"

Dan mereka bertahan dengan posisi itu beberapa detik kemudian.

"Lo Gita, kan?"tanya Erigo tidak sabaran.

Walaupun Gita yang ia kenal tidak terlalu mirip dengan seseorang yang disampingnya ini, tetapi Erigo merasa dekat. Perasaan yang ada setiap ia bersama dengan gadis itu.

"Wh—what you say?"

Erigo menatap kedua mata itu.

"What's your name?"

"....."

"Nora!"

Gadis itu menoleh ke belakang, diikuti Erigo. Seorang gadis yang mengenakan kupluk berwarna moka, berlari ke arah mereka dengan dua gelas kopi.

"What's wrong?"tanyanya kepada Nora.

Nora diam, tetapi Erigo beranjak. "Sorry. You look like someone who i know."

Teman Nora duduk di tempat Erigo tadi. "He looks like someone in your phone."

Nora menatap wajahnya temannya. "Seriously? I think so, Gena!"

"Maybe, this is your time."ucap Gena, lalu berdiri. "I go first. This is my meeting. See you tomorrow, Nora."

Gadis itu mengangguk. "See you too, Gena."

Begitu Gena pergi, Nora meraih handphonenya dan melihat saksama foto yang terpampang di layar handphonenya.

Laki-laki yang menarik pipi itu, sangat mirip dengan laki-laki yang tadi.

****

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang