• THIRTY NINE•

3.5K 248 1
                                    

            One day with you

💥💥💥

   Hari ini, Mama Erigo dimakamkan.

   Gita tahu, laki-laki itu berusaha untuk tidak menangis. Tetapi, beberapa kali ia memergoki laki-laki itu mengusap kedua matanya. Pagi-pagi sekali, Gita pergi ke rumah Erigo dengan Leo, tentunya. Selain karena dia teman Erigo, Pak Hernawan adalah orang yang membantunya hingga detik ini.

   "Go."

   Erigo yang sedang berdiam diri di saung belakang, mengusap kedua matanya, lalu menoleh ke suara. "Nggak pulang?"

   Suaranya serak.

   Gita menggeleng, lalu duduk membelakangi Erigo, membuat laki-laki itu bingung.

   "Nangis aja, nggak ada yang ngeliat."bisik Gita.

   Erigo tertegun sejenak. "Ha...?"

   Gita tersenyum. "Pas orang tua gue meninggal, gue nggak bisa nangis sama sekali. Gue nggak bisa mengekspresikan apapun sebelum kematian orang tua gue belum terungkap. Gue nggak mau pelaku tersenyum ngeliat gue yang nangis, i hate it."

   "Tapi, berkat punggung seseorang, gue nangis. Nangis sepuas-puas gue. Cuman dia yang dengar."

   Tidak ada suara, membuat Gita membalikkan tubuhnya.

   Dan laki-laki itu menangis, dalam hening.

   Gita menepuk bahunya, ikut menenangkan. Impas sudah. Mereka sudah saling melihat tangisan masing-masing.

   Dan kali ini, Gita ikut merasakan kesedihan. Sama halnya dengan Erigo ketika dirinya menangis.

   "Git, sehari itu, temani gue."

   Di sela kesedihan itu, Gita mengangguk.

   Dia akan menemani Erigo, entah kemanapun itu. Hanya untuk hari ini, mungkin.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang