•FOURTEEN•

5K 281 1
                                    

            First time.

💥💥💥

Hari pelantikan OSIS Masa Bhakti 2017/2018

   Wara-wiri dan kesibukkan berakhir sudah. OSIS yang baru menjabat beberapa menit yang lalu sudah merasa lega karena tidak ada kesalahan fatal selama pelantikan. Hanya hari sabtu mereka latihan untuk hari yang bersejarah ini dan untungnya baik-baik saja.

   "Selamat Go."Bani menghampiri Erigo dan langsung menepuk bahu laki-laki itu.

   Sebuah pemikiran terlintas di kepala Gita. Apakah Bani juga akan mengucapinya seperti itu jika ia menjadi Ketos? Ah, tidak tidak. Bani pasti tidak menghampirinya karena kelakuannya yang sudah dicap buruk.

   Ternyata, pemikiran itu salah.

   "Selamat Git udah jadi waketos. Semoga lo bisa bantu-bantu Erigo."Bani menghampirinya dengan sebuah senyuman. Gita buru-buru menjabat tangan Bani dan membalas senyumannya.

   "Maaf Kak—."

   "Yang lama nggak usah dipikirin lagi,"sela Bani dengan intonasi hangat seperti biasanya.

   "Jangan lo kira gue nggak senang sama lo. Gue cuman kelepasan emosi. Sori."

   Gita mengangguk.

   Tidak lama Bani pergi, Kevin menghampirinya.

   "Wah, ada Waketos baru nih."goda Kevin membuat Gita bersemu.

   "Apasih Kak. Biasa aja."

   Kevin mengacak pucuk rambut Gita, "yang rajin kerjanya. Terus jangan lupain klub musik."

   Saat ini rasanya Gita melayang akibat kontak fisik itu.

   Tetapi, tidak berlangsung lama.

   "Lo napa Git?"tanya Erigo yang tiba-tiba menghampiri mereka. Setelah melihat siapa yang sedang berbicara dengan Gita, Erigo tersenyum jahil.

   "Hai kakak ipar~"

   Gita tersenyum ke arah Kevin, namun menginjak kaki Erigo.

   "Aaa! Aaa!"

   "Duluan Kak."pamit Gita, lalu ngacir sebelum Erigo kembali mempermalukannya.

   Erigo berjalan ringan ke Gita, "eh, lo inget ya."

   Gita berhenti dan memasang wajah penyesalan. Lagi-lagi tentang taruhan itu.

   Melihat gadis itu yang lebih penurut, Erigo segera merangkul pundaknya, "gantiin gue piket ya pas pulang. Terus bawain tas gue, berat banget bawa buku paket sampe tiga buah."

   Bahkan Gita tidak pernah mengeluh ketika setiap hari membawa buku paket lebih dari lima.

    Gita mau protes, tetapi Erigo menahannya.

   "Kalau protes, tambah kerja."

   Gita menelan amarahnya dan mengulum senyum paksaan.

💥💥💥

   "Makanya jangan buat masalah."

   Gadis itu merengut. Ia bercerita ke Moli bukan minta dinasehati. Gita mengungkapkan kekesalannya tentang betapa makin menyebalkannya laki-laki itu. Namun, Moli mengomentarinya seperti ia yang harus dinasehati.

   "Jadi pulang bareng Erigo lagi?"tanya Moli yang mendapat sedikit gelengan dari Gita.

   "Mending gue naik go-jek."balas Gita seraya menggendong tasnya. "Duluan Mol. Ntar rame tuh anak."

   Gita membalas lambaian tangan Moli dan berjalan ke kelas Erigo. Sesampai di sana, hanya ada laki-laki itu di dalam sana yang asyik memainkan handphone.

   "Telat dua menit."

   Ia tidak percaya, laki-laki itu menghitungnya.

   "Ya, lo kira-kira aja,"balas Gita tidak mau kalah. "masa bel pulang bunyi langsung ke kelas lo? Terus buku-buku gue siapa yang beresin? Alat Doraemon?"

    "Ya udah, piket sana."perintah Erigo semena-mena.

   "Sabar Git!"ucap Gita pada dirinya sendiri, mengundang tawa di hati Erigo.

   Gita menyapu, sementara Erigo duduk di kursi dan kaki di atas meja seraya mengulum permen dan memperhatikan gadis itu menyapu. Seringkali ia mengomentari daerah yang kotor, cara menyapu, dan ekspresi Gita yang tidak cocok dengan kegiatannya. Berulang kali Gita berusaha sabar.

   Sekali lagi. Gita sedikit menyesal karena membuat taruhan bodoh itu.

   Pukul setengah tiga, kelas Erigo sudah bersih. Erigo memanggut-manggut dan menyerahkan tasnya ke Gita.

   "Manusia aja lo."desis Gita.

   "Terus kalau gue setan gimana?"

   "Udah gue bacain yasin biar pergi."

   Sembari ke parkiran, Erigo berusaha berbicara dengan Gita.

   "Kalau gue malaikat gimana?"tanya Erigo lagi.

   Gita diam sebentar, lalu menjawab. "jangan dibayangin deh, kan mustahil."

   Erigo mendengus, "kan nggak ada yang mustahil di dunia ini."

   "Terus nggak mustahil kalau lo bisa teleportasi ke bulan setiap dua menit sekali?"balas Gita membuat Erigo hampir menyerah.

   "Ya, kan teleportasi nggak ada di dunia ini."bantahnya.

   "Tuh tahu. Berarti nggak ada malaikat yang namanya Erigo di dunia ini."

   Oke. Erigo menyerah.

   Berdebat dengan anak IPA sepertinya harus butuh rumus-rumus dan teori alam.

   Sesampai di parkiran, Gita menyerahkan tas ke pemiliknya dan memasang wajah bahagia.

   "Oke, Tuan Muda Erigo, gue mau balik. Bye."seru Gita, berbalik, dan berdada dari sana.

   "Pulang sama gue aja."tawar Erigo, sedikit takut kalau tidak ada transportasi lagi.

   "Ogah!"

   Tetapi, Erigo sedikit lega ketika melihat Gita naik di salah satu pengendara go-jek.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang