•ELEVEN•

4.9K 283 1
                                    

            I'm Lose

💥💥💥

Gita bernafas lega begitu siswa-siswi bubar dari lapangan. Kampanye dan pemungutan suara barusan membuatnya sangat gugup sampai-sampai ia lupa sebagian jawaban yang sudah ia persiapkan dari rumah.

   Hasil pemungutan suara akan diumumkan besok.

   Sorot mata Gita jatuh ke laki-laki di hadapannya yang meninggalkan lapangan lebih dulu darinya. Sedari acara berlangsung, mereka saling diam. Biasanya, laki-laki itu akan berceletuk.

   Ah, buat apa Gita peduli.

   Tapi, hal itu membuatnya merasa tidak enak. Bagaimana kalau ia sudah menyinggung perasaan Erigo? Dia tahu, sudah banyak yang sakit hati dengan ucapan ketusnya. Tapi, kali ini berbeda. Gita merencanakannya, bukan tidak sengaja.

   "Bagus Git!"Moli menghampirinya seraja mengacungkan kedua jempolnya. "Gue sekarang yakin, lo bakal jadi Ketos!"

    Gita tersenyum tipis melihat sahabatnya itu bersemangat seperti biasanya.

   Justru hal tersebut mengundang keheranan Moli. "Ada masalah?"

   Gadis itu menggeleng, melanjutkan jalannya. Moli menyetarakan tubuhnya di sebelah Gita.

   "Gue tahu lo bohong,"ujar Moli pelan. "Tapi, gue nggak maksa lo buat ceritain semuanya."

   Moli selalu mengerti dirinya.

   "Makan di kantin yuk?"ajak Gita tiba-tiba.

   Moli sumringah. "Kalau itu, siapa yang nggak mau?"

   Gita yang mengajak ke kantin duluan itu adalah sebuah keajaiban di hidup Moli. Moli merangkul pundak Gita, mengarahkan gadis itu ke kantin. Gita terkekeh melihat sahabatnya itu. Ada sedikit penyesalan di dirinya. Karena dia, Moli juga jarang ke kantin. Karena dia, Moli sendirian di kelas hingga tertidur di atas meja. Karena dia juga, Moli selalu bosan di sekolah.

   Gita duduk di meja nomor dua dari depan, sementara Moli memesan makanan. Ia membuka handphone dan membaca catatan Fisika yang ia foto tadi. Semakin hari, pelajaran semakin sulit. Itu artinya, semakin keras pula ia harus belajar.

   "Udah siap?"

   Gadis itu mengedahkan pandangannya dan mendapati Erigo yang sudah ada dihadapannya. Dengan tampang annoying, ia menatap Gita.

   "Eh?"

   Erigo menyunggingkan senyumnya. "Besok. Taruhan. Kalah. Menang."

   Ah, masalah itu.

   Gita meletakkan handphonenya di atas meja dan ikut-ikutan menyunggingkan senyumnya.

   "Gue nggak pernah lupa sama kata-kata yang keluar dari mulut gue."

   Laki-laki itu terkekeh. "wah, Gita yang arogan."

   Tentu saja dia arogan.

   "Semoga keberuntungan di pihak gue."ucap Erigo hendak berbalik.

   "Maaf masalah kemarin."

   Gita mengatakannya seraya memainkan handphone, seakan-akan tidak peduli dengan ucapannya. Erigo tersenyum. Ia tahu, sulit mengatakan hal seperti itu untuk sebagian orang, mungkin termasuk gadis itu.

   "Juga gue."

   Di balik handphone, Gita lega. Perasaan bersalahnya terangkat begitu saja. Setelah memastikan Erigo pergi, Gita menyenderkan punggungnya. Namun sekarang perasaan tidak mengenakkan lagi muncul. Tunggu. Tadi dia minta maaf sama Erigo?

   What?!

   "Lo kenapa Git?"tegur Moli dengan nampan makanan di tangannya.

   Gita menggeleng dengan senyuman, "ayo makan, Mol."

   Moli mengangkat kedua bahunya. Mungkin Gita memang tidak apa-apa.

💥💥💥

   Pengumuman.

   Ketiga Calon Ketos berkumpul di aula. Sedaritadi Gita menghembuskan nafasnya dengan keras. Calon yang lain pun gugup. Hanya Erigo yang terlihat sanatai. Tidak mempermasalahkan apa-apa.

   "Hasilnya sedikit mengejutkan."ujar Bani dengan selembar kertas di tangannya. Juna yang di sebelahnya memanggut-manggut. Ketika Gita menarik arah matanya ke Juna, tatapan mereka berdua bertemu. Dengan cepat, Juna memalingkan wajahnya.

   "Tory mendapat nilai terendah di antara semuanya,"ucap Bani sedikit kecewa, mungkin ia terlalu berharap dengan laki-laki itu, "dan Tory akan menjadi staff ahli di Sekbid Bela Negara."

   Tory mengangguk, menerimanya.

   "Dan di antara kalian berdua,"nada suara Bani terdengar malas, "hanya selisih lima poin."

   Saat itu juga, jantung Gita berdebar kencang. Ia harus menang. Harus.

   "Erigo,"

   Gita memejamkan matanya.

   "Ketua OSIS masa bhakti 2017/2018."

   Gadis itu membuka matanya dan menatap Bani tidak percaya.

   "Dan Brigitta akan menjadi wakilnya. Selamat."

   Erigo sudah berseru kesenangan. Bani menyalaminya, memberinya selamat karena sudah menggantikannya dan berharap akan lebih baik dari tahunnya. Sementara Gita masih mematung. Ia kalah.

   "Git, selamat ya. Gue harap lo sama Erigo bisa buat sekolah ini makin berkembang."Bani menghampirinya dan mendapati sepasang mata Gita yang berkaca-kaca. Gadis itu beranjak dan berlari dari aula. Juna ingin mengejarnya, tetapi Bani menahan dan menggelengkan kepala. Biarkan saja.

   Sementara Gita berjongkok di belakang aula. Kenapa ia harus menangis di sana? Biasanya juga ia bisa menahannya. Ia tahu, secepatnya orang itu akan memanggilnya.

   Tepat saat itulah, handphone Gita berdering dan menampilkan sebuah nama.

   Pak Cesar, Kepala Sekolah.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang