• THIRTY FIVE •

3.9K 229 1
                                    

            She is mine!

💥💥💥

   Sesuai perjanjian, Gita mendatangi kantor Detektif Roo hari ini.

   "Kabar bagus, Git."seru Detektif Roo ketika Gita baru duduk di sofa. "Saya bisa menyusun dugaan sementara saya."

  "Jadi?"

   Detektif Roo menyesap kopinya sedikit, lalu duduk agak membungkuk. "Saya sedang mencurigai Pak Cesar, kepala sekolah kamu."

   Dahi Gita sukses berkerut. "Kenapa Pak Cesar?"

   Detektif Roo memainkan penanya. "Kamu tahu, sekolah itu, didominasi oleh tiga donatur. Bu Trista, Pak Hernawan, dan Ayahmu, Ares, yang semua saham itu diatasnamakan oleh Pak Hernawan."

   "Dan sebenarnya, Pak Cesar adalah adik dari Bu Trista."ucap Detektif Roo, sementara Gita mendengarkan dengan saksama.

   "Pak Cesar mempunyai seorang anak perempuan yang sekarang bersekolah di Singapore. Setahun yang lalu dikabarkan kalau anaknya akan dijodohkan dengan anak tiri Bu Trista. Rencana mereka sudah sangat lama mengenai hal itu.

   "Bu Trista mempunyai anak tiri?"ulang Gita yang mendapat anggukan Detektif Roo.

   "Lebih mengejutkan lagi, anak tiri Bu Trista adalah anak kandung dari Pak Hernawan."bisik Detektif Roo.

   Gita menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Itu berarti....?"

   "Ya, mereka adalah suami istri."ujar Detektif Roo, lalu kembali ke persoalan. "Tapi, kamu tahu, Pak Hernawan sangat mengenal Ares. Mereka bahkan sudah bercanda gurau ingin menjadi besan ketika kalian masih sangat kecil, bahkan istri pertama Pak Hernawan pun masih hidup. Saya sudah dapat klarifikasi langsung dari Pak Hernawan."

   "Jadi, menurut anda, Pak Cesar mencelakakan orang tua saya karena tahu tentang rencana itu?"terka Gita yang lagi-lagi mendapat anggukan Detektif Roo.

   "Itu tandanya, siapapun yang berhubungan langsung dengan keturunan Pak Hernawan, akan menjadi pemilik saham SMA Taruna Bangsa."gumam Detektif Roo. "Kenapa kamu tidak mendapatkan saham, Git? Karena tidak ada wasiat apapun dari Ayahmu sehingga pengacara tidak bisa berbuat apapun karena saham itu juga atas nama Pak Hernawan. Beasiswa dan berbagai biaya yang diberikan Pak Hernawan selama ini merupakan hasil dari saham-saham itu juga, Gita. Beliau tidak memakan semua itu sendirian."

   Semua ini benar-benar rumit.

   "Lebih mengejutkan lagi, ketika saya bertanya dengan orang-orang di rumah Pak Cesar, hari itu, ketika kecelakaan itu, Pak Cesar tidak ada di rumah. Salah satu pelayannya mengatakan, dia pergi pagi-pagi buta dengan taksi dan bilang akan ke Malaysia untuk pekerjaannya."

   Gita sekarang tahu, kenapa orang itu sangat tidak menyukai dirinya.

💥💥💥

   Keesokan harinya, Gita kembali ke sekolah dan disambut dengan ulangan matematika wajib.

   "Eh anjir lo, giliran ulangan aja masuk. Pinter banget."ucap Moli ketika jam istirahat. "Lo nggak paham kalau gue selalu sendirian, Git?"

   "Makanya cari pacar!"seru Gita yang mendapat rengutan dari Moli.

   "Lo juga, tuh."balasnya tidak mau kalah.

   "Ye, gue nggak jones kayak lo."

   Semburan pedas itu membuat Moli tidak bisa bekata apa-apa lagi.

   "Iya deh, yang punya Erigo."ledek Moli bersungut. "Gue masih nggak nyangka, teman gue dekat sama Erigo Pratama yang guanteng beud itu!"

   "Makin hari, kata-kata lo makin aneh aja, Mol."komentar Gita. "Makan nggak? Gue traktir."

   Padahal, Moli sudah lupa kalau Gita mau mentraktirnya. Perlahan sorot matanya berubah menjadi lebih bercahaya.

   "Let's go babyyy!"serunya, lalu mengalungkan tangannya di lengan Gita.

   Gita hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia pun bisa memaklumi kalau dirinya sudah sangat sering tidak masuk dan jarang bertemu Moli. Sebagian dirinya pun merasa rindu dengan sosok ceria nan semangat itu.

   "Eh, Mol, Gita itu punya gue!"

   Mereka berdua berhenti ketika Erigo menghadang jalan mereka.

   Wajah Moli berubah masam. "Minggir, deh, Go. Hari ini, Gita punya gue!"

   "Setiap saat, Gita, mah punya gue!"balas Erigo, posesif.

   Gita membalas. "Sejak kapan gue milik lo? Najisun banget."

   Moli memasang wajah kemenangan. "Seganteng apapun lo, jelas-jelas Gita milih gue, wleee."

   Erigo menatap kesal cewek yang bergelantungan dengan Gita. Ia tidak menyangka kalau cewek itu sangat menyebalkan.

   "Minggir."usir Gita, jutek.

   Erigo memasang wajah memelas. "Ayolah Git, gue ada perlu..."

   "Nggak hari ini, Go."balas Gita. "Sehari itu lo bisa gunain kapan aja. Tapi, hari ini, gue lagi pengen main sama Moli."

   Erigo hendak menghentikan mereka, namun sebuah pesan menahannya.

   Pak Reza: Saya ada di ruangan.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang