•TWELVE•

4.6K 266 0
                                    

Smile and hated.

💥💥💥

Gita menundukkan kepalanya. Atmosfer di ruang Kepala Sekolah terasa panas bercampur dingin, aneh. Pak Cesar menatapnya tajam.

"Jadi Ketua OSIS saja kamu nggak bisa, Git?"sergah Pak Cesar.

"Terlalu susah, Pak."lirih Gita yang mendapat gebrakan meja dari Pak Cesar.

"Kalau begitu, gimana Pak Hernawan bisa memperpanjang beasiswamu? Menjadi juara umum tidak akan cukup, Git,"seru Pak Cesar. "Sudah cukup siswa-siswi membahas sikap kasar dan jutekmu di koridor. Kamu kira semua itu tidak sampai di telinga Pak Hernawan?"

"Dengan kamu menjadi Ketos, Pak Hernawan bisa menganggap semua itu hanya gosip belaka."

Bibir Gita bergetar. Ia takut beasiswa yang selama ini mati-matian ia pertahankan dicabut karena ia tidak bisa menjadi Ketos seperti yang diharapkan Kepala Sekolah. Ia sudah berusaha keras untuk mendapat jabatan itu.

Pak Cesar menyuruhnya keluar dari ruangan. Gita menutup pintu dengan pelan, lalu berjalan dengan mengangkat sedikit kepala. Berkali-kali ditepisnya air mata yang berusaha mengalir di pipinya. Tidak. Dia tidak boleh terlihat lemah.

"Ya~ Gita-ku!"

Astaga, Gita tidak boleh bertatap muka dengan orang itu.

Erigo menghampirinya dengan wajah khasnya bila bertemu Gita, meledek. "Selamat kerja sama gue selama sebulan ya?"

Gita sedikit tertawa, memutar bola matanya ke atas, menghindari air mata yang keluar, baru menatap Erigo lagi, "Selamat ya?"

Tumben. Satu kata itu langsung ada di benak Erigo.

"Lo—lo nangis Git?"ucap Erigo cemas begitu melihat bola mata Gita yang berkaca-kaca.

Dengan cepat Gita menguceknya. "Duluan Go."

Bukan Erigo namanya kalau tidak mendapat jawaban.

"Lo nangis karena lo jadi babu gue, Git? Duh, jangan gitu dong. Kan lo yang buat taruhannya."ujar Erigo bertubi-tubi. Nanti dia pula yang disalahkan.

Gita menggeleng. "Gue sedih sama diri gue sendiri."

Setelah itu, Erigo membiarkan punggung Gita yang semakin lama semakin menjauh, lalu tidak terlihat lagi ketika gadis itu berbelok.

Kenapa bisa sesedih itu?

💥💥💥

Pulang sekolah temenin gue beli buku.

Erigo, Si Ganteng

Gita menatap sepucuk surat di atas mejanya dengan tidak percaya. Baru saja menang tiga jam, dia sudah jadi babu pula hari itu.

Tunggu. Si Ganteng? Apakah julukan itu memang umum atau seperti yang ia kira, hanya dibuat Moli?

"Mol Mol, emang julukan Erigo itu Si Ganteng?"tanya Gita dengan Moli yang asyik mencatat pelajaran Kimia tadi.

Moli menghentikan aktivitas menulisnya dan mengerutkan dahi. "Lo kudet, Git? Ya iyalah. Semua manggil dia Si Ganteng."

"Tunggu tunggu,"Gita sepertinya tidak habis pikir. "Jadi itu julukan bukan karangan lo doang?"

"Terus lo kira cuman gue yang manggil dia Si Ganteng?"balas Moli seraya menulis lagi.

Gita memegang kepalanya. Padahal hari ini dia harus belajar lebih keras. Dia harus menunjukkan kecerdasannya lebih dan lebih lagi karena ia merasa bersalah hanya menjadi Wakil Ketos.

"Jadi lo kalah Git?"tanya Moli ketika gadis itu selesai mencatat. Kabar itu tersiur begitu cepat. Gita mengangguk pelan.

"Ya nggak pa-pa, lah. Sebulan juga,"hibur Moli. "Tapi, kan lo wakil juga, Git. Yang penting OSIS."

Tidak. Dia tidak ingin menjadi OSIS.

Gita ingin menjadi Ketua OSIS.

"Tadi Kak Kevin ke sini, katanya besok latihan."info Moli melihat Gita yang membisu.

Dan Gita tersenyum senang.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang