•TEN•

5.3K 295 1
                                    

            H-2

💥💥💥

   Hari sabtu, tepatnya H-2 kampanye, Bani mengumpulkan ketiga Calon Ketos ke ruangan OSIS. Lama-lama Gita muak juga melihat Erigo lagi. Padahal kemarin dia sudah lega karena laki-laki itu tidak menampilkan wajah yang sangat ingin dimusnahkan itu.

   "Gue manggil kalian ke sini karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kampanye berlangsung,"ucap Bani yang menjadi pembuka, "dimohon untuk tidak memotong pembicaraan gue."

   Gita memutarkan sepasang matanya. Dia tahu Bani menyindirnya. Ketua OSIS yang sebentar lagi menjadi mantan itu berbicara dengan menatap langsung kedua mata Gita.

   Bani menjelaskan beberapa hal sesuai yang ia bilang tadi. Sebelum pemungutan suara akan diadakan kampanye untuk menarik perhatian pemilik suara. Setiap pertanyaan yang dijawab dengan jawaban yang memuaskan si penanya akan diberi skor oleh juri yang telah ditentukan. Jadi, faktor kemenangan ada tiga. Lima puluh persen dari pemungutan suara. Tiga puluh persen dari sikap dan sisanya dari jawaban untuk setiap pertanyaan.

   Gita baru tahu kalau sistemnya seperti itu.

   "Dimohon, setelah pengumuman siapa-siapa yang masuk, tidak ada lagi kata protes,"seru Bani tegas, "jurinya adalah dua guru senior dan kepala sekolah. Bukan gue atau Juna yang mungkin masih bisa kalian protes. Sekali lagi, keputusan tidak bisa diganggu gugat."

   Ketiga calon memanggut-manggut. Juna yang sedaritadi duduk di sebelah Bani menatap seseorang dengan cemas.

   "Okelah, gue harap semuanya berjalan dengan lancar dan yang terpilih nanti bisa lebih baik dari gue."entah kenapa, ucapan Bani barusan mengundang rasa sedih.

   Semua calon boleh kembali ke ruangan masing-masing. Gita berjalan gontai menyelusuri koridor. Dia sekarang nge-down karena melihat sikap Bani tadi. Seolah-olah dia kuman di mata laki-laki itu.

   "Bani nggak bermaksud buat nyindir lo, kok."

   Gita bergidik kaget ketika mendapati Juna sudah ada di sampingnya dengan gaya khas para cowok yang hendak cool.

   "Eh?"

   Juna mengangguk, "gue nggak mau lo salah paham."

   "Oh.. oke.. makasih, Kak,"ucap Gita agak segan. Ia bahkan tidak kenal dekat dengan Juna dan tiba-tiba saja laki-laki itu menghampirinya.

   "Di ruangan tadi raut wajah lo pucat banget. Takut sama Bani atau Erigo?"

   Dengan cepat Gita menjawab, "Erigo? Ha... eh.. maaf, Kak."

   Untung saja semburan khasnya tertahan di tenggorokkan.

   "Segitunya kesal sama Erigo?"ujar Juna penasaran.

   Gita menggeleng dengan senyum tipis. Tentunya keberatan dengan jawabannya barusan.

   Juna memanggut-manggut, "ya udah, gue duluan ya."

   "Eh.. iya Kak..."

   Setelah Juna pergi, Gita baru bisa bernafas dengan normal. Ia masih tidak percaya Juna menghampirinya dan menanyakan hal itu.

   "Hai Gita-ku yang tergalak se-antero TB~"

   Lagi-lagi Gita terkejut dengan kehadiran mendadak seorang Erigo.

   "Apa? Apa? Gue lagi males ngomong!"seru Gita lalu berjalan dengan cepat. Ia sudah tidak tahan jika Erigo dekat-dekat dengannya. Ia sudah banyak mendengar tentang gosip simpang-siur tentangnya dan Erigo.

   "Neng jangan tinggalin Abang dong~"

   "Najis!"

   Erigo terkekeh, berusaha menyetarai langkahnya dengan Gita, "btw lo nggak menstruasi jangka panjang, kan? Atau lo memang suka marah-marah?"

   Kenapa topiknya selalu mengarah ke hal itu?

   "Tapi, keknya kalau lo nggak galak, nggak seru deh. Pasti kita nggak bakal ketemu, ye gak?"celotek Erigo yang membuat langkah Gita terhenti dan menyelit ke arahnya.

   "Kita ini lagi masa perselisihan. Lo nggak ingat taruhan kita?"ucap Gita ketus, "dan lagi, lo udah kebangetan nyentuh-nyentuh gue terus nempelin permen karet ke rambut gue!"

   "Apadah, gue nyentuh-nyentuh lo nggak."sergah Erigo, membela diri.

   "Lo kira meluk-meluk gitu lo nggak nyentuh gue, hah?!"seru Gita tidak mau kalah, "gue bisa ngadu lo ke kantor polisi sekalian."

   Gita kembali berjalan, meninggalkan Erigo yang sibuk mengejar dirinya.

   "Gue nggak kepikiran ke situ kok,"klarifikasi Erigo, "gue cuman pengen nempelin permen karet ke rambut lo, itu aja."

   "Terus lo kira lucu kita jadi bahan tontonan teman-teman sekelas? Emang mereka percaya niat lo kayak gitu?"seru Gita kesal, "lo udah keterlaluan, Go."

   Baru saja Gita berjalan beberapa langkah, Erigo berbicara.

   "Lo kira, ngabisin duit gue buat traktir orang itu bagus?"ucap Erigo dingin. Ketika berbalik, Gita mendapati Erigo yang berjalan berbalik arah. Seketika aura penyesalan mulai menyelimuti dirinya.

   Apakah ia sudah keterlaluan juga?

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang