•FIVE•

6.9K 355 19
                                    

Must win.

💥💥💥

   Pondok-pondokkan yang dibuat Erigo dulu adalah tempat teraman untuk bolos dari pelajaran Ekonomi. Satpam selalu mengabaikan semak belukar dengan terpal di atasnya. Mungkin beliau ngira itu cuman bekas tempat istirahat tukang-tukang yang sudah pensiun setengah tahun lalu.

Berkat jajanan yang dibeli Erigo di toko Mbak Murni, mereka ada cemilan sembari menunggu waktu istirahat. Dua sejolinya itu setia menemaninya.

"Tadi pagi rasanya gue liat lo ribut-ribut sama cewek di koridor MIPA."ujar Sam disela-sela kunyahannya.

Erigo ber-oh, membenarkan.

"Lo sih, cewek PMS dipancing."komentar Ari seraya mencomot snack di tangan Sam.

"Gue penasaran, dia memang PMS atau tabiat dasarnya emang begitu."ucap Erigo, ikut-ikutan mencomot.

Laki-laki itu marah, "ya elah, ngapa coba harus ngambil yang ada di tangan gue? Beli dong!"

"Sadar diri kali, itu duit siapa."jawab Erigo menyadarkan sebuah fakta untuk Sam Ronald.

Laki-laki itu terkekeh dengan cengiran khasnya.

Kejadian tadi pagi itu bermula ketika Erigo baru saja sampai ke sekolah. Untuk mencapai kelasnya, ia harus melewati kelas XI MIPA, lalu naik tangga, terus belok kiri, mentok di ujung. Kebetulan dia lewat kelas Si Cewek PMS dan lebih, cewek itu ada di depan, lagi nyapu koridor, Erigo berhenti, berniat menyapa cewek itu.

"Cewek mah anggun, nggak perlu marah-marah terus."komentar Erigo sebelum ia menyapa.

Gita berhenti dari menyapunya, lalu berbalik menghadap Erigo dengan kedua tangan berkacak pinggang, "lo lagi lo lagi. Heran gue."

"Gue niatnya nyapa lo, biar kita temenan gitu loh,"ucap Erigo dengan wajah yang ceria, "selamat pagi, cewek yang sedang PMS namun selalu dihatiku~"

"Najisun lo!"

Tampang jutek perempuan di pagi hari ternyata bisa membuat Erigo sesenang itu.

Sebelum pergi, ia berteriak,

"Jangan lupa beli Kiranti, Neng!"

Alhasil, ia dikejar Gita dan dipukul dua kali dengan sapu.

"Habisnya, urusan cewek lo ikut-ikut. Udah tahu spesies itu sensitif."ujar Ari yang sudah seperti pembela-urusan-wanita-dot-com.

"Kayaknya Brigitta Novera deh,"singgung Sam, "Brigitta yang gue kenal, mah cuman satu spesies yang judes, ngomongnya datar, terus gila belajar asli."

Kilatan di mata Erigo bercahaya, "iya, dia itu!"

Raut wajah Sam tidak mengenakkan.

"Dia itu, spesies yang hampir punah."bisik Sam yang seperti memberikan informasi negara, "Gita. Cewek gila belajar. Dijuluki Dewi Matematika. Paling tidak suka ketidakadilan. Lebih buruknya lagi, dia bisa marah-marah nggak jelas kalau ada yang nyentil dia walaupun sedikit!"

"Nggak salah lagi. Brigitta Novera."gumam Erigo, yakin seratus persen. Sudah pasti, dia itu cewek bar-bar yang sering ditemuinya akhir-akhir ini.

"Gue nggak percaya lo berurusan sama Gita, Go,"ucap Sam, "cowok-cowok aja takut nyagilin dia, takut kena semprot kata-kata nyelekit yang nggak bisa disaring. Tapi, keunggulannya, dia masih memegang predikat juara umum, dari kelas sepuluh."

Erigo mengerutkan dahi. Dia tidak pernah melihat gadis itu maju ketika hari pembagian rapor. Atau ia yang tidak peduli?

"Menjadikan dia Ketos, berarti buat dia megang pasak sekolah ini,"terka Ari mengambil kesimpulan.

"Itu artinya, lo harus menangin voting, Go."sambung Sam.

Tentu saja, Erigo tidak akan membiarkan perempuan itu memegang kendali sekolah ini.

Kalau begitu, dia harus memenangkan pemungutan suara Senin depan.

💥💥💥

   Aula kembali ramai, seperti Senin kemarin. Murid-murid mengerubungi papan informasi untuk melihat siapa saja yang lolos di putaran pertama.

Erigo menyunggingkan senyum begitu melihat namanya diurut kedua.

Tetapi, itu tidak berlangsung lama sebab di sampingnya ada Gita yang ikut-ikutan tersenyum puas.

Gadis itu diurutan pertama.

Hal itu tidak berlangsung lama ketika Bani berteriak agar keempat kandidat calon Ketos segera berkumpul di hadapannya dalam lima detik. Hanya satu orang yang gugur pada seleksi pertama.

"Brigitta Novera, Tory Mahreza, diwawancarai oleh Bani,"info Juna, "sisanya, Ghani Samudera dan Erigo Pratama akan diwawancarai oleh Kakak."

Gita dan Erigo mendapat giliran pertama.

"Jujur aja deh, Kakak masih nggak nyangka kalau ada cewek yang mau daftar di sini,"ucap Bani yang menampilkan semangatnya, "biasanya, kan pada sekretaris, bendahara, atau sekbid-sekbid lain."

Gita tersenyum tipis, "saya ingin menjadi Ketos cewek pertama sepanjang sejarah sekolah ini."

Jawaban berani Gita membuat Bani memanggut-manggut dengan mata yang berbinar.

"Cukup mengesankan, Git,"Bani sepertinya ingin akrab dengannya, "tapi, kamu tidak takut diinjak? Misalnya, kamu Ketos, Waketos-nya cowok. Terus Waketos mau ngalihin kekuasaan kamu, terus gimana?"

"Sebelum itu terjadi, saya tidak akan membiarkannya,"jawab Gita mantap.

"Dengan cara?"

"Saya yakin kepada diri saya sendiri."

Wah, personal sekali.

"Kalau saya sih ya kak, yakin sama Erigo Pratama, diri saya sendiri."

Sontak Gita menoleh ke sampingnya dan melihat laki-laki menyebalkan itu membentuk tangan peace tanpa memandang ke arahnya.

Gita protes, "wawancara aja lo nyontek?!"

Bani yang sedaritadi melihat-lihat kertas jawaban Gita yang senin kemarin, menoleh ke hadapannya, lalu mengikuti arah pandangan perempuan itu. Juna yang sepertinya kaget, ikut-ikutan melihat Gita-Erigo secara bergantian.

"Apasih lo, pede banget."sergah Erigo.

"Apasih apasih, dasar pencontek kelas internasional lo!"bentak Gita, kesal karena jawabannya telah disalin dalam selang waktu tiga detik.

Bani menenangkan, walaupun tidak tahu apa yang terjadi, "apa yang terjadi? Kenapa ada pertikaian?"

Gita menunjuk ke arah Erigo, "dia nyalin jawaban saya kak, soal yakin kepada diri saya sendiri."

Erigo membantah, "emang itu kalimat nggak boleh dipake umum, Kak? Yee... Kak Juna yang ngasih pertanyaan, lo yang rempong."

Perempuan itu mendekat ke arah Erigo dan memukulnya berkali-kali.

"Nyebelin!"

"Tukang nyontek!"

"Licik!"

Bani dan Juna butuh beberapa waktu untuk menarik Gita yang emosinya sudah di luar batas. Erigo mengaduh kesakitan. Pukulan gadis itu memang tidak main-main. Kekuatannya jauh di luar dugaan.

Seketika, posko Calon Ketua OSIS dipenuhi siswa-siswi lainnya, melihat pertunjukkan tadi. Erigo malu setengah mati. Ia bahkan kesakitan karena pukulan perempuan. Mau taruh dimana harga dirinya?

"Selain Calon Ketua OSIS, bubar!"seru Bani dengan suara menggelegar, membuat penonton-penonton itu lari ke posko masing-masing.

"Erigo, Gita, ikut saya ke ruang OSIS!"ucap Bani, lalu berjalan keluar.

Erigo mendengus kesal, merapikan seragamnya, dan ikut menyusul Bani. Ia sedikit melihat Gita tadi, berjalan di belakangnya dengan Juna disamping Gita. Takut saja kalau cewek itu masih menyimpan dendam kesumat.

💥💥💥

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang