•THREE•

8.2K 421 27
                                    

Accept challenge,
   And we fight.

💥💥💥

   Pelajaran Matematika membuat kepala Moli terasa berat untuk diangkat. Ia membiarkan kepalanya tiduran di atas meja danmenghadap ke sampingnya, Gita, yang sedang asyik mencatat apa yang keluar darimulut Pak Subhan, guru Matematika.   

   "Pinjem otak lo Git."gumam Moli yang sudah menyerah dengan kemampuannya.

   Tanpa melirik, Gita menjawab, "ya kali bisa."

   Bel istirahat pun berbunyi, membuat suara buku ditutup memenuhi ruangan. Kepala Moli jadi ringan untuk diangkat. Setelah mengucapkan salam dan Pak Subhan pergi, semuanya berhambur keluar kelas, meninggalkan Moli dan Gita di dalam kelas.

   "Perut lo nggak lapar, wahai dewi matematika?"ucap Moli yang melihat tidak ada tanda-tanda dari Gita untuk pergi ke kantin.

   "Gue kurang ngerti yang ini,"ujar Gita yang masih asyik menarikan penanya di atas kertas, "duluan aja, Mol. Ntar gue nyusul."

   Moli mendengus, "lo tahu, gue nggak akan pernah ninggalin lo."

   "Jadi, tunggu gue selesai, ya?"ucap Gita enteng, "lima menit lagi deh, janji."

   Moli menyerah. Ia, kan setia kawan.

   Sesuai janji Gita, ia menutup bukunya ketika detik hampir menyempurnakan menit ke-lima. Ia berjalan dengan gandengan manja dari Moli. Sahabatnya itu kadang supermanja dengannya.

   "Gue, bahkan sampai saat ini, nggak ngerti kenapa lo keras banget belajar,"ucap Moli dengan batagor di tangannya, berbicara ke Gita yang asyik melihat handphone. Lebih tepatnya, lembar matematika yang ia foto tadi.

   "Kita, kan pelajar."jawab Gita santai.

   Moli menepuk dahi, "pelajar, kan bukan harus belajar mulu. Rugi, loh kalau lo nggak ngerasain pahit, asam, manis, asin-nya masa SMA!"

   "Gue udah ngerasain pahit, asam, manis, asin-nya hidup, kok."

   Moli sedikit kesal, "gue doain, lo ngerasain semua itu di SMA ini!"

   "Terserah lo."

   Lagi-lagi, ia mendapat tanggapan datar dari seorang dewi matematika.

   "Makan, kek, Git. Abis ini kita olahraga. Lo tau, lah Pak Gun gimana."sahut Moli karena merasa sendirian. Sepi.

   Gita menoleh, lalu menatap handphonenya lagi, "udah sarapan tadi."

   Rasanya, Moli ingin menenggelamkan diri di rawa-rawa.

💥💥💥

   Karena Jun, si Ketua Kelas lupa memanggil Pak Gun ketika bel masuk berbunyi, di sinilah mereka berakhir. Di suruh keliling tiga puluh kali putaran lapangan futsal. Baru putaran kedua belas, tetapi kaki masing-masing sudah tidak sanggup lagi untuk berlari.

   "Tiga belas!"

   Seluruh siswi di X-MIPA-3 mengeluh. Para siswa malah berlomba-lomba untuk memenangkan tempat pertama. Gita memegang perut sebelah kanannya. Keram.

   Dia memang tidak bisa berlari.

   "Pak Gun, Gita sakit!"seru Moli dari ujung sana, ketika Gita berlutut karena keram itu.

   Pak Gun menaikkan sedikit kacamata-nya, lalu berlari ke tempat Gita. Dengan sedikit cemas, ia menyuruh siswinya itu beristirahat di bawah rindang pohon.

EnG's-01 : Elevator [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang