Chapter 2

1.8K 48 1
                                    

Author pov
Sekarang Salsha dan teman-temannya sedang mencari keberadaan ketua osis sma nusa bangsa ini. Salsha dan ketiga sahabatnya sekarang sedang menuju lapangan basket siapa tau aja ketosnya ada disana pikir mereka.
"Duhh... dimana sih tuh ketos,bikin ribet aja kenapa gak munculin diri dulu baru nyuruh nyari tanda tangan kan gampang" omel Feli yang sekarang sudah terlihat kelelahan mencari keberadaan ketos.
"Sebenarnya...."gantung Cecil.
"Apa?" Tanya mereka serempak kecuali Salsha yang hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Gue itu...."
"Apaan sih gajelas banget lo"
"Sebenarnya gue itu..."
"Woiiii... kalian ngapain disini bukannya nyari ketos malah ngerumpi disini" tiba-tiba ada seorang cowok menghampiri mereka, yang mereka perkirakan adalah salah satu osis disini.
"Kita juga lagi mikir kali ka" saut Cecil yang sedikit kesal karena ucapannya tadi dipotong.
"Lagian ngapain juga tu ketos isi ngumpet segala, emang dikira mau main petak umpet apa" sambung Feli yang terkenal mulutnya memang sedikit pedas.
"Ehh lo jadi adik kelas nyolot banget ya"
"O aja sih ya"
"Lo tuh ya..."
"Ada apaan tan?" Ya cowok yang sejak tadi mereka ajak debat itu adalah Tristan osis dan sahabat dari Billy.
"Nohhh... tu cewek, mukaknya aja yang anggun, tapi mulutnya pedes kek cabe kiloan"
"Heehh,jadi cowok gak usah nyinyir bisa gak sih"
"Lo yang mulai duluan" dan terjadilah adu mulut diantara mereka berdua sampai sebuah suara menghentikan pertengkaran diantara mereka.
"Bisa diem gak" suara dingin itu langsung membuat semua yang ada disitu diam membisu. Sampai-sampai Feli dan Tristan yang tadi sedang terlibat adu mulut seketika langsung diam.
"Ekhem,,,"
"Daripada kalian berdua ribut gak jelas mending sekarang lo pada cari lagi ketosnya dan minta tanda tanganya daripada entar lo pada dihukum."
Lio yang tadinya ingin melerai perdebatan diantara Feli dan Tristan pun menyadari suasananya mulai canggung akibat perkataan yang keluar dari mulut Salsha pun akhirnya angkat bicara.


***
Billy pov
Setelah gue pikir-pikir akhirnya gue memutuskan untuk pergi ke rooftop sekolah. Sebenarnya gak ada yang tau kalo sekolah ini punya rooftop hanya gue, sahabat dan adik gue yang tau.

Jadi kayaknya mustahil kalo sampe ada peserta mos kesini untuk minta tanda tangan gue. Ya kecuali adik gue,itupun kalau telepati dia benar.

Drtt...drtt...drtt
Baru saja gue mikirin tu bocah, sekarang dia udah nelpun gue. Gue kerjain aja ahhh. Gue biarin telepun gue bunyi sampai yang ketiga kalinya baru gue angkat.

Via telepon
"Ehhhh... lo itu punya hp dipakek apasih, angkat telepon gue lama amat" gue hanya mengehala nafas pasrah mendengarkan ocehannya yang super cempreng itu.
"Apaan?"
"Lo sekarang dimana,kayak artis aja dah lo minta dicari-cari cuma minta tanda tangan lo"
"Serah gue lah"
"Cepet elah, dikit lagi gue gosong ini"
"Ckk... cari aja sampe dapet,lo kan peserta mos, sebagai ketua osis yang teladan gue harus berprilaku adil"
"Jahat banget sih lo, udahlah percuma ngomong ama lo"
Telepon mati

Flasback
Setelah Lio meminta mereka mencari Billy kembali, Cecil melanjutkan pembicaraannya yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Tristan.
"Sekarang gimana,tuh ketos gak ketemu-ketemu lagi" Aurel yang dari tadi diam pun mulai lelah mencari sang ketua osis.
"Hmmmm.... jadi gini,sebenarnya dari tadi gue mau ngomong ini cuma terus kepotong omongan kalian. Jadi sebenarnya gue itu..."gantung Cecil.
"Apaan? Kalo ngomong tuh yang jelas." Ujar Feli
"Jadi gini gue itu sebenarnya adiknya Kak Billy ketua osis disini" ucap Cecil dengan tampang tak berdosanya.
"HAH....." teriak Feli dan Aurel bersamaan. Sementara Salsha seperti biasa hanya memasang wajah datarnya.
"Kenapa gak bilang dari tadi bego" Feli jadi gregetan sendiri dengan Cecil.
"Ya kan tadi gue udah mau bilang, lo-nya aja yang motong terus"
"Tapikan...."
"Udah?" Lagi-lagi suara Salsha menghentikan perdebatan mereka.
"Mending lo telpon aja kakak lo" usul Salsha,dengan nada khasnya-datar-
"Nahhh... bener tuh, Salsha memang terbaik" ujar Aurel menirukan suara salah satu anime yang sedang terkenal saat ini,sambil menepuk pundak Salsha cukup kuat,sehingga dia mendapatkan pelototan gratis dari Salsha.
"Peachhhh Sa, gak sengaja gue,elah tuh mukak jangan digituin napa ngeri sendiri gue liatnya" ujar Aurel dengan tangan membentuk tanda damai.
"Stttt... gue mau telpon abang tercintah dulu"
"Jijik" ucap Feli, Aurel dan Salsha berbarengan.-percakapannya gak usah dibuat lagi aja ya, capek tangan author ngetiknya-
"Ahhhh.... nasib-nasib punya abang somplak kek dia" kesal Cecil.
"Kenapa? Kakak lo dimana sekarang?"
"Dia gak mau ngasih tau" ucap Cecil melemas.
"Ckkk... gimana sekarang? Waktunya bentar lagi abis lagi,gue gak mau kena hukuman ya" ucap Aurel panik.
"Gue juga gak mau kali,tapi kayaknya gue tau dia dimana sekarang"
"Dimana?"





Gantung ya?? Biarin aja deh biar ada gregetnya. Hehehe😂😂

Inget vote and comment ya👇👇

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang