Chapter 46

873 26 3
                                    

Mencoba berdamai dengan masa lalu tak lah semudah orang mengatakannya. Perlu proses yang menyita banyak waktu. Dan tentunya perlu tenaga extra.

Mungkin semua tak akan sesulit ini bila luka dimasa lalu tak sedalam ini. Luka yang mampu merubah orang 180° berbeda.

Bukan tak ingin memulainya kembali,tapi terlalu takut bila menimbulkan luka baru kembali disaat luka lama belum sembuh.

Pesan yang dikirimkan Billy kemarin malam, mampu membuat benteng pertahanan Salsha sediki goyah.

Billy

Ijinin gue sembuhin luka lo Sa :)

Sedikit memang kelihatannya pesan itu biasa saja. Tak ada yang special. Hanya saja bagi seorang Salsha itu mampu membuat dia yang sedari awal berkomitmen tidak akan jatuh ke jurang yang sama perlahan memudar.

Dia bingung, dia dilema, galau lah istilah jaman now. Melihat pengorbanan dan perjuangan Billy selama ini, dia pikir tak ada salahnya memberi laki-laki itu kesempatan.

Namun ada sedikit keraguan dihatinya. Akankah Billy bisa menjaga apa yang Salsha berikan? Atau akan berakhir sama seperti laki-laki yang pertama kali mengenalkannya tentang cinta sekaligus yang pertama menorehkan luka dihatinya.

Entahlah biar waktu saja yang menjawab semuanya.

****

Pagi ini Tristan berniat mengajak Feli jalan-jalan. Ia ingin mengenal lebih dekat wanita yang kini berstatus sebagai pacarnya. Awalnya Feli menolak dengan alasan ia ingin menghabiskan waktu liburnya yang tinggal sehari dengan kasur empuknya dirumah.

Bukan Tristan namanya jika ia tak memaksa agar keinginannya terwujud. Dan jadilah sekarang Tristan berada dirumah sang pujaan hati.

Sudah sejam dia menunggu gadis itu yang tak kunjung keluar dari kamarnya. Setau Tristan gadis itu sangat jarang berdandan dan terkenal cuek. Namun tetap modis.

Tristan yang sudah jenuh sejak tadi, mengambil ponselnya dan menelepon pacarnya itu.

Deringan pertama tak ada jawaban.

Deringan kedua masih sama

Deringan ketiga juga tetap tidak dianggap.

Sampai di deringan kelima baru ada balasan.

"Lo ngapain sih di kamar lama amat." Omel Tristan sudah seperti ibu-ibu kost menagih uang kosan

"Apa sih.. gue ngantuk"

Tunggu apa yang barusan dia ucap? Ngantuk? Jadi Tristan menunggu selama sejam lamanya. Hanya menunggu orang yang lagi tidur?

"Jadi lo belum bangun juga? Bangun gak lo atau mau gue siram pake comberan?" Gertak Tristan.

Tak ada sahutan.

Ck... gadis itu pasti tidur lagi.

Tristan mematikan sambungan teleponnya. Kemudian beranjak menuju kamar gadis itu. Tak habis pikir, cewek kok segitu malesnya.

Tristan mencari-cari kamar yang sekiranya itu milik Feli. Dan saat melihat pintu dengan tulisan "Feli's room" di pojok ruangan, ia langsung menuju kesana.

Tanpa aba-aba lagi, Tristan langsung membuka pintu kamar Feli. Dan yang pertama kali ia lihat adalah gundukan selimut. Atau lebih tepatnya seseorang yang ditutupi selimut.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang