"Semakin kuat kamu melawan
Semakin besar rasa
Yang kamu rasakan""Sa gue gak tau mau dari mana dulu. Tapi jujur dari awal gue ketemu lo, gue udah tertarik sama lo. Mata lo, rambut lo, bahkan semua yang ada didiri lo gue suka. Gue suka lo Sa. Gue sayang lo. Gue ingin jadi pelindung lo. Bisa ada disamping lo. Sa will you be my girlfriend?" Suasana mendadak hening. Semua mata tertuju ke atas panggung kecil didepan sana.
Gadis yang kini mengenakan gaun berwarna merah muda itu terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang tergerai. Meski cahaya di taman ini tidak begitu terang. Tapi semburat merah dipipi Salsha terlihat sangat jelas.Billy berlutut memegang tangan Salsha dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang bunga mawar merah.
"Kalo lo mau lo ambil bunga ini. Kalau lo tolak lo buang aja" ucap Billy tegas.
Salsha mengambil bunga mawar yang Billy pegang.
1 detik
2 detik
3 detik
Salsha masih memegangnya. Senyum lebar terukir di bibir Billy. Ia bangkit berdiri dengan masih tetap menggenggam tangan Salsha.
"Kamu terima?" Tanya Billy guna untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat nyata.
Salsha tak menjawab melainkan dia mengangguk sebagai jawabannya. Billy memeluk Salsha. Membawa gadis itu kedalam dekapannya. Salsha pun membalas pelukan Billy tak kalah erat.
Billy mengurai pelukannya. Dan menatap mata jernih milik Salsha.
"Makasi udah mau nerima aku."ucapnya tulus.
Salsha tak menjawab. Hanya tersenyum manis. Sepanjang Billy mengenal gadis ini, baru kali ini ia melihat Salsha tersenyum begitu lama.
Mata mereka saling beradu. Menyelami diri mereka masing-masing. Menjalin ikatan batin diantara mereka. Semakin lama jarak diantara mereka saling mengikis. Hingga kini dahi mereka saling bersatu.
Baik Billy maupun Salsha dapat merasakan hembusan nafas lawan mereka. Hingga....
BYURRR!!!!
"Banjirrr... banjirr"
"Banjir-banjir. Bangun udah siang gak mau sekolah kamu. Ngapain kamu tidur bibirnya dimonyong-monyongin?" Tanya Mama Billy.
"Iya-iya aku bangun nih. Udah Mama keluar" ucap Billy lesu.
Setelah Mamanya pergi. Billy bangun dan menuju kamar mandinya.
"Sial. Cuma mimpi. Kayak nyata banget sih" kesal Billy.
"Mana tinggal dikit lagi itu" lanjutnya masih kesal dengan kejadian barusan.
****
"Widihh.... muka lo udah kayak jemuran kering. Lecek bener dah" ucap Lio yang melihat Billy memasuki kelas dengan wajah tertekuk.
"Minggir lo. Gue lagi gak mood. Jangan ganggu" sahutnya.
"Uhhhh... lagi pms lo?" Tanya Tristan.
"Udahlah lo pada demen banget nyari ribut." Devano yang mengerti raut wajah Billy sedang tidak dalam mode diajak bercanda pun menyuruh Lio dan Tristan berhenti menggoda Billy.
Kebetulan juga guru yang mengajar sudah memasuki kelas.
Selama pelajaran berlangsung Billy tidak fokus mendengarkan penjelasan guru didepan. Melainkan ia memikirkan mimpinya tadi pagi. Mimpi indah yang ia harapkan akan menjadi kenyataan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionBagaimana jika Salshabila Kirana seorang cewek jutek dan dingin bertemu dengan Billy Megantara seorang cowok hyper aktif dan pecicilan yang juga menjabat sebagai ketua osis disekolah mereka, apakah yang akan terjadi? akankah ada kisah cinta diantara...