Chapter 17

1K 27 2
                                    

Semakin hari Billy semakin gencar untuk mendekati Salsha namun belum ada respon apapun dari Salsha sendiri. Salsha, Cecil, Feli, dan Aurel sudah sebulan bersekolah di Sma Nusa Bangsa. Mereka juga sekarang sekelas di kelas IPA 1. Pertama kali mereka datang ke kelas itu, mereka sudah menjadi sorotan di kelas itu, bahkan mereka sudah terkenal di seantero sekolah atau biasa dikenal dengan the most wanted girl.

Bel istirahat berbunyi, membuat sebagian atau seluruh siswa di kelas X IPA 1 menghembuskan nafas lega. Pasalnya mereka terjebak selama hampir 2 jam dikelas tersebut,mendengarkan ocehan dari Pak Bambang yang menjelaskan tentang sejarah kerajaan di Indonesia, yang membuat mata mereka berasa membawa beban yang sangat berat.

Cecil, Salsha, Feli dan Aurel pergi kekantin untuk memberi makan cacing-cacing di perut mereka yang dari tadi sudah berontak untuk diberi makan. Sampai di kantin mereka menghela nafas berat melihat keadaan kantin yang dipenuhi oleh siswa siswi disini. Mereka melihat-lihat tempat duduk yang sekiranya masih kosong dan akhirnya mereka menemukan kursi yang kosong dipojok kantin.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka bercerita sana sini entah apapun itu. Mulai dari Feli yang ditembak Joko --cowok culun kelas sebelah-- sampai Aurel yang tadi hampir dihukum Pak Bambam karena ketahuan tidur dikelas namun untungnya sudah jam istirahat.

Makanan yang mereka pesan kini sudah tiba. Mereka menyantap makanan mereka dalam diam. Namun tiba-tiba kantin menjadi riuh. Awalnya mereka menyangka ada yang berantem tapi ternyata yang ada adalah kedatangan the most wanted boy disini, siapa lagi kalau bukan Billy dkk.

"Ihhh Billy ganteng banget"

"Kak Billy minta id nya dong"

"Ihh kak Devan senyum dikit kek"

"Gila ganteng-ganteng banget njir"

Begitulah bisikan-bisikan yang terdengar. Billy dkk berjalan ke pojok kantin kemana lagi kalau bukan mencari empat gadis cantik yang tengah sibuk menikmati makanan mereka.

"Haii" sapa Billy untuk Salsha namun yang membalas malah adiknya.

"Hai juga kakak ganteng" ucap Cecil menirukan teriakan-teriakan cewek cewek tadi.

"Minta id line nya dong kakak" sambungnya.

"Nyahut aja lo. Yang gue sapa itu Salsha bukan lo" ucap Billy.

"Udah deh, lo berdua itu sodaraan tapi udah kayak tom and gerry kalau udah nyatu gak pernah akur" lerai Lio. Sementara yang lain hanya menjadi penonton yang baik.

"Hemm.... kita boleh gabung nggak?" Tanya Billy yang lebih ditujukan kepada Salsha namun gadis itu tetap diam tak bergeming.

"Boleh aja asal lo bayarin makanan kita" usul Cecil dan diangguki oleh kedua sahabatnya.

"Enak aja lo" sahut Billy tak terima.

"Yaudah sih kalau gak mau, lo pergi aja sana" usir Cecil.

"Ckck... lo tuh ya, iya iya gue bayarin" akhirnya Billy menyerah dengan syarat adiknya itu.

Billy dkk duduk disana dan memesan makanan untuk mereka.
Lio duduk disebelah Cecil, Devano duduk disebelah Aurel dan Billy disebelah Salsha. Mereka mengobrol panjang lebar sementara Salsha dia hanya menanggapi dengan anggukan, gelengan dan deheman. Billy fokus memandangi wajah gadis disebelahnya itu. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau makannya sudah datang.

"Awas tuh iler lu pada netes semua" celetuk Lio namun tak digubris oleh Billy, dia masih tetap fokus dengan gadisnya itu, ralat calon gadisnya.

"Susah mah kalo udah urusan hati, ada badai sekalipun gak bakal diladenin" sahut Devan.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang