Chapter 36

761 24 0
                                    

Kamu ibarat berlian,
Indah tapi sulit didapatkan.
Dan sekalinya aku dapat
tak mudah untukku melepas.

--BILLY MEGANTARA--

SALSHA POV

Saat gue hendak pergi kekelas tiba-tiba ada yang nepuk bahu gue. Saat gue menoleh perempuan yang gue rasa itu adalah kakak kelas natap gue dengan tatapan yang sulit gue artiin.

"Kenapa?"

"Lo dipanggil Bu Eca ke Lab Kimia" dahi gue berkerut mendengar itu, untuk apa guru bahasa nyuruh gue ke lab kimia?

"Woi denger gak sih"

"Ehh-iya iya"

Setelah mengucapkan itu gue langsung pergi ke lab Kimia seperti yang dikatakan cewek tadi.

Entah kenapa perasaan gue gak enak saat memasuki lab itu. Dan saat gue masuk lebih dalam lagi tiba-tiba pintu lab ketutup dengan sendirinya. Ralat sepertinya ada yang ngerjain gue dengan cara ngunciin gue disini. Gue coba buat teriak namun tak ada yang merespon. Gue bener bener takut sekarang, ruangan ini terletak di paling pojok dan sangat jarang ada yang lewat kesini kalau tidak ada kegiatan praktek.

Gue mengernyit saat gue mencium bau menyengat. Gue terbelalak saat tau kalau bau yang gue cium ternyata datang dari api yang saat ini mulai membesar. Gue mencoba menggedor gedor pintu itu namun nihil tak ada jawaban. Gue berlari ke belakang ruangan ini karena api itu mulai menjalar ke arah pintu masuk.

Takut.

Satu kata itulah yang kini gue rasain. Gue mencoba untuk menghubungi sahabat gue namun takdir berhendak lain. Hp gue ketinggalan di tas. Gue mulai kehabisan nafas karena asap yang mulai memenuhi ruangan ini.

"Tolonggg" teriak gue lirih.

Sayup-sayup gue dengar ada yang berbisik ditelinga gue.

"Bertahanlah"

Hanya itu dan selanjutnya gelap.

*****

Billy sudah siap untuk mengobrak-ngabrik sekolahan kalau saja polisi tidak segera menahannya. Setelah mengantarkan Salsha ke rumah sakit, ia pergi ke sekolah lagi untuk mencari tau siapa dalang dari semua ini. Billy berjalan seperti orang dikejar setan mungkin bisa dikatakan berlari karena langkahnya yang panjang-panjang dan jalannya sangat cepat.

Dadanya terlihat naik turun nafasnya pun tidak beraturan dengan mata merah dan tangan terkepal. Seolah-olah dia adalah bom waktu yang siap meledak kapan saja. Untung sekolah sudah sepi karena sejak Salsha dilarikan ke rumah sakit semua murid dipulangkan agar tidak terjadi hal-hal yang  tidak diinginkan terjadi.

Berita menyebar begitu cepat,terbukti sekarang sudah banyak wartawan yang ada di sekitar tempat kejadian. Saat Billy sampai disana beberapa polisi dengan sigap menahan kedua lengannya agar dia tidak masuk ke dalam. Polisi pun nampak sedikit kewalahan karena Billy yang terus saja berontak.

"LEPASIN GUE ANJING." Bentak Billy,namun tampaknya polisi itu tidak terpengaruh oleh ucapannya itu.

"BILLY HENTIKAN" suara itu mampu membuat Billy menghentikan aksi berontaknya itu. Ia lalu menoleh ke arah Papanya yang sedang berdiri dibelangkangnya itu.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang