Chapter 15

1K 28 0
                                    

Lio masih setia menggendong Cecil di punggungnya. Mereka kini sudah kembali lagi bersama kelompoknya yang lain. Cecil sudah meminta untuk turun dan jalan sendiri tapi Lio terus menolak alasannya agar kaki Cecil tidak infeksi.

Billy yang jalan paling depan sama sekali tidak menoleh ke  belakang saat Cecil dan Lio datang. Mungkin dia masih kesel aja, ujar Lio kepada Cecil. Cecil hanya menghela nafas, memang dia yang salah, pikirnya.

Cecil mengerjapkan mata beberapa kali saat melihat sekilas ada yang melewatinya tadi. Dia melihat sekeliling dan saat menemukan apa yang menganggu pikirannya itu, dia membisikannya kepada Lio karena dia belum berani bicara dengan Billy.

"Kak" bisik Cecil ditelinga Lio. Dan hanya dijawab deheman oleh Lio.

"Ehmm.. aku lihat kunang-kunang" ucap Cecil kembali.

"Terus?" Tanya Lio karena belum menangkap maksud dari perkataan Cecil tadi.

"Ishh... kan tadi aku gak dapet nangkepnya terus ya sekarang ditangekep lah Kak, entar kita dihukum loh kalau gak bawa apa yang disuruh." Ucap Cecil.

"Ohhh..." ujar Lio lalu memanggil Billy agar menangkapkan kunang-kunangnya itu. Cecil sempat mencubit lengan Lio sampai dia memekik kesakitan. Namun Billy ternyata tetap menghampirinya.

"Apaan" jawab Billy ketus.

"Tuh,tadikan adik lo gak berhasil nangkep kunang-kunangnya, tolong lo tangkepin dong" ucap Lio kepada Billy.

"Mana?" Tanya Billy.

"Ya diataslah kan dia terbang" ucap Lio kembali.

"Trus gue nangkepnya pakek apa?" Tanya Billy, teman-temannya yang lain ikut mencari-cari kira kira apa yang bisa digunakan untuk menangkap kunang-kunangnya.

"Pakek ini aja" sahut Salsha dari belakang Billy. Billy lalu menolehkan kepalanya dan tersenyum lebar, saat melihat Salsha memberikan botol kaca seperti tempat selai buat roti kepadanya.

"Bantuin gue nangkep mau gak?" Tanya Billy lembut kepada Salsha. Modus, batin Cecil.

Setelah berpikir beberapa menit akhirnya Salsha menjawab pertanyaan Billy dengan anggukan. Mereka lalu berjalan kearah dimana kunang-kunang itu berada.

Cukup lama mereka menangkapnya. Berbagai cara pun sudah dilakukan mulai dari lompat-lompat namun tidak berhasil sampai teman-temannya yang lain ikut melompat berusaha mengambil kunang-kunang itu namun tetap juga tidak berhasil.

"Kesana yuk" ajak Cecil kepada Lio.

"Ngapain, udah disini aja, biar mereka yang nangkep" tolak Lio.

"Yaudah turunin gue aja, biar gue yang jalan kesana sendiri" ucap Cecil ingin mencoba turun namun dengan cepat Lio menaikkannya kembali.

"Ckck... iya-iya kita kesana" ucap Lio akhirnya dan berjalan mendekat ke arah Billy dan yang lain.

"Kak pinjem botolnya dong" ucap Cecil agak ragu.

"Mau ngapain? Tuh kaki lo masih sakit, entar kalo jatuh lagi bisa-bisa patah tuh kaki" ucap Billy ketus namun Cecil hanya tersenyum lebar.

"Ngapain lo senyum senyum?" Tanya Billy, Lio yang sedang menggendong Cecil menolehkan kepalanya agar dapata melihat Cecil.

"Gak papa, gue seneng aja ternyata lo udah gak marah lagi" kata Cecil. Membuat suasana menghening. Sampai akhirnya dia berkata kembali.

"Kak siniin dulu botolnya." Kata Cecil lagi.

"Bandel banget lo dibilangin ya. Nih, kalau entar lo jatuh awas aja sampai mama marahin gue" kata Billy namun tetap memberikan botolnya.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang