Ketiga

9.4K 865 9
                                    

"AKU ingin terus berada disisimu, Kyle." pinta wanita itu walau masih dalam dekapan hangat Kyle di tengah ranjang raksasa dengan penerangan minim.

Kyle tidak segera menjawab, ia masih memulihkan jantungnya yang berpacu setelah pelepasan tadi. Ia mengelus lengan Diana hanya karena kebiasaan. Kyle selalu melakukan gerakan-gerakan yang dapat menenangkan wanita dan ketika itu menjadi kebiasaan ia tidak dapat menghilangkannya.

"Nikahi aku, aku akan segera meninggalkan Killian tanpa tuntutan apapun yang menyulitkan kita untuk bersatu." Diana menuntut lagi namun dengan sangat lembut.

Kyle mendengus, "Kau terlalu baik untuk berada disini. Kastil ini adalah neraka, kau tahu? Kau lebih pantas bersama Killian dalam rumah hangatnya, mengawasi putri tirimu tumbuh dewasa."

"Tapi aku ingin bersamamu, aku merasa bersalah karena telah mengkhianati Killian. Jika aku mempertahankan pernikahan ini, aku hanya akan terus menyakitinya karena hatiku tidak lagi padanya." suara Diana terdengar begitu suram dan Kyle mengelus pundaknya lagi.

"Nah, lihat? Kau terlalu baik, Diana. Kau tidak pantas berada di neraka ini, karena sekali kau berada disini kau tidak akan mendapatkan kebebasanmu lagi. Aku pria serakah."

"Aku percaya pada cintamu, Kyle. Kau sebaik yang terlihat." Diana bersikukuh mengatakan bahwa Kyle adalah malaikat. Wanita bodoh, memangnya kapan aku mengatakan bahwa aku mencintainya?

"Kau belum mengenalku, Diana, dan demi Tuhan jangan sampai kau mengenalku. Kau tidak akan pernah bisa melihat matahari lagi jika sampai itu terjadi."

"Kau terlalu membesar-besarkan hal ini hanya untuk menakutiku." Diana memukul manja dada Kyle. Pria itu mengerang singkat.

"Kadang-kadang." Kyle merasa semakin tidak nyaman dengan posisinya, entah mengapa tubuh sintal Diana berubah sekeras batu yang menindih tubuhnya. Ia duduk di samping Diana, membiarkan wanita itu menatap otot punggungnya yang sempurna, mengagumi tubuhnya selagi bisa. "Sebaiknya kau pulang, tiga hari lagi akan ada acara besar disini dan kau akan datang bersama Killian."

Diana berpegangan pada lengan Kyle dan menarik tubuhnya sendiri hingga duduk di sebelah Kyle, ia menempelkan payudara telanjangnya pada punggung Kyle.
"Berjanjilah pada saat itu kita bertemu disini, di tempat ini, aku akan mengabaikan Killian setelah pria itu tidak sadarkan diri karena terlalu banyak minum."

Setelah beberapa saat diam akhirnya Kyle menoleh pada Diana, "Kita akan menikmati sesuatu yang lain saat itu, Sayang." bisik Kyle dengan penuh janji, matanya memancarkan gairah yang kembali bangkit. Bibirnya mencari bibir Diana dan tangannya terangkat untuk menangkup puncak payudaranya. Diana mengerang dalam ciuman mereka dan keduanya kembali berbaring di atas ranjang kusut.

***

JINGLE di ponsel Gina menjerit pada pukul empat dini hari. Mengejutkan si empunya ponsel sekaligus kucing yang sedang memanjat naik ke atas pagar. Kucing itu tergelincir dan jatuh tapi tidak mati karena kemudian terdengar suara gerutuan tidak jelas.

Gina buru-buru menjawab teleponnya sebelum ayahnya memutuskan untuk naik ke kamarnya dan membanting ponselnya.

"Kau sadar pukul berapa sekarang?" Gina berseru kasar walau tidak berteriak.
"Aku tidak peduli pukul berapa sekarang, tapi yang jelas kau akan sama tidak pedulinya ketika mendengar apa yang ingin kusampaikan."
"Tidak bisakah kita bahas ini besok saja? Separuh rohku masih berada di alam mimpi."
"Tidak bisa, aku berani jamin dengan stiletto baruku bahwa kau pun tidak ingin menunda ini sedetikpun."
"Kalau begitu katakan secepat kau bisa."
"Akhirnya kami mendapatkan undangan itu."
"..."
"Aku menemukan undangan pesta misterius itu di ruang kerja Papa."
"Apa sovenirnya kali ini?"

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang