Ketiga Puluh Empat

5K 523 6
                                    

GARRICK berdiri menatap ke dalam sebuah ruangan intensif dari balik sebuah kaca tebal. Ia masih menggunakan kostum di tubuhnya dan mendapat tambahan berupa perban yang membelit kepalanya. Walau bocor, beruntung pria itu tidak kehabisan darah maupun gegar otak, hanya sedikit jahitan dan ia masih kuat untuk berjalan.

Di sebelahnya berdiri seorang pria pirang, Quentine, atasannya di kantor. Pria muda itu harus diperban pada bagian pundaknya, kostum viking telah ia tanggalkan dan diganti dengan piyama rumah sakit. Pundaknya tidak terluka hanya mengalami memar ketika mobil berguling ke kiri, Quentin sedang mengemudi seperti setan ketika mobil anak buah Kyle menabraknya.

Sementara dua orang yang tersisa, Tori dan Tim harus terbaring lemah di atas ranjang dengan bantuan alat pernapasan dan banyak lagi selang dan kabel melilit di tubuh mereka. Tim yang sempat tidak sadarkan diri berhasil diselamatkan, ia sudah melewati masa kritis walaupun masih belum siuman. Sementara Tea, wanita yang tadinya Garrick kira adalah Gina sedang koma, operasi telah dilakukan dan mereka hanya bisa menunggu wanita itu sadar.

"Bagaimana jika wanita itu tidak selamat?" gumam Garrick.
"Kita bisa tetap menuntut Edward Kyle atas tuduhan penyekapan, aku sendiri yang menemukan wanita itu terikat disana."
"Sebagian besar wanita pada malam itu terikat di ranjang mereka. Kita beraksi saat pesta dimulai, kau ingat?"
"Tapi bekas suntikan di tangannya itu-"
"Selain pesta seks, mereka juga berpesta narkoba. Kasus ini sudah diketahui oleh bagian reserse namun mereka mengacuhkannya, bahkan mereka mengacuhkan Tim. Kurasa Kyle memang telah menyuap atasan pria itu."
"Jika Tori meninggal maka kita harus mencari cara lain untuk meringkus Edward Kyle, aku yakin dia penjahatnya."

Mereka berjalan menyusuri koridor, hari hampir pagi dan mereka butuh secangkir kopi panas dan sarapan jika ada. Beruntung rumah sakit ini memiliki kafetaria dua puluh empat jam sehingga mereka bisa beristirahat sejenak disana.

Quentine memesan dua sandwich dan satu kopi hitam sementara Garrick memilih latte dan biskuit. Quentine menawarkan satu sandwich pada pria tua itu namun ditolak, Garrick tidak dalam kondisi lapar, ia hanya sangat lelah. Belum lagi kostum yang ia kenakan menjadi perhatian orang yang lewat.

"Seharusnya kau mengganti kostum itu dengan piyama." Quentin menyarankan setelah menggigit ujung sandwichnya.
"Aku nyaman dengan ini." Garrick terlalu lelah untuk menjelaskan bahwa ia tidak ingin terlihat menggunakan piyama rumah sakit karena warnanya merah muda.

Quentin mengangguk dan meneruskan makannya. Garrick ikut menggigit biskutinya hingga habis dua keping lalu menyeruput lattenya.
"Siapa orang yang memberimu informasi itu?"
"Seorang wanita, dia mengaku bahwa sering mendatangi pesta di kastil Highleigh sehingga ia hafal betul seluk beluk kastil itu."
"Apakah menurutmu dia salah satu wanita yang dicampakan Kyle?"
"Bisa jadi mengingat tidak semua orang tahu bahwa Kyle memiliki kebiasaan mengikat wanita di tempat tidur." Quentine menyeruput kopinya, ada satu hal yang mengganggunya. "Ah, ya, aku masih tidak ingat siapa namamu. Maaf." ujar Quentine.
"Namaku Garrick Dawson, Sir." jawab pria tua itu masam.
"Ah, ya, kurasa mulai sekarang aku akan terus mengingatmu, Tuan Dawson." ia mengulas senyum dan meminum kopinya lagi sambil mengernyit karena pundaknya terasa nyeri.

Dawson?

"Ini serba kebetulan." Quentine meletakan gelas kertas yang sudah hampir kosong di atas meja, "sepertinya seseorang membicarakanmu padaku di pesta itu, dia berkata 'teruslah berharap pada matahari' kau tahu apa artinya?"

Kelopak mata Garrick yang hampir tertutup karena lelah kini melebar. "Siapa yang mengatakan itu padamu?"
"Dia berkata 'tanpa nama', dia mengenalmu sebagai pahlawan yang menyelamatkannya sewaktu kecelakaan lalu lintas, bahkan dia mengenal atasanmu sebelumnya."

Rahang Garrick mengeras, ia terenyak lesu di tempat duduknya kemudian mengusap wajah lelahnya dengan kasar sambil mendengus.

"Apakah dia yang memberimu informasi itu?"
Quentin mengiyakan dengan anggukan ragu dan Garrick kembali terpejam seolah tersiksa oleh jawaban itu.
"Kau mengenalnya?"
"Dia putriku yang hilang sejak beberapa bulan lalu."
"Tidak mungkin. Apakah dia juga menjadi salah satu tawanan Kyle?"
"Mungkin begitu, mungkin juga tidak."
"Apa menurutmu, putrimu jatuh cinta padanya ketika ditawan?" Garrick menggeleng, ia tidak tahu. "Dan... Kyle juga jatuh cinta padanya. Lihat, pria itu mengijinkan putrimu berkeliaran di pestanya sementara mengikat Tori di dalam kamar. Kurasa mereka sedang menjalin hubungan yang rumit. Mengapa ia justru menyelamatkan Tori alih-alih dirinya sendiri begitu ada kesempatan?"
"Kurasa putriku kehilangan akal sehatnya karena jatuh cinta." Garrick mendengus kesal, "mereka mempunyai seorang anak."
"Apa?" Quentine terkesiap, "Bagaimana kau tahu?"
"Aku dan Tim pernah berkunjung ke kastil itu, Kyle menyambut kami dengan seorang bayi bermata hijau dan ia mengakui bayi itu sebagai putranya."
"Oh, tidak." Quentine mengerang, "gadis itu memang bermata hijau."
"Kurasa putriku memang tidak ingin ditemukan." Garrick merasa begitu putus asa dan kecewa, tidak ada gunanya lagi ia melanjutkan semua ini. Perlahan Ia berdiri dan meninggalkan Quentin sendiri di meja itu.

Seharusnya ia menghabiskan waktunya dengan tidur dan beristirahat di rumah alih-alih mendatangi pesta itu.

Lalu bagaimana dengan Tim? Mereka telah sepakat untuk bekerjasama menyelamatkan Gina, bahkan hingga pria itu nyaris tewas malam ini. Garrick akan menunggu pria itu sadar dan menyatakan bahwa ia mundur karena merelakan Gina memilih pria itu ketimbang ayahnya sendiri.

Teruslah berharap pada matahari. Adalah kalimat yang selalu ia serukan pada Gina ketika gadis itu hampir menyerah dalam segala hal. Garrick sampai di ambang pintu dan melihat semburat jingga di langit timur, matahari akan segera terbit, hari baru akan dimulai tapi ia sudah menyerah. Apakah ia masih boleh berharap pada matahari? Garrick melangkah pergi meninggalkan rumah sakit.

Sementara itu, beberapa perawat berlarian panik menuju ruang perawatan intensif. Alat penyuplai oksigen milik Tori tiba-tiba berhenti bekerja menyebabkan wanita itu kritis. Quentine ikut melihat dengan cemas proses penyelamatan Tori yang dramatis namun sayangnya wanita malang itu tidak terselamatkan. Dokter menyampaikan kerusakan alat merupakan hal yang baru terlebih lagi ini adalah ruangan khusus yang segala sesuatunya selalu dalam pengawasan. Tapi ia juga menyatakan menyesal dan memohon maaf atas kejadian ini, ia tidak bisa menyelamatkan saksi yang mereka butuhkan.

Sementara itu kondisi Tim tidak terganggu sama sekali. Quentine meraih ponselnya, ia akan mengabarkan hal ini pada Garrick, pria itu perlu tahu. Semua ini terjadi begiti singkat dan tidak masuk akal. Pasti sesuatu terjadi disini. Tapi sayangnya Garrick telah mematikan ponselnya, ia sedang dirundung kesedihannya sendiri.

Harapan Quentine satu-satunya adalah menanti Tim Taylor sadar. Walau sebenarnya hal ini bukanlah urusannya akan tetapi jiwa superhero Quentine tidak mengijinkannya menutup mata, ia akan melakukan apapun yang ia bisa untuk membongkar kasus ini.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang