Ketiga Puluh Tiga

5.1K 560 4
                                    

SETELAH mencapai pelepasan yang tidak memuaskan, Kyle menarik diri dari Gina. Gadis itu segera merapatkan kedua pahanya tapi tubuh lainnya tidak bergerak. Tatapannya kosong tertuju pada pintu kamar, kedua tangannya yang terikat terkulai lemas di samping kepala, hanya kedua pahanya yang menegang agar terus tertutup rapat.

Kyle mengambil jubah mandi untuk menutupi tubuhnya sendiri. Ia menyisir rambutnya dengan jemari dan terlihat frustasi. Ia duduk di tepi ranjang di samping Gina tapi gadis itu masih mematung seperti korban perkosaan.

Kyle menoleh padanya, terus menatap wajahnya. Gina tidak bisa terus berpura-pura bahwa Kyle tidak sedang memperhatikannya. Sambil mempertahankan matanya terus menatap pintu ia berniat mengabaikan pria itu, tapi kemudian air mata mengalir turun dari wajahnya yang datar, walau demikian Gina tidak menyeka wajahnya.

Kyle menyeka tetesan air mata di wajah Gina dengan lembut tapi tetap tidak mengatakan apa-apa. Mendapatkan perlakuan itu membuat Gina bimbang, ia menggigit bibirnya lebih kuat agar tidak bersuara walau seluruh tubuhnya gemetar menahan tangis. Sentuhan Kyle yang lembut terasa menyakitkan di kulitnya.

Kyle melepaskan satu persatu cincin beledu yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya, Gina segera duduk menjauh dari Kyle sambil mengusap pergelangan tangannya yang merah. Ia menyembunyikan wajah dibalik rambutnya yang seperti tirai lalu menangis lagi. Tur mengelilingi pesta ini tidak pernah berakhir dengan bahagia. Waktu itu ia berakhir dengan kehilangan kegadisannya, sekarang ia berakhir dengan kehilangan harga dirinya yang tersisa.

Kyle menyibak rambut Gina namun gadis itu mengelak, ia merasa jijik disentuh oleh Kyle. Pria itu mendesah berat dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu setelah keluar dan Gina lega ketika terdengar suara pintu terkunci.

Gina kembali meringkuk di atas ranjang dan menangis tanpa menahannya lagi, ia benar-benar menjerit.

Pria dengan wajah antusias yang dari tadi menunggu giliran untuk menikmati Gina terlihat bingung saat melihat bosnya mengunci pintu.

"Maaf, Bos. Bukankah kami boleh masuk?" ia bertanya dan mendapatkan pelototan dari Kyle. Pria yang lain memukul belakang kepalanya.

"Jangan sekalipun bermimpi untuk menyentuh gadis itu jika masih sayang pada nyawamu." desis Kyle dan mereka mengangguk takut.

Kyle melangkah santai dalam balutan bathrobes dan kedua pria tadi berjalan di belakangnya, "Bagaimana pengejaran Max?"
"Sekitar lima menit yang lalu mereka masih dalam pengejaran, ada tiga orang pria--yang satunya mabuk--membawa Tea keluar dari kastil. Mereka menutupi wajah Tea ketika melewati pintu dan tak seorang pun curiga karena terlalu banyak orang pingsan di pesta ini dan berpikir Tea salah satunya."
"Katakan pada Max, tidak penting apakah mereka berhasil menangkap penyusup itu atau tidak. Aku ingin kalian menempatkan agen di sekitar mereka dan begitu ada kesempatan bunuh Tea dengan segera, bahkan sebelum ia sadar."
"Saya laksanakan." kedua pria itu berbelok ke arah lain sementara Kyle terus melangkah ke ruang kerjanya.

Minum, itulah yang terlintas di benaknya saat ini. Ia butuh minum, yang sedikit keras dan menyengat saraf-sarafnya yang tegang.

"Aku tidak pernah tahu jika Tori lebih berarti bagimu. Aku terlalu buta karena perasaan, aku pikir akulah satu-satunya yang ada di hatimu saat ini-"

Kata-kata Gina terngiang di telinganya dan ia mengernyit tiba-tiba minumannya terasa menyakitkan di tenggorokan. Sukses, ia berhasil menyakiti diri sendiri.

"Kyle, please! " bisik Gina penuh harap. "Bunuh saja aku setelah ini, jangan biarkan pria-pria tadi menyentuh tubuhku."

Gina amat ketakutan ketika Kyle menjanjikan tubuhnya untuk dinikmati bersama dengan kedua anak buah Max. Ia mengusap wajahnya yang lelah, apa sih tadi itu? Dia sedang mengandung anakku dan aku sanggup berbuat sekeji itu?

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang