Kedua Puluh Satu

6.2K 644 9
                                    

KYLE menatap tubuh putih ringkih yang kian mengering setiap waktunya. Walau tubuh itu hampir tidak ia kenali akan tetapi ingatan Tea masih sangat cemerlang. Tubuh itu terbaring di atas ranjang, satu pergelangan tangannya masih terpasang rantai, sepertinya ia berusaha keras menarik rantai itu karena terdapat lecet melingkar disana.

Hembusan napas Tea begitu tenang, mungkin ia sedang bermimpi indah. Berkhayal sedang hidup berdua bersama Kyle di sebuah pulau pribadi dan saling mencinta setiap hari.

"Kurang dari dua bulan aku akan mengirim Tea dalam ekspedisi berikutnya." Kyle mengumumkan pada pria di belakangnya.

Jacob tersentak tapi ia cukup cerdas untuk tidak membantah pengumuman Kyle. Walau demikian Kyle menunggu reaksi pria itu. Sudah beberapa bulan Kyle mengambil alih sebagian pekerjaan Jacob, hal itu membuat beban kerjanya menjadi lebih berat namun ia berhasil mengamankan hak miliknya.

"Apakah Anda ingin saya meminta Mannaham untuk memberi serum pada Nona Gina?" kemudian pria itu mengusulkan.

Kyle tidak segera menjawab, hanya saja telapak tangannya di dalam saku celana mengepal erat. Pundaknya pun menegang tapi ia masih ingin mendengar pria itu membuka mulut.

"Nona Gina sudah hampir setahun bersama Anda, bahkan Anda melewatkan pesta kemarin tanpa membawa seorang wanita pun ke ranjang Anda. Ini bukan kebiasaan Anda, Tuan."

"Lalu?" tanya Kyle tanpa menoleh, ia masih memunggungi pria biadab itu.

"Saya rasa Nona Gina membawa pengaruh buruk pada Anda. Sebagai orang yang telah lama bersama Anda saya dapat merasakan efek negatif wanita itu, dia akan menghancurkan Anda, Tuan."

"Tidak ada yang bisa menghancurkan aku kecuali diriku sendiri. Tidak juga Gina."

"Baiklah, jika demikian. Saya dengar Nona Gina akan segera pergi dari sini, lagi pula ia telah melahirkan putra Anda, ia tidak lagi dibutuhkan disini. Lolina sudah cukup menjadi pengganti ibunya. Saya bisa meminta Mannaham untuk memberi serum padanya dan melepaskannya di jalanan."

Terdengar tarikan napas tajam Kyle membuat pria itu menahan lidahnya. Ia cukup cerdik untuk tidak melanjutkan perkataannya. Namun, Kyle terlanjur terbakar amarah.

"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan, Jacob?" akhirnya pria itu berbalik pada Jacob sembari menguarkan aura kegelapan yang mengerikan.

"Tea adalah wanita yang kuat, di antara El dan Key, Tea adalah orang yang bertahan paling lama terhadap pengaruh serum itu. Anda membutuhkan wanita setangguh Tea sebagai pendamping. Saya rasa mungkin ada baiknya Anda mempertimbangkan Tea untuk kembali menjadi wanita Anda."

Kyle menyipit pada Jacob, ia melangkah sambil terus menjaga matanya tetap tertuju pada pria itu. Berjuta tuduhan berkecamuk dalam benak Kyle, namun ia menahan diri untuk tidak mencecar pria itu. Sebaliknya ia mengalihkan topik pembicaraan pada hal lain.

"Kurasa kau berutang berlian padaku, Jacob. Pembayaran Dex dan Fox yang kau catat tidak sesuai dengan jumlah yang kita hitung bersama."

"Apa maksud Anda?" pria itu gemetar dan pucat, "Saya tidak-" ia mengunci mulutnya rapat-rapat ketika Kyle menodongkan sepucuk senjata ke arah jantungnya.

"Ayolah, Jacob. Buat ini lebih mudah atau aku akan mengambil tindakanku sendiri."

"Tapi saya tidak-"

Kyle berhasil menahan lidah pria itu dengan mengokang satu kali senjata di tangannya. Jacob berkeringat dan ketakutan, bibir pucatnya cukup pandai karena memilih untuk mengaku.

"Saya meminjam dari Anda, Tuan. Tapi saya berjanji akan mengembalikannya." katanya sembari memohon.

Kyle menahan senjata itu tetap tertuju pada jantung Jacob ketika merogoh ponsel dalam sakunya. Kelalaian kecil akan berakibat melayangnya nyawa Jacob.

"Ke kamar Tea!" perintahnya pada seseorang yang ia hubungi.

Tidak butuh menghabiskan waktu satu menit untuk Max sampai di ruangan itu.

"Awasi Jacob, dan pastikan ia mengembalikan berlian yang ia curi dariku."
"Saya akan mengawasinya. Kemari kau pencuri!" ia menarik kerah Jacob dan nyaris menyeret pria itu. Max adalah pria bertubuh besar, Gina menyebutnya raksasa.

"Oh, tidak!" pekik Tea pelan dari ranjang ketika melihat pria itu terseret kasar oleh tenaga Max.

Kyle menoleh padanya dan mengernyit heran. Reaksi apa itu? Apakah Tea mengenal Jacob dengan baik?

"Apa kau mengenal Jacob?"

Tea menggeleng ragu-ragu, namun Kyle yakin bahwa wanita itu menyimpan sesuatu.
"Edward," katanya, "kau datang untukku?"

"Kau mengenalku?"
"Apa kau bercanda? Kita sepasang kekasih, ingat?"
"Aku tidak ingat."
"Edward, please. Aku tahu kau telah berganti-ganti wanita, tapi kau masih memiliki hatiku sebagaimana aku. Menyerahlah untuk terus mencari, aku akan selalu bersamamu dalam neraka yang kau ciptakan."

Kyle teringat dengan kata-kata Jacob beberapa menit lalu. Tea memang wanita yang kuat dan realistis bahkan ia rela menjadi ratu mendampinginya di dalam neraka yang ia ciptakan. Sementara Gina mati-matian menolak Kyle, walau hanya di bibir saja.

Ide untuk menjadikan Tea satu-satunya wanita sempat terlintas dalam benaknya, namun ia merasa ada yang aneh. Bagaimana bisa Tea tidak terpengaruh serum Mannaham sama sekali? Ingatannya masih segar untuk ukuran orang yang dicekoki racun setiap waktu.

***
Gina menggendong Jared di dekat jendela untuk merasakan sinar matahari yang hangat. Bayi kecil itu tersenyum membalas senyumannya. Gina terlihat secantik Santa dengan bayi tanpa dosa berada dalam dekapannya.

Kyle menghentikan langkahnya di ambang pintu. Ia menikmati pemandangan itu dan tidak berniat mengusiknya untuk saat ini. Kyle mengangkat ponsel dalam genggamannya, ia membidik Gina dengan kamera ponselnya dan mengabadikan setiap momen berharga itu.

Jika suatu hari nanti Jared bertanya seperti apa ibunya, maka gambar ini akan menjelaskan semuanya.

Dehaman singkat menginterupsi keasyikan Kyle sekaligus Gina. Fredy berdiri di ambang pintu dengan membawa beberapa surat yang ditujukan pada Kyle.

"Terimakasih, Fredy." gumam Kyle singkat, ia ingin agar Fredy segera menyingkir namun pria tua itu masih disana. "Ada hal lain, Fredy?"

"Ijinkan saya untuk mengambil gambar Anda beserta Nona dan Jared kecil, Tuan." cetus Fredy.
"Kau tidak perlu melakukan itu, tapi terimakasih." Kyle menolak dan Fredy tampak sedih karena penolakan itu.
"Ayolah, Edward. Sekali saja senangkan pria tua itu." Gina berseru riang sambil mengayun Jared.

Kyle mempertimbangkan gagasan itu sejenak dan menyetujuinya, "Baiklah, demi Jared." gerutu Kyle singkat.

Kyle mendekati Gina dan bayinya, mereka berinteraksi seperti biasa dan tugas Fredy untuk menangkap momen kebersamaan itu.


Setelah itu Kyle menyendiri di ruang kerjanya di lantai satu. Ia mentransfer gambar dari ponselnya untuk dicetak. Setelah beberapa saat ia membenamkan diri dalam gambar-gambar itu, ditemani oleh minuman kesukaannya.

Satu persatu gambar ia amati dan terkadang ia mengulas senyum miris. Foto itu tak ubahnya foto keluarga bahagia, padahal mereka bertiga hanyalah satu kesatuan yang tidak memiliki masa depan untuk bersama.

Kyle menyudahi momen sentimentilnya, ia membuka kunci laci meja dan melemparkan foto-foto itu ke dalam laci bergabung dengan sebuah buku rekening dan beberapa benda berharga lainnya kemudian ia menguncinya kembali.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang