Keempat Puluh Tiga

4.4K 475 4
                                        

"JARED!" pekik Kyle lirih. Ia masih menjaga agar mereka tidak menarik perhatian penyusup yang mungkin berada di sekitar mereka.

"Maafkan aku. Maafkan aku, aku membekapnya terlalu erat dan ia...ia tidak bisa bernapas." Gina kembali menangis sambil membekap mulutnya sendiri.

Kyle segera meraih Jared dan membaringkannya di atas karpet. Ia mengatur kepala bayi itu agar udara mudah mengalir ke dalam paru-parunya. Setelah menekan dengan lembut dada Jared, Kyle mengalirkan udara melalui mulutnya ke mulut dan hidung Jared sekaligus. Setelah beberapa kali, beruntung bagi mereka karena tiba-tiba saja Jared terbatuk kemudian menangis dengan jeritan yang teramat keras hingga memekakan telinga orang tuanya.

Kyle menghembuskan napas panjang, sekujur tubuhnya menjadi lemas dan ia terduduk di sisi Gina. Belum pernah ia merasakan ketakutan sebesar ini. Ketika melihat Jared tidak bernapas, darah seolah tersedot keluar dari tubuhnya, ia merasa pusing. Ia bersyukur karena otaknya masih mampu bekerja, dengan segera ia memberikan pertolongan pertama pada Jared.

"Sudahlah, Sayang. Sudah." bujuk Gina sambil menangis, "maafkan Mama." ia mengayun Jared dalam dekapannya dan menciumi anak itu.

Kyle setengah bersandar pada kaki meja hanya menyaksikan betapa bahagiannya ia melihat Jared kembali bersuara.
"Biarkan dia menangis, ia sedang mengisi paru-parunya dengan udara."
"Tapi lihatlah, ia terlalu memaksa, wajahnya merah." Gina terlihat panik.
"Dia butuh waktu untuk menyesuaikan keadaannya, setelah ia lelah segera beri minum sebanyak mungkin."
"Terimakasih, Edward. Aku benar-benar takut sehingga menjadi bodoh."

Kyle menarik Gina dalam pelukannya dan bergumam sesuatu yang menenangkan gadis itu. Kemudian ia mengambil satu pistol kecil dari kakinya dan menyodorkannya pada Gina.
"Lain kali, jika kau harus menghadapi situasi seperti tadi, tembaklah dengan segera orang pertama yang mengarahkan senjatanya padamu."

Gina sempat ragu sejenak tapi ia menerima senjata jenis revolver itu. Pistol itu terasa pas dalam genggaman tangan Gina namun demikian ia menempatkan sejauh mungkin benda itu dari Jared, mengantisipasi kemungkinan ia menjadi bodoh seperti tadi.

Walau belum memiliki ijin menggunakan senjata api namun Gina tahu cara menggunakannya, sebagai putri dari orang tua tunggal yang berprofesi sebagai polisi ia pernah belajar menggunakan pistol milik Garrick. Gina mahir dalam urusan senapan angin untuk berburu dan ia tidak buruk dalam mengoperasikan senjata api jenis revolver kaliber berapa pun. Ia bersyukur memiliki ayah seperti Garrick untuk saat ini.

Kyle memeriksa jumlah peluru dan memastikan segala sesuatunya dalam kondisi baik.
"Aku yakin kau bisa menggunakannya." gerutu Kyle.
"Aku memang bisa menggunakannya, tapi aku ingin kita membahas tuduhanmu ini nanti jika kita tiba di pulau."

Kyle mengulas senyum walau ia sedang mencermati senjata itu. Setelah memastikan semuanya beres ia menyerahkannya pada Gina. Ia menarik tengkuk Gina dan memberinya satu ciuman singkat.

"Dalam situasi ini semua bisa terjadi. Apa kau ingat pesanku? Jika sesuatu terjadi padaku, ambil amplop dari laci kerjaku, apa kombinasi kodenya?"
"'regina' semuanya dengan huruf kecil." jawab Gina.
"Bagus. Sembunyikan amplop itu di balik baju tidurmu dan tidak seorang pun boleh mengetahuinya."
"Termasuk ayahku." sahut Gina.
"Betul. Lalu pergilah keluar kastil dengan segera dan larilah sejauh mungkin, kembali pada ayahmu."
"Karena kau akan menemui kami setelah semuanya aman." Gina mengulang kalimat Kyle waktu itu, ia berpegang pada janji itu dan berharap Kyle menepatinya.
"Tentu saja." Kyle menjawab walau tidak yakin. "Kita harus terus bergerak."

Kyle membimbing Gina melalui koridor gelap menuju tangga. Anak buah Max sengaja memadamkan lampu di lantai ini agar para penyusup kesulitan menemukan jalan ke lantai bawah. Kyle dan seluruh anak buahnya cukup mengenal seluk beluk tempat ini sehingga mereka tidak kesulitan dengan situasi ini.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang