Kesebelas

8.3K 778 7
                                    

IA memandang ke luar jendela. Langit gelap dan lampu taman dinyalakan. Taman yang indah di pagi hari berubah spektakuler di malam hari. Gina menghela nafas panjang ketika sebuah mobil putih bergerak keluar dari gerbang kastil. Teruslah berharap pada matahari, ia teringat pada kata motivasi sang ayah walau sebenarnya tidak ada harapan baginya untuk ditemukan bahkan diselamatkan. Ia menutup tirai tebal berwarna kuning emas dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Tepat satu minggu Gina tidak bertemu Kyle setelah ia dipindahkan ke sebuah kamar mewah. Mungkin bukan kamar utama tapi ini adalah kamar yang bagus. Tidak feminin tapi juga tidak maskulin. Kamar ini netral.

Malam ini seperti biasa, Gina terlalu lelah karena seharian mencari jalan keluar dari kamar seluas itu. Kyle keterlaluan karena memasang terali pada ketiga jendelanya ia seperti berada di balik jeruji penjara. Ya, ini memang penjara hanya saja dengan fasilitas mewah.

Setelah mencuci muka dan menggosok giginya, Gina pergi tidur. Walau hatinya tidak tenang tapi ia akui bahwa gaun tidur mewah ini terasa nyaman. Belum lagi seprai dan selimutnya. Bantal bulu yang ia gunakan membawanya tidur lelap lebih cepat.

Di tengah lelapnya tidur, ia merasakan tubuhnya menjadi hangat, ah, selimut membuatnya berkeringat. Sambil tetap terpejam ia berusaha menyingkap selimutnya dan berhasil. Namun, ia baru menyadari beban lain yang melingkari pinggangnya, lebih berat dari pada selimut. Matanya masih terpejam karena digelayuti kantuk, ia berusaha memindahkan belenggu itu tapi justru semakin kencang.

Gina membuka kelopak matanya dengan sangat perlahan, ia kembali terpejam lembut sesaat sebelum matanya melebar takjub. Dada bidang seorang pria berada tepat di depan wajahnya.

Dada?

Gina mendongak menatap ketampanan seorang pria dengan wajah dipahat sempurna oleh para dewa, Kyle sedang tertidur lelap dengan tenang. Gina menahan napasnya, tangannya terangkat karena tergoda untuk menyentuh dada kecoklatan yang kencang dan mengundang. Belum sampai disana ia menarik turun tangannya.

Argh! Apa sih yang kupikirkan?

Gina mendorong tubuh Kyle sekuat tenaga, tenaga gadis kecil yang sedang mengantuk tidak lebih kuat dari kucing. Dada Kyle bergeming.
"Kyle, kamarmu bukan disini." bisik Gina lemah dengan suara kantuknya.

Pria itu justru memeluk Gina semakin erat, menarik tubuh gadis itu dan menutup jarak yang Gina buat.
"Aku lupa memberitahumu bahwa mulai sekarang ini kamarku." jawabnya dengan mata terpejam karena mereka sama kantuknya.

"Kyle-"
"Tidur atau aku akan bercinta denganmu." ancaman itu berhasil membuat Gina terdiam kaku dalam dekapannya.

Perlahan Gina memposisikan tubuhnya agar dapat tidur dengan nyaman dan tidak membuat gerakan sedikit pun.
Kyle mengintip dari balik bulu matanya dan senyum geli tersungging di bibirnya.

Begini rasanya jika meniduri seorang perawan. Malu-malu mau. Basi.

Satu, dua, tiga, oh bukan, tiga setengah jam berlalu...

"Oh, Kyle-" Gina memekik tiba-tiba dalam tidurnya. Entah mengapa nama itu yang terucap pertama kali dari bibirnya.

Daerah kewanitaannya nyeri. Dan ketika Gina ingin merapatkan pahanya ternyata pria itu sudah berada disana memasuki dirinya.

"Apa yang kau lakukan?" Gina meremas lengan Kyle.
"Seperti yang kau lihat, kita sedang bercinta."
"Seharusnya kau membangunkan aku dulu. Begitukan caranya."
"Seharusnya kau sudah bangun ketika aku menciumi payudaramu."

Gina membelalak dan menyilangkan tangan di dada secara spontan. Kemudian ia mengintip ke balik gaun tidurnya dan ya, puncaknya mengeras dan basah, ada dua atau tiga bekas ciuman disana.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang