Keempat Puluh Satu

5K 539 4
                                    

SETELAH percintaan yang emosional itu, Kyle dan Gina berbincang di atas ranjang. Kyle berjanji akan menikahi Gina setelah mereka berhasil meloloskan diri ke sebuah pulau pribadi miliknya. Mereka akan membesarkan anak-anak mereka dengan kehangatan keluarga yang lengkap, ada ayah dan ibu, mereka tidak akan kekurangan.

Kyle tersenyum sendiri di meja kerjanya dan sial karena Max berhasil mendapatinya seperti itu tanpa sempat Kyle sembunyikan lebih dulu.

"Ada kabar apa, Max?" ia kembali bersikap profesional.
"Dex berniat menyerang kita, Bos. Ia merasa dicurangi karena ulah Jacob beberapa waktu lalu."
"Perketat keamanan di luar dan dalam kastil, pastikan tidak ada satu orang asing pun yang bisa masuk. Bagaimana persiapan ke pulau? Aku akan membawa serta Gina dan Jared, juga Lolina."
"Kita baru bisa berangkat satu minggu lagi, Bos. Kepolisian sedang mengawasi kita secara ketat."
"Perkuat barisan kita siang dan malam, aku tidak ingin anak buah Dex berhasil melukai salah satu dari kita semua."
"Saya khawatir mereka menyerang kita di jalan ketika pergi dari kastil."
"Maka dari itu kita harus siap kapan pun karena kita akan pergi di waktu tidak terduga."
"Akan saya kondisikan sesuai instruksi Anda."

Kyle kembali berpikir, apakah ia akan membahayakan Gina dan anak-anaknya atau merelakan mereka pergi. Ia sangat ingin menjaga mereka, tapi ia sendiri tidak yakin sanggup menjamin keamanan nyawanya sendiri. Tapi semua layak dicoba, ia harus membawa mereka segera keluar dari sini sebelum kelompok Dex datang. Lalu berharap Dex tidak menemukan mereka di pulau itu. Tapi jika akhirnya musuh-musuhnya menemukan mereka maka ia harus berlari lagi. Apa jadinya Gina, Jared, dan adiknya hidup dalam pelarian selamanya seperti yang ia lakukan selama ini?

Sial, semua pilihan terasa buruk.

Mungkin ia bisa memaksa Gina merasakan hidup dalam pelarian hingga gadis itu tidak sanggup lagi dan pergi meninggalkannya. Ia tidak akan menahan Gina dan anak-anaknya lagi saat itu. Mereka akan hidup terpisah dan bertemu setiap beberapa waktu hingga Gina menemukan pria lain yang menggantikan posisinya. Kyle akan sangat hancur jika itu terjadi. Entah ia bergairah untuk melanjutkan hidup atau tidak.

"Apa hal yang begitu serius hingga menyita seluruh perhatianmu?"

Terdengar suara merdu Gina dari ambang pintu. Gadis itu menggunakan baju satin hijau yang Kyle belikan, baju itu tampak lebih sempurna karena Gina sedang hamil. Belakangan ini, Kyle menyukai wanita dengan perut membesar. Ah, tidak! Kyle hanya menyukai Gina yang seperti itu.

"Kemarilah!" pintanya lembut. Gina mengulas senyum beracunnya dan bergegas mendekati pria itu. Tanpa perlu isyarat mereka menyatukan bibir dengan ciuman mesra yang menggairahkan. "Jangan terlalu sering seperti ini, kita akan membahayakan dia." Kyle menyentuh perut Gina.

Gina mengerutkan dahi mulusnya pada Kyle, "Aku masih tidak percaya kau orang yang begini hangat."
Kyle terkekeh, "Aku adalah penakluk wanita, jika tidak mengerti sifat mereka aku tidak akan bisa melakukannya."
"Oh, jadi aku salah satu taklukanmu." Gina mengerucutkan bibir merahnya.
"Dan aku taklukanmu."
"Kenapa aku tidak percaya?"
"Karena kau tidak mengenalku." ia menarik Gina dan mendudukannya di atas pangkuan, "Aku ingin bicarakan hal penting."

Gina memperhatikan Kyle dengan saksama, ia menjaga raut wajahnya tetap tenang walau rasa penasaran menggelayuti benaknya.

"Kita akan pergi dari sini dalam waktu dekat untuk menyelamatkan diri. Kau, aku, Jared, dan Lolina. Anak buahku juga. Klienku yang sedang berperang di Timur Tengah, Dex, ingin menyerangku dan itu bisa terjadi kapan saja. Dan Tim Taylor-, ya Tim Taylor yang itu," katanya setelah melihat Gina terkejut mendengar nama pria itu, "apa dia mantan kekasihmu?" dengan ragu Gina mengangguk.

"Kekasih musim panas." ia mempertegas jawabannya.
"Memangnya sejauh apa?"
"Berciuman di dalam mobilnya."
"Aku heran dia tidak mengajakmu bercinta." ujar Kyle ketus.
"Oh, dia melakukannya tapi aku menolak. Aku belum siap."
"Berarti aku menemukanmu di saat yang tepat karena kau sudah siap."
"Bisa dibilang begitu. Baiklah, kau menang. Jadi ada apa dengan Tim?"

Kyle kembali bermuram, "Dia juga berniat menyerangku. Ia menangani kasusku dan menurut sumber informasiku mereka akan membawa paksa diriku untuk diadili."
"Kenapa begitu banyak orang yang ingin menyerangmu?"
"Nah, apa kau sadar? Kau sedang duduk di pangkuan seorang buronan, aku penjahat, kau tahu itu. Apa kau bersedia menghabiskan waktumu dengan penjahat?"
"Tidak! Kau bukan penjahat, setidaknya bagiku dan Jared."
"Kalau begitu kau juga penjahat."
"Bukan, aku bukan penjahat."
"Menurutku sebaiknya kau kembali pada ayahmu. Kau dan Jared."

Gina segera berdiri menjauhi Kyle, ia melemparkan tatapan marah pada pria itu. "Aku tidak akan meninggalkanmu setelah semua ini. Cintaku baru saja terbalas dan aku tidak akan menyerah begitu saja."
"Aku sangat ingin kita bersama dan tentu aku akan mengusahakannya. Tapi jika terjadi sesuatu, kumohon kau tetap bertahan demi anak-anak kita, tetaplah berpikiran jernih."

Gina membuang muka karena ia mulai menangis. Kyle bersikap seperti ini lagi.
"Tidak akan terjadi apa-apa padamu, pada keluarga kita." suaranya bergetar.

Kyle berjalan mendekatinya. Ia memeluk Gina dari belakang dan meletakan dagunya di pundak Gina.
"Ya, Sayang." Kyle mengiyakan tanpa menambahkan apapun untuk menghibur kecemasan Gina. Ia tidak ingin memberi harapan palsu pada gadis itu. "Tapi kita harus memikirkan kemungkinan terburuknya, jika itu memang terjadi, aku ingin kau mengambil amplop di laci kerjaku itu. Kombinasi kodenya adalah 'regina' kau bawa amplop itu bersama Jared dan pulang pada ayahmu. Aku akan menemui kalian sesegera mungkin ketika keadaan memungkinkan."

"Apa isi amplop itu? Mengapa begitu penting."
"Itu berisi semua yang telah kupersiapkan untuk Jared dan adiknya, untukmu dan untuk kita. Oleh karena itu rahasiakan benda itu dari ayahmu sekalipun."
"Aku akan melakukannya hanya jika keadaan mendesak." suaranya terdengar merajuk. Ia berputar dalam pelukan Kyle dan mendongak, mata hijaunya basah, hidungnya merah. "Tapi, Edward, kumohon..."

Kyle memeluk Gina dan mencium puncak kepalanya. Kyle terkejut karena tangannya yang mengelus punggung Gina itu bergetar hebat. Percuma saja ia berusaha menenangkan gadis itu sementara ia menenangkan dirinya sendiri pun tidak mampu.

CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang